NovelToon NovelToon
When The Game Cross The World

When The Game Cross The World

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kebangkitan pecundang / Action / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: Girenda Dafa Putra

Dunia pernah mengenalnya sebagai Theo Vkytor—penulis jenius di balik Last Prayer, karya horor yang menembus batas antara keimanan dan kegilaan. Tapi sejak kemunculan Flo Viva Mythology, game yang terinspirasi dari warisan kelam ciptaannya, batas antara fiksi dan kenyataan mulai runtuh satu per satu. Langit kehilangan warna. Kota-kota membusuk dalam piksel. Dan huruf-huruf dari naskah Theo menari bebas, menyusun ulang dunia tanpa izin penciptanya.

Di ambang kehancuran digital itu, Theo berdiri di garis tak kasat mata antara manusia dan karakter, penulis dan ciptaan. Ia menyaksikan bagaimana realitas menulis ulang dirinya—menghapus napasnya, mengganti jantungnya dengan denyut kode yang hidup. Dunia game bukan lagi hiburan; ia telah menjadi kelanjutan dari doa yang tidak pernah berhenti.

Kini, ketika Flo Viva Mythology menelan dunia manusia, hanya satu pertanyaan yang tersisa.

Apakah Theo masih menulis kisahnya sendiri… ataukah ia hanya karakter di bab yang belum selesai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girenda Dafa Putra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengakuan Theo Vkytor

...Chapter 3...

Ia menulis dengan cara orang yang tidak sedang mencatat, tetapi sedang menyalin sesuatu yang sudah terukir di kepalanya sejak lama. 

Setiap goresan pena bagai serpihan dari sesuatu yang lebih besar.

Mungkin ramalan, mungkin laporan, atau mungkin catatan pengakuan yang tidak pernah ia niatkan untuk dibaca siapa pun. 

Dan dalam setiap helaan napas, terlihat sisa kelelahan nan menolak hilang, kelelahan yang bukan berasal dari tubuh, melainkan dari sesuatu yang jauh lebih dalam.

Udara di sekitarnya tenang, tetapi di dalam gudang itu, waktu terasa rusak. 

Debu yang berjatuhan dari atap seolah melayang terlalu lambat, cahaya nan masuk melalui celah papan bergerak seperti air yang menetes di udara. 

Di antara keheningan, hanya suara pena yang terdengar, berdenting kecil seperti detak jam yang hampir kehabisan tenaga. 

Dari sela jari yang menutupi wajah, samar-samar tampak sepasang mata yang menyala redup.

Bukan oleh api atau pantulan cahaya, melainkan oleh sesuatu yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri. 

Nama pria itu, mungkin bagi sebagian orang hanyalah catatan sejarah, tetapi di antara bayang-bayang bencana, ia berdiri sebagai penulis kisah yang kelak akan menelan dunia.

Theo Vkytor.

'Ini bukan dunia yang kuinginkan, bukan kenyataan nan diharapkan.

Sial, semua berawal dari pesan naas itu.

"Proses penyatuan akan terlaksana kurang dari dua detik"? 

Cuma dua detik itu cukup untuk memusnahkan hidup, menguapkan segala prestasi, dan mengaburkan identitasku!

Semoga kalian bangga, dunia celaka! 

Dunia game konyol dengan logika ajaibnya yang absurd! 

Kalian menculikku dari kehidupan nyataku yang tenang, hanya untuk menjadikanku bahan olok-olok di dunia asing ini?

Begitukah keparat?!!'

Buku dan alat tulis itu, benda sederhana yang kini berada di tangan pria bernama Theo Vkytor, sesungguhnya bukan berasal dari dunia tempatnya berdiri saat ini. 

Dunia yang ia pijak sekarang bukanlah bumi yang ia kenal, melainkan sebentuk realitas ajaib nan terlalu megah sekaligus terlalu mengerikan untuk dianggap nyata. 

Segalanya di sini berdenyut dengan Inti Lu, udara pun terasa hidup—namun di balik kemegahan itu tersimpan absurditas yang bahkan imajinasi manusia tak sanggup menjelaskannya. 

Dan di sanalah Theo—seorang penulis dari dunia biasa—terjebak dalam dunia super magis yang semestinya hanya menjadi latar dalam cerita atau permainan ciptaan tangan-tangan orang lain.

Sebelum semua ini terjadi, Theo hanyalah seorang penulis muda yang hidup dalam kesunyian layar komputer dan aroma tinta digital. 

Ia menulis dengan gairah, mengukir huruf demi huruf hingga larut malam, menciptakan dunia yang ia pikir hanya akan hidup di antara paragraf dan imajinasi. 

Keindahan, detail, dan muatan emosi dalam novel-novelnya begitu kuat hingga mampu melahirkan inspirasi bagi dunia game.

Namun pada suatu malam yang tampak biasa, ketika jari-jarinya masih menari di atas keyboard dan pikirannya tenggelam dalam jilid kedua karyanya, layar komputer mendadak bergetar. 

Sebuah pesan muncul, huruf-hurufnya menyala merah di tengah kegelapan kamar.

“Peringatan! Proses penyatuan akan selesai dalam waktu kurang dari dua detik.”

Dalam sekejap, dunia yang dikenalnya lenyap. 

Cahaya putih menelan segalanya, membutakan pandangan, membekukan waktu, dan menghapus batas antara fiksi dan kenyataan. 

Theo sempat mencoba mundur, namun tubuhnya terseret oleh kekuatan tak kasatmata, seperti arus besar nan menelan kapal kecil di tengah badai. 

