Karena beda kasta maka Danudirja menitipkan bayi itu ke panti asuhan, pada Yunita putrinya dia berbohong mengatakan bayinya meninggal. Takdir membawa bayi itu pada ayah kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bujukan Untuk Menikah
Danudirja berhadapan dengan Erwin di cafe. Mereka menikmati secangkir kopi sebelum pada inti pembicaraan.
Beberapa saat suasana kedua orang itu sepi dan tampak saling larut dengan pikirannya sendiri. Mereka berdua sama sama punya peran penting pada perpisahan Yunita dan Risman.
Jika Danudirja menolak Risman karena menganggap lelaki itu bukan menantu yang diinginkannya karena latar belakang keluarga. Dia tahu ayah Risman pemabuk dan tergoda gadis malam dan pergi meninggalkan sang istri, dia tak mau sifat itu menurun pada Risman. Makanya pada Risman dia memberi ancaman pilih keselamatan ibunya atau menikahi Yunita.
Ternyata Risman memilih untuk menyelamatkan ibunya.
Itulah tahunya Danudirja. Sama sekali dia tak tahu jika menghilangnya Risman dikarenakan campur tangan kelakuan pengecut dari Erwin.
Keadaan keruh itu telah dimanfaatkan oleh anak buahnya.
Erwin dengan kejam tanpa perikemanusiaan membayar orang untuk menghabisi Risman.
Akankah Danudirja menerima Erwin jadi menantu jika tahu lelaki itu mempunyai jiwa kejam.
Belum lagi niat terselubung pesanan ayah angkat lelaki yang sudah enam belas tahun jadi anak buahnya itu, untuk menguasai saham perusahaannya.
Adalah lelaki bernama Yadi orang tua angkat Erwin. Lelaki yang hidup dalam keadaan sakit hati serta memelihara dendam kesumat pada keberhasilan Danudirja dari tahun ke tahun. Yadi pebisnis yang telah disingkirkan oleh Danudirja dalam persaingan order serta pemangkasan saham miliknya secara besar besaran tanpa toleransi dari lelaki bertangan dingin dalam berbisnis itu.
"Hanya satu yang membuat hidup ayah bahagia jelang kematian ini. Satu saja. Kuasai saham Danudirja. Dia yang telah menggulingkan ayah dalam dunia bisnis, hingga Ayah tersingkir dan terkucil dari dunia bisnis. Hidup kita yang bagai raja dengan putra mahkotanya dulu berakhir tragis. Harta Ayah habis dipangkas. Rumah bak istana kita tinggalkan dan menghuni rumah sederhana. Itu semua ulah Danudirja. Hanya dengan cara menggulingkan Danudirja sebagai baktimu pada Ayah."
Pesan dan permintaan atau tepatnya sebuah ultimatum!
Bagi Erwin memenuhi hasrat keinginan ayah angkatnya adalah penting. Karena tanpa pertolongan Yadi entah bagaimana nasibnya kini berada di tangan seorang algojonya pembunuh berdarah dingin seperti Argo yang merupakan ketua gang yang ditakuti.
"Erwin ..." seru Danudirja setelah beberapa menit suasana sepi diantara dirinya dan Erwin.
"Ya, Pak," sigap Erwin menjawab.
"Keperluan apa yang ingin kamu utarakan padaku,"
"Begini ..." Erwin menghela napas sesaat, lalu melanjutkan. "Masalah keinginan saya melamar Yunita. Saya sangat butuh bantuan Bapak,"
Danudirja yang sudah menduga untuk apa anak buahnya itu minta pertemuan, merasa jika suara dan gestur tubuh lelaki yang jika Yunita menerima akan jadi menantunya itu, seperti bukan ingin minta tolong. Tapi terselubung mengintimidasinya.
Lelaki itu paham karena Erwin menyimpan rahasia penitipan anak Yunita di panti asuhan lima belas tahun lalu.
Jelas Erwin merasa jika lelaki itu memiliki saham pada dirinya. Saham rahasia yang sangat fatal jika saja bocor pada Yunita.
Danudirja spontan menatap Erwin. Dan entah mengapa untuk pertama kalinya perasaannya menjadi curiga dan kurang suka dengan anak buahnya yang cekatan dan genius itu.
Danudirja melihat ada kilatan ambisi serta kekuatan untuk berontak di mata Erwin jika sampai keinginan lelaki itu ditolak.
"Baik aku menerima lamaranmu. Urusan Yunita serahkan padaku. Tapi apa kau tak punya orang tua untuk datang melamar anakku secara terhormat?"
"Ada ... " lantang Erwin menjawab. Tapi sedetik kemudian tampak gugup saat mengingat ada hubungan tak baik antara ayah angkatnya dengan Danudirja
"Begitu .."
