Bayu, seorang remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Emosinya yang masih labil, membuat ia mudah tersulut emosi dan juga mudah terhasut.
Suatu malam, Bayu pulang dalam keadaan mabuk. Sang ayah yang kecewa dan marah, tanpa sadar memukulinya.
Termakan hasutan tetangga, Bayu tega melaporkan ayahnya dengan tuduhan kekerasan anak. Hubungan ayah dan anak yang sebelumnya sudah goyah, menjadi semakin buruk. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis sedikit membuka mata hatinya.
Sebuah rahasia besar terungkap ketika ibunya pulang kembali ke kampung halaman setelah dua tahun menjadi TKW di luar negeri.
Apa rahasia besar itu?
Mampukah rahasia itu menyatukan kembali hubungan ayah dan anak yang terlanjur renggang?
Ikuti kisah selengkapnya dalam 👇👇👇
MAAFKAN AKU, AYAH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3: Langkah dalam Kegelapan
.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, ketika Bayu baru bangun tidur. Semalam ia bahkan tidur di rumah pak Hasan atas bujukan pria itu yang tak ingin Bayu berubah pikiran.
Hasutan Pak Hasan benar-benar merasuk ke dalam hatinya. Menyulut dendam, membutakan akal sehatnya. Terlupa siapa yang sedang ia jadikan sasaran dendam. Terlupa dari mana dirinya berasal. Terlupa bahwa sosok yang dia benci adalah orang yang telah mengukir jiwa raganya.
Pak Hasan dengan senyum hangat yang sejatinya hanya sandiwara, membuka pintu kamar, mendekati dengan membawa secangkir kopi yang masih mengepul uap panas.
"Kamu sudah bangun, Bayu? Ternyata kamu anak yang rajin sebenarnya," tanya Pak Hasan dengan balutan pujian. Seakan dia adalah pria yang penuh kasih sayang.
“Iya, Pak. Baru saja. Maaf malah Bapak yang melayani saya. Padahal saya sudah menumpang di sini.” Bayu benar-benar merasa tidak enak. Padahal kalau di rumah sendiri dia selalu bertindak sesuka hati dan tak pernah merasa tak enak pada ayahnya.
“Kenapa dipikirin sih. Yang namanya anak muda ya wajar bangun telat, mumpung kamu masih bujang. Karena kelak, kalau kamu sudah menghidupi anak istri, bahkan mungkin kamu tak kan punya waktu untuk sekedar tidur.”
Racun manis yang membuat hati Bayu kembali mempertanyakan kasih sayang ayahnya. Jika di rumah, ayahnya selalu membangunkan sebelum adzan subuh. Katanya tidak boleh bangun keduluan ayam jantan berkokok. Kalau tidak rejekinya akan dipatok ayam. Apa itu masuk akal?
“Apa kalau di rumahmu, ayahmu selalu memaksamu bangun pagi?" pertanyaan yang dijawab dengan anggukan kepala. Pak Hasan menghela napas dalam seolah merasa kasian.
"Seperti dia tidak pernah muda saja. Padahal dulu dia juga suka begadang, terus besoknya bangun siang. Almarhum nenekmu saja sampai mengeluh pada ibuku. Aku heran, kenapa malah sekarang ayahmu tega berlaku tidak baik padamu?"
Kompor kembali dinyalakan. Seakan dia sedang prihatin atas nasib anak itu. Yang sesungguhnya, serbuk-serbuk kebencian sedang ia tebarkan. Dan naasnya, Bayu sama sekali tidak menyadari dirinya sedang perlahan tergelincir ke dalam jurang yang suatu saat akan ia sesali suatu hari nanti.
Bayu terdiam, semua kata yang keluar dari mulut pak Hasan, bagai cermin besar yang memperlihatkan borok ayahnya.
“Ya sudah, gak usah dipikirkan. Nih minum dulu kopinya!" Pak Hasan yang sejak tadi ikut duduk di tepi ranjang, mengulurkan cangkir yang ada di tangannya.
“Terima kasih, Pak." Air mata Bayu merembes keluar, perlahan ia sekarang dengan punggung tangan. Pak Hasan begitu baik padanya. Jika di rumah jarang ayahnya membuatkan kopi untuknya. Malah lebih sering dia yang harus membuat kopi untuk ayahnya. Alasannya? Ayahnya harus memberi makan ayam. Apakah ayam lebih berharga daripada dirinya yang adalah anaknya.
“Kalau saja Pak Hasan yang jadi ayahku, pasti aku akan bahagia. Ibuku juga gak perlu kerja keras luar negri,” gumamnya tanpa sadar, dan terdengar oleh pak Hasan yang langsung tersenyum menyeringai.
"Hei,,, kamu ngomong apa sih?" Pria yang melingkarkan tangannya merangkul bahu remaja itu. “Gak baik kamu ngomong gitu. Bagaimanapun, Ahmad adalah ayahmu. Tapi jangan khawatir. Bapak yakin, setelah kamu memberikan pelajaran kecil ini dia pasti akan sadar. Dia akan sangat menyayangi kamu dan memperlakukan kamu dengan sangat baik. Jadi, kamu jangan membenci ayahmu, ya?”
