[NOT] Beautiful Wedding

"Sya, kira-kira bos Angkasa Mall itu galak nggak ya?" tanya Oryza yang kini sedang berada di dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke lantai tempat ruangan CEO berada. Setibanya di Angkasa Mall tadi, mereka terlebih dahulu pergi ke ruang HRD untuk memberikan CV milik Oryza. Setelah mengecek berkas sebentar, Oryza pun diminta langsung naik ke lantai tertinggi dimana ruangan CEO berada. Disana nanti akan ada asisten pribadi CEO yang akan membimbing pekerjaannya.

Mendengar pertanyaan itu, terlintas ide jahil di benak Tisya.

"Oh iya, gue lupa bilang ke elo Za kalau CEO mall ini tuh gantengnya kelewatan, tapi ya itu galaknya kelewatan juga. Jadi jangan sampai loe buat masalah ya! Jangan sampai baru aja sehari bekerja udah dipecat! Oh ya, kalau beliau minta kopi, jangan kasi gula ya. Dengar-dengar nih, dia doyan kopi pahit, nggak pake gula. Ingat ini, oke!" ujar Tisya sambil mengulum senyum. Ia sangat penasaran bagaimana reaksi Damar saat diberi kopi pahit oleh Oryza.

Dengan seksama, Oryza mendengarkan setiap perkataan Tisya. Tentu ia tidak ingin membuat kesalahan di hari pertamanya bekerja. Ia pun tak mau pengalaman pertamanya bekerja ini ternodai oleh kesalahan ataupun kecerobohannya. Tanpa ia sadari, kini ia justru tengah dikerjai Tisya. Tisya tentu tahu kopi selera anak sodara dari bos ayahnya itu sebab mereka pun cukup dekat. Tisya sungguh mengagumi keluarga Angkasa sebab mereka tak pernah membedakan-bedakan bahkan sangat menghargai orang lain. Terbukti, anak sulung dari pemilik Angkasa Mall itu jatuh hati pada perempuan biasa beranak dua yang masih berstatus istri orang tapi keluarga tak menentang selagi ia tidak menjadi pebinor. Oleh karena itu, Damar memilih membantu dari balik layar sebab ia tak mau merusak nama baik keluarganya dan juga nama baik Oryza yang masih berstatus istri orang.

Tak dipungkiri, Oryza memang kini sedang merasa terpuruk karena rumah tangga yang telah dibangunnya sejak 6 tahun yang lalu harus kandas di tengah jalan. Bahkan kini ia harus dipisahkan dari anak-anaknya sendiri. Namun di sela-sela keterpurukannya itu, ia juga merasa beruntung sebab dipertemukan dua orang yang sangat baik. Bahkan mereka dengan tangan terbuka mau membantunya dengan totalitas seperti ini. Mereka bukan hanya mau menampung keluh kesahnya, menguatkannya, tapi juga menyediakan tempat tinggal yang wah. Perabotnya lengkap dan mewah serta sangat nyaman. Mereka juga membantunya mendapatkan pekerjaan. Sungguh jarang bisa menemukan orang-orang yang benar-benar baik. Ia harap, kebaikan kedua orang itu tulus tanpa ada embel-embel buruk ke depannya.

Saat menjejakkan kakinya di lantai teratas, tiba-tiba Oryza merasakan jantungnya deg-degan. Bahkan tangannya kini sudah berkeringat dingin karena perasaan gugup. Paham dengan apa yang tengah dirasakan Oryza, lantas Tisya menggenggam tangannya untuk memenangkan.

"Nggak usah gugup juga keles. Santai aja. Enjoy it. Gue yakin, loe pasti betah kerja di sini," ucap Tisya sambil tersenyum lebar. "Tuh, asisten pribadi si bos udah datang, gue pamit dulu ya! Bye Za, selamat bekerja," serunya sambil mengerlingkan sebelah matanya. Lalu Tisya pun menghilang dari balik pintu lift yang tertutup setelah Oryza membalas lambaiannya dengan tersenyum.

...***...

"Nyonya eh nona Oryza?" tanya Saturnus, asisten pribadi Damar.

"I-iya tuan," sahut Oryza kikuk saat disebut nyonya oleh Saturnus.

"Mari, ikut saya!" ajak Saturnus mengajak Oryza ke pantry khusus menyiapkan keperluan atasan mereka dan para tamunya.

Lalu Saturnus memberikan arahan juga pakaian khusus untuk Oryza. Kemudian Saturnus mengajak Oryza menemui CEO mereka yang sebentar lagi hadir.

Oryza memasuki ruangan CEO dengan jantung makin berdegup kencang. Bahkan peluh terlihat bercucuran di keningnya. Udara dingin dari pendingin seolah tak bekerja efektif.

Tak lama kemudian, sosok yang ditunggu akhirnya tiba. Oryza tampak membungkukkan badannya dengan mata menatap ke arah lantai. Aroma parfum mahal nan maskulin seketika menguar memenuhi indra penciumannya saat sosok itu melewati tubuhnya. Seketika Oryza menegang sekaligus merasa terpikat akibat aroma sosok itu. Memberanikan diri, Oryza perlahan mengangkat wajahnya sekedar untuk mengintip seperti apa sosok atasannya itu.

Oryza seketika membelalakkan matanya saat melihat sosok tampan nan gagah itu tengah duduk di kursi kebesarannya sambil menatap balik dirinya dengan sorot mata tajam tapi ... memikat.

'Di-dia ... '