NovelToon NovelToon
Gadis Milik Raja Macau

Gadis Milik Raja Macau

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Action / Cintamanis / Fantasi Wanita
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.

Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.

Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Poppy menatap ke arah meja biliar di sisi ruangan yang kosong. Bibirnya membentuk senyum kecil.

"Sudah lama aku tidak main biliar, kalau bukan karena Papa yang selalu mengawasiku dengan keta," gumamnya pelan.

Ia berjalan santai ke meja itu, lalu mulai menyusun bola-bola seperti semula. Beberapa orang menoleh, penasaran dengan gadis yang tiba-tiba ikut bermain.

Poppy mengambil tongkat biliar dan menggosok ujungnya dengan kapur. Gerakannya tenang, seolah sudah biasa.

Dari kursi roda di baris depan, Leon Huo memperhatikan tanpa ekspresi.

"Siapa dia? Kenapa tiba-tiba main di sini?" tanya Aida Lu dengan nada sinis.

"Hanya gadis kecil yang suka bermain," jawab Leon datar.

Poppy membungkuk sedikit dan memukul bola putih. Suara benturannya keras dan tepat sasaran—beberapa bola masuk sekaligus.

Penonton yang semula fokus pada pertandingan utama mulai menoleh. Suasana ruangan berubah.

Poppy hanya tersenyum tipis dan melanjutkan permainannya, tanpa sadar kalau dari kejauhan, Leon Huo masih terus memperhatikannya.

Aida yang duduk di samping Leon memperhatikan tatapan pria itu yang terus mengarah pada gadis di meja biliar. Rasa kesal muncul di wajahnya. Ia pun berdiri.

“Tuan, saya ingin bermain dengan nona itu,” katanya datar tapi terdengar menahan emosi.

Leon tidak menoleh. “Silakan,” jawabnya singkat.

Aida melangkah ke arah Poppy dengan senyum tipis yang dipaksakan.

Sementara itu, di sisi lain kapal, salah satu dari enam penjahat bergerak menuju bagian depan. Ia menodongkan pistol ke arah anak buah kapal dan kapten yang sedang mengemudi.

“Diam. Jangan bergerak kalau tidak mau mati,” ancamnya pelan namun tegas.

Anak buah kapal itu menelan ludah, tangan mereka terangkat perlahan. Di luar, pesta dan sorak penonton masih berlanjut — tak ada yang menyadari kalau kapal mewah itu baru saja dikuasai oleh penjahat bersenjata.

Beberapa saat kemudian pertandingan dua wanita itu dimulai.

Aida membuka permainan dengan percaya diri. Beberapa kali tembakannya berhasil, sampai hanya tersisa tiga bola di meja — bola 7, 8, dan 9, sedangkan bola putih berada jauh di sisi kiri meja.

Aida menunduk, membidik bola 7 yang terhalang bola 8, lalu melepaskan tembakan.

“Clack!”

Bola putih meleset tipis, bola 7 hanya berputar sedikit dan berhenti di tepi lubang.

“Sayang sekali,” gumam penonton pelan.

Kini giliran Poppy. Ia berjalan pelan mendekati meja, menatap posisi bola, lalu memutar tongkat di tangannya.

Bola 7 ada di sisi kanan bawah, bola 8 di tengah, dan bola 9 di pojok kiri atas — posisi sulit untuk diselesaikan dalam satu giliran.

Tanpa banyak bicara, Poppy menunduk dan menembak bola putih dengan ayunan ringan.

Tok!

Bola putih memantul ke sisi meja, mengenai bola 7 yang masuk ke lubang kanan bawah, lalu memantul lagi ke tengah dan mengenai bola 8, bola 8 masuk ke lubang tengah kanan.

Penonton bersorak kagum.

Poppy tersenyum kecil, memutar tongkatnya sekali lagi.

Satu bola terakhir, bola 9 masih jauh di pojok kiri atas.

Ia membidik dengan tenang, lalu melepaskan tembakan putar.

Bola putih berbelok halus, menghantam bola 9 dengan sudut sempurna.

“Plak!”

Bola 9 bergulir perlahan… dan masuk ke lubang pojok.

Penonton bertepuk tangan, sebagian berdiri karena tak percaya.

Leon Huo menatap gadis itu dengan pandangan tajam namun penuh rasa ingin tahu.

“Menarik,” gumamnya pelan.

Raut wajah Aida langsung berubah pucat. Tangannya mengepal menahan amarah dan malu.

“Gadis kecil itu berhasil mengalahkan mantan juara dua,” ucap Vic tak percaya, masih menatap meja biliar.

Leon tersenyum samar sambil memutar cincin di jarinya.

“Sayang sekali kalau dia tidak ikut turnamen resmi,” katanya tenang.

Namun belum sempat suasana kembali normal—

Dor! Dor! Dor!

Tiga kali suara tembakan menembus udara. Suara kaca pecah terdengar beruntun ketika peluru menghantam gelas-gelas di meja bar, lampu gantung di atas arena biliar, dan salah satu sisi meja biliar tempat Poppy berdiri tadi.

“Semua menunduk!” teriak salah satu penjahat dengan suara menggelegar.

Kepanikan langsung melanda ruangan. Para penonton berteriak histeris dan berlarian ke arah pintu keluar, sementara beberapa bersembunyi di balik kursi dan meja.

Aida spontan menjerit dan langsung meraih Leon, melindunginya dengan tubuh sendiri. Para pengawal Leon segera bergerak cepat, membentuk formasi di depan, kiri, dan kanan sang tuan.