"Maksud saya ayah angkat tapi sekarang jarang bertemu," segera Erwin menukas ucapan Danudirja yang baru satu kata itu, "Saya yatim piatu," lanjutnya.
"Oh ..." diam diam Danudirja merasa ada yang disembunyikan oleh Erwin. Tapi entah apa dia tak tahu.
"Saya ingin menikahi Yunita dan rasanya sudah cukup lama saya menunggu sejak Yunita ditinggal Risman," sengaja Erwin menyebut nama Risman untuk mengingatkan calon mertuanya, bahwa ada anak Risman dan Yunita yang sekarang entah dimana.
Benar saja panah yang diluncurkan Erwin kena pada sasaran.
Danudirja terdiam pikirannya pada cucu yang disingkirkannya dulu. Tiba tiba saja dia merasa jika Erwin adalah duri jika keinginannya untuk menikahi Yunita tak terlaksana.
Bukan tak mungkin Erwin akan buka mulut pada Yunita. Bisa dibayangkan murkanya putri kandungnya itu. Dirinya tak punya siapa lagi selain Yunita. Dia tak ingin putrinya membencinya dan menuntut anaknya di pengadilan.
Pertemuan selesai.
Erwin meninggalkan cafe dengan perasaan bahagia. Bukan hanya Yunita yang akan didapatnya. Tapi saham perusahaan Danudirja yang akan diusahakan berpindah pada ayah angkatnya.
Sedangkan Danudirja memiliki trik sendiri kelak jika pernikahan putrinya dengan Erwin berlangsung.
"Entah mengapa aku kok curiga ada yang kurang beres dengan Erwin," batin Danudirja memandang punggung Erwin yang saat ini sedang berbicara di ponselnya dengan seseorang.
Yadi sangat senang saat Erwin memberitahu jika upayanya menikahi Yunita tinggal selangkah lagi.
Yadi yang hanya memikirkan dendam di hatinya terbalaskan sama sekali tak berpikir bagaimana ke depannya hubungan suami istri Yunita dan Erwin jika Erwin harus mencuri saham milik mertuanya kelak?
*
Danudirja datang ke rumah Yunita dalam waktu yang tepat jika ingin membicarakan tentang pernikahan putrinya itu dengan Erwin.
"Papa kok nggak telepon dulu kalau mau datang," Yunita yang sedang santai di teras rumahnya datang menyongsong ayahnya.
Danudirja tertawa, "Masa mau main ke rumah anak harus telepon lebih dulu, sih," ujarnya melangkah masuk ke ruang tamu sejuk rumah hasil keringat putrinya selama bekerja di perusahaannya.
Silahkan duduk, Pa,"
"Apa kamu nggak kesepian tiap hari sendirian begini, Yuni," ujar Danudirjo semenit setelah menaruh pantat di sofa empuk.
"Biasa sajalah, Pa," seru Yunita, "Atau Papa mau bergabung tinggal di sini?" Perempuan itu tertawa. Lalu ke belakang meninggalkan papanya.
"Harusnya bukan Papa lagi yang menemanimu," tersenyum menggoda Danudirjo pada Yunita yang membawa segelas air putih lalu diletakkan di meja.
"Minum, Pa,"
"Oke," segera Danudirjo meneguk habis air hangat kesukaannya yang disuguhkan putrinya.
Yunita duduk di samping ayahnya.
"Nita usia Papa sudah enam puluh lima tahun. Sudah tua kan. Papa ingin melihatmu berumah tangga, setelah itu Papa ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Menikmati masa tua tanpa rapat dan diganggu angka angka. Biar dirimu dan suamimu yang mengelola perusahaan,"
Yunita menatap ayahnya. Ada sinar sendu di bola matanya. Terbayang pertemuannya dengan Risman yang sudah beristri. Lelaki itu telah melupakan aku sejak lama, bahkan sejak lima belas tahun lalu saat dia pamit untuk kembali lagi. Dia pembohong. Dia lelaki pecundang!
"Sayang fokus pada masa depanmu. Lupakan masa lalu sambut masa depanmu ..." ujar Danudirjo mencoba memberi pandangan pada putrinya.
Yunita masih tak bersuara.
"Papa ingin melihatmu bahagia di akhir kehidupan Papa, Nak,"
Yunita masih membisu.
"Dan umurmu tiga puluh delapan tahun saat ini. Ayo beri dirimu kebahagian dengan memiliki pendamping," ujar Danudirjo terus mengejar jawaban putrinya, "Erwin telah melamarmu pada Papa .."
Yunita terkejut menatap ayahnya.
Danudirja mengangguk. "Berikan Papa kebahagiaan dengan melihatmu ada yang menjagamu, mengasihimu ..."
Bersambung