Sensasi itu bukan hanya rasa terbakar atau terhimpit, melainkan perasaan aneh ketika dunia yang orang lain ciptakan tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menariknya masuk. 

Ketika kesadarannya kembali, ia sudah berada di sini—di dunia yang dulu hanya menjadi permainan, kini menjelma menjadi kenyataan yang menolak logika.

Sejak saat itu, Theo Vkytor hidup di antara dua nalar yang saling menolak.

Dunia penulis dan dunia ciptaan orang luar. 

Ia sudah lebih dari sekali mencoba bernegosiasi dengan kenyataan, memohon agar dunia game ini memilih realitas lain untuk dilahap selain dunianya sendiri. 

Namun langit tetap diam, tanah tetap asing, dan setiap kali ia menulis di buku kecilnya, tinta emas itu seperti menertawakan ironi seorang pencipta nan kini terperangkap di dalam ciptaan yang bukan buatannya. 

'Sungguh menyedihkan, aku bersumpah. 

Terasa begitu menggelikan sampai ingin rahang ini hendak tertawa—tapi tenggorokan mendadak malah terkunci.

Terlebih begitu pesan "Peringatan! Proses penyatuan akan selesai dalam waktu kurang dari dua detik" menghilang dari pandangan, yang kulihat cuma putih—cahaya tajam nan menyambar bola mata. 

Lalu, ketika bisa melihat lagi, aku sudah terdampar di sini, tepat di tengah dunia game Flo Viva Mythology.

Sinting, bukan? Dunia asliku sudah musnah sembilan puluh sembilan persen. 

Segalanya—baik itu meja, rumah, alat tulis, kota tempatku dibesarkan—telah hangus, semata direbut paksa oleh alam game ini. 

Yang tertinggal cuma satu persen, yaitu aku sendiri. Diriku dan sisa-sisa kenyataan yang mungkin sudah tidak ada gunanya.'

Wusssshh!

'Paling ironis, Flo Viva Mythology awalnya hanyalah pelampiasan hiburan saat jenuh menulis "Last Prayer" jilid dua—sebuah novel horor yang membuat penerbitku rela begadang untuk proses cetak ulang. 

Aku hanya mencari distraksi sejenak dari naskah yang kelam. 

Tetapi kini, distraksi itu berubah menjadi penjara.'

Tsuuuuff!

'Flo Viva Mythology ... dunia di mana seorang anak yatim lemah bisa memanipulasi Inti Lu—energi misterius yang disebut-sebut bukan sihir maupun Qi dalam game ini. 

Kupahami semua alur permainannya, telah mengikuti runtuhnya sepuluh tokoh antagonis utama melalui enam babak cerita. 

Namun yang membuatku penasaran, semua penjahat itu ternyata perempuan. 

Mengapa harus seperti ini? 

Ada apa dengan semua karakter jahat yang harus wanita? 

Apakah sang pembuat game punya masalah dengan kaum perempuan? Atau ada rencana tersembunyi yang masih menjadi misteri, bahkan bagi pemain nan sudah mahir sepertiku?'

Dunia tidak lagi bekerja sebagaimana mestinya sejak hari itu. 

Bukan Theo Vkytor yang melangkah masuk ke dalam dunia game, melainkan dunia game yang keluar dari layar dan menelan kenyataan tanpa peringatan. 

Segala sesuatu yang dulu ia kenal—jalan-jalan kecil, kafe tempatnya menulis, bahkan kamarnya yang sederhana dengan aroma kopi dan tinta—semuanya tergantikan oleh lanskap baru nan absurd sekaligus memukau. 

Dunia nan kini berdiri di sekelilingnya bukan lagi bumi, melainkan Flo Viva Mythology, game yang selama ini ia mainkan hanya untuk mengisi waktu luang di antara kesibukan menulis. 

Dan lebih parahnya, perubahan itu bukan sekadar mimpi atau delusi—melainkan kenyataan tak terbantahkan, sebuah penyatuan antara fantasi dan realitas di mana hukum dunia lama sudah berhenti berlaku.

Dari seluruh planet yang kini berganti kulit menjadi teater magis berlapis bencana, hanya satu persen dari dunia asli yang bertahan. 

Theo termasuk dalam pecahan kecil itu, satu di antara sisa manusia yang terseret hidup di antara dua logika. 

Segala sesuatu di sekelilingnya berubah menjadi bagian dari Flo Viva Mythology—bangunan menjadi reruntuhan kuil, kota menjadi dataran suci, laut menjadi lautan eter, dan langitnya penuh pusaran cahaya yang terus berdenyut seperti nadi dunia yang baru lahir. 

Namun di balik keindahan surealis tersebut, tersimpan kekosongan yang dingin.

Tak ada lagi perbatasan antara apa yang diciptakan dan apa yang nyata. 

Theo, yang semula pencipta, kini hanyalah sisa dari dunia yang orang lain tulis—dan juga bukan dengan tangannya sendiri.

Flo Viva Mythology pada dasarnya bukan dunia yang ramah. 

Dalam game itu, Theo mengikuti perjalanan seorang anak yatim, sosok kecil yang disebut Human Change, manusia yang dapat mengakses kekuatan dari Inti Lu—personifikasi dari energi hidup, gabungan antara roh, sihir, dan Qi, tetapi bukan benar-benar salah satunya. 

Bersambung….

1
Asri Handaya
semangat berkarya ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!