Sementara itu, Poppy yang terkejut nyaris terpeleset, buru-buru merunduk dan bersembunyi di balik meja biliar yang sebagian permukaannya sudah retak terkena peluru. Napasnya memburu, jantungnya berdetak keras.

Ia menatap dari celah meja, berusaha melihat arah datangnya tembakan.

Bos penjahat itu berdiri di depan Leon dengan langkah percaya diri, menantang semua yang ada di sekitarnya.

“Kalian semua jangan coba-coba cari masalah. Targetku cuma satu, Leon Huo. Leon Huo ... hari ini adalah hari kematianmu,” ujarnya lantang.

Leon menatapnya tenang, suaranya datar. “Kalau kau ingin nyawaku melayang, apakah kau mau membuat semua orang di sini ikut mati bersamaku?”

“Leon Huo, jangan salahkan aku. Kalau bukan karena kapal ini, mana mungkin aku punya kesempatan mengambil nyawamu,” jawab pria itu sambil menoleh pada anak buahnya.

Leon menarik napas pendek, matanya mengerut sedikit. “Hebat. Tidak banyak yang tahu keberadaanku. Sepertinya aku harus lebih berhati-hati.”

Bos penjahat itu mengangkat suara, niatnya semakin jelas dan menakutkan. “Nasib mereka berarti mereka harus mati bersamamu. Kapal ini sudah berhenti ... kaptennya sudah aku bunuh. Setelah kami membunuhmu, kapal ini akan kami ledakkan.”

Kata-kata itu membuat udara di ruangan semakin dingin. Kepanikan tercium di antara para penumpang yang bersembunyi; beberapa orang menangis, beberapa membeku.

Di balik meja biliar, Poppy menahan napas. “Datang ke sini mau bersenang-senang, malah jadi korban,” gumamnya pelan, jantungnya berdetak kencang.

Di dek atas, seorang sniper yang menjadi sekutu Leon mengunci bidikan pada bos penjahat itu. Kamera kecil di ujung teleskopnya memperlihatkan target jelas. Lalu pelatuk ditekan.

Dor.

Tembakan itu menembus udara—melesat tepat mengenai kepala bos penjahat. Darah menyembur, pria itu langsung mati di tempat.

“Sial!” salah seorang anak buahnya berteriak sambil menembak balik ke arah dek atas. Suara tembakan membalas memecah kebisingan; percikan kaca dan serpihan meja beterbangan.

Tembakan terus berbalas dari dua arah. Para penjahat fokus membidik ke atas, ke arah sniper yang bersembunyi di dek. Sementara itu, semua pengawal Leon maju serentak, menembak ke arah lawan mereka dari posisi perlindungan.

Dor! Dor! Dor!

Baku tembak pecah di dalam ruang biliar. Suara peluru memantul di dinding dan kaca pecah berhamburan. Penumpang berteriak ketakutan, sebagian menunduk di bawah meja, sebagian lain mencoba merangkak ke arah pintu keluar.

Beberapa peluru nyasar mengenai penonton—ada yang terluka, bahkan ada yang tewas di tempat. Suasana berubah kacau.

Saat salah satu penjahat menembak ke arah penumpang yang sedang merangkak, Leon meraih pistol dari dalam jasnya dan berdiri tegak.

Dor!

Tembakannya tepat mengenai dada penjahat itu. Tubuh pria itu langsung terjatuh dan tak bergerak.

Kekagetan melanda semua pihak. Salah satu penjahat yang masih bersembunyi di balik tiang berteriak, “Bukankah kau cacat?! Kenapa bisa berdiri?!”

Namun Leon tidak menjawab. Tatapannya tajam, dingin, dan fokus pada target berikutnya. Ia menembak lagi ke arah salah satu musuh yang mencoba mendekat.

Di saat Leon fokus pada musuhnya, dari belakang Aida perlahan mengeluarkan pistol kecil dari balik bajunya. Ia menodongkan senjatanya ke arah Leon tepat di punggung pria itu.

1
Rahma Inayah
lanjut thor
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
Poppy keren
Rahma Inayah
skak matt Cecil GK BS jawab LG ucapan Popy
Maria Lina
bisa gk sih thor doble up nya
Rahma Inayah
gaspol Poppy jgn kasih kendor Andy dan ibu nya yg Mash bela anaknya walau SDH salh anknya
merry
hajar pop ksh tau bpkmu itu lohh 😄😄😄biar di hajarr tu buaya darat
Rahma Inayah
Popy dilawan 💪💪💪semantr poppy
Rahma Inayah
sebntr LG paman Leon akan menolong mu pppy
Nwong 8142
bagus Poppy maju 👍👍💪💪
Naufal Affiq
Dimana leon,poppy dalam bahaya
Nwong 8142
tenang saja ada paman leon Poppy pasti selamat ,kau Andy tunggu pembalasan Poppy 😄😄😄
Nwong 8142
haduhhh salah cari lawan nihh cewek,Poppy di lawan 😄😄
Rahma Inayah
km pikr dgn memutr blkkan fakta bisa membuat malu Popy .km blm tau Nisa siapa Popy sebernya dia wanita strong GK perlu dia pria SPT Andy utk di perebutkan
Rahma Inayah
pede amat km andy
Melinda Cen
lanjut
merry
mmy popi dh meninggal gt,,, jjur ajj x tntg mmy popi
Dian Fitriana
update
Rahma Inayah
awas Leon nnt kebeblasn sma2 hanyut dlm perasaan dan nafsu
Akai Kakazain
waow poppy👏😍 cahyo thor💪🫰
Rahma Inayah
SMA sama ciuman pertma Leon dan Popy ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!