Benar-benar tetangga yang sangat bijak. Setiap katanya terasa sangat menyentuh kalbu. Membuat Bayu semakin terjerat dalam kebaikan yang sejatinya hanya palsu.
Bayu menoleh lalu mengangguk tanpa ragu. Apa yang dikatakan oleh pak Hasan benar. Ayahnya memang harus disadarkan. "Aku akan melaporkan ayahku," jawabnya mantab. Kali ini ia tak kan berpikir lagi.
Pak Hasan tertawa pelan, lalu menepuk pundak Bayu. "Itu baru anak pintar. Ayo, habiskan kopinya. Setelah itu cuci muka. kita ke kantor polisi sekarang. Gak usah mandi. Sekarang kan masih dingin.mandinya nanti saja sepulang dari kantor polisi," ajaknya.
Mata Bayu semakin berbinar. Pak Hasan benar-benar pengertian. Tidak seperti ayahnya yang selalu menceramahinya untuk mandi sebelum sholat subuh.
Mereka berdua pergi menggunakan sepeda motor milik Hasan menuju kantor polisi terdekat. Selama perjalanan, Pak Hasan terus menghasut Bayu, memompa semangatnya untuk memenjarakan ayahnya.
"Ingat, Bayu. Ini hanya tindakan kecil untuk menyadarkan ayahmu. Kamu tidak boleh membenci ayahmu, ya," nasehat Pak Hasan, racun simpati yang langsung merasuk ke dalam pikiran Bayu.
.
Sesampainya di kantor polisi, Bayu merasa sedikit gugup. Ia belum pernah berurusan dengan polisi sebelumnya. Namun, Pak Hasan terus memberikan dukungan dan meyakinkannya untuk tidak takut.
"Katakan saja apa adanya, Bayu. Jangan takut. Aku akan selalu ada di sampingmu," bisik Pak Hasan, senyumnya terlihat begitu menenangkan. Namun, sebenarnya menakutkan.
Dengan bantuan Pak Hasan, Bayu melaporkan kejadian kekerasan yang dialaminya kepada polisi. Ia menceritakan kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Sedikit dilebihkan, namun, tidak mengatakan bagian di mana dia pulang dalam keadaan mabuk. Sesuai dengan saran dari pak Hasan.
Polisi yang bertugas mendengarkan laporan Bayu dengan seksama. Mereka tampak prihatin dengan apa yang dialami Bayu dan berjanji akan segera menindaklanjuti laporan tersebut.
"Kami akan segera memanggil ayahmu untuk dimintai keterangan. Sebelum itu, kamu harus melakukan visum untuk memastikan adanya luka akibat kekerasan," ujar salah seorang polisi yang kemudian menyuruh seorang rekannya untuk membuat surat pengantar ke rumah sakit.
Bayu mengangguk setuju, walau sebenarnya hatinya kembali bimbang.
"Petugas kami akan mengantar kamu ke rumah sakit untuk melakukan visum. Setelah itu, kamu bisa kembali ke sini untuk memberikan keterangan tambahan," lanjut polisi tersebut.
Pak Hasan tersenyum puas mendengar perkataan polisi. Rencananya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Pak Hasan dan Bayu ke rumah sakit terdekat dengan didampingi oleh seorang petugas kepolisian untuk melakukan visum.
Setelah selesai visum, dokter memberikan surat keterangan yang menyatakan bahwa terdapat luka memar di pipi Bayu akibat benturan benda tumpul. Surat keterangan tersebut akan diserahkan kepada polisi sebagai bukti.
"Semua berjalan lancar, Bayu. Sebentar lagi, ayahmu akan menyadari kesalahannya dan minta maaf padamu. Seandainya saja Aisyah ada di rumah dan ayahmu yang pergi bekerja ke luar negri, ini semua tak kan terjadi," bisik Pak Hasan, merangkul Bayu seakan dirinya bersedih. Nyatanya matanya berbinar penuh kemenangan.
Bayu terdiam, hatinya masih berkecamuk. Ada satu sisi hatinya yang merasa bersalah telah melaporkan ayahnya ke polisi, "Apakah aku telah melakukan hal yang benar?" gumamnya lirih dalam hati.
Namun, suara hatinya tenggelam dalam hasutan Pak Hasan. Bayu telah terperangkap dalam jaring-jaring dendam yang dirajut oleh tetangganya itu.
.
Sementara itu, di rumahnya, Pak Ahmad masih menunggu kedatangan Bayu dengan perasaan cemas. “Ke mana anak itu? Kenapa semalaman tidak pulang? Ya Allah,,, ampuni hamba-Mu ini, yang tak bisa menjaga amanat-MU dengan baik. Maafkan aku, Aisyah, aku tak bisa mendidik putra kita."
"Ya Allah, lindungilah anakku. Tunjukkan dia jalan yang terang. Jangan biarkan anakku terjerumus semakin dalam. Dan aku mohon untuk sekarang, pulangkan dia dengan keadaan baik-baik saja," doa Pak Ahmad dengan tulus, tanpa menyadari bahwa badai besar akan segera menerjang keluarganya.
Selamat bermalam di hotel prodeo pak Hadan...👊👊👊👊👊👊
Mo kabur...????? oooo..tidak bisa.....
kalian sdh dibawah pengawasan....🤭🤭🤭🤭