NovelToon NovelToon
Tersesat Di Hutan Angker

Tersesat Di Hutan Angker

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Iblis
Popularitas:315
Nilai: 5
Nama Author: Juan Darmawan

Enam mahasiswa—Raka, Nando, Dimas, Citra, Lala, dan Novi—memutuskan untuk menghabiskan libur semester dengan mendaki sebuah bukit yang jarang dikunjungi di pinggiran kota kecil. Mereka mencari petualangan, udara segar, dan momen kebersamaan sebelum kembali ke rutinitas kampus. Namun, yang mereka temukan bukanlah keindahan alam, melainkan kengerian yang tak terbayangkan.

Bukit itu ternyata menyimpan rahasia kelam. Menurut penduduk setempat, kawasan itu dijaga oleh makhluk halus yang disebut “penunggu hutan”, sosok jin yang berwujud manusia tampan dan wanita cantik, yang gemar memperdaya manusia muda untuk dijadikan teman di alam mereka. Awalnya, keenamnya menertawakan cerita itu—hingga malam pertama di hutan tiba.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juan Darmawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Liburan Semakin Dekat

Tepat ketika Nando hendak mundur, napasnya tersengal dan jantungnya hampir melompat keluar. Dari belakang, sebuah tangan dingin menepuk pelan pundaknya.

“Bang Nando…” suara lembut itu membuat seluruh tubuhnya menegang.

Nando berteriak spontan,

“AAAAAAH!!” dan hampir menjatuhkan dirinya ke lantai. Ia menoleh cepat — dan hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Caca?!” serunya masih gemetar.

Gadis kecil berambut sebahu itu berdiri di belakangnya sambil menutup telinga karena kaget dengan teriakan Nando.

“Kak Nando! Apaan sih teriak-teriak? Aku baru datang, malah diteriakin,” katanya kesal.

Nando masih mencoba mengatur napasnya. “Ca… Ca, kamu dari mana? Bukannya kamu nginep di rumah Nia?”

Caca mengangkat bahunya sambil menunjuk tas ransel di punggungnya.

“Gak jadi, Kak. Mama Nia lagi sakit, jadi aku disuruh pulang. Nia nginap di rumah sakit. Aku udah ketok pintu dari tadi, tapi gak dibuka-buka. Jadi aku lewat pintu belakang.”

Nando menatapnya bingung, lalu pelan-pelan menoleh ke arah dapur.

Cahaya dari ponselnya masih menyala di lantai. Tapi… si Jenggo sudah tidak ada.

Tak ada jejak bulu, tak ada bekas piring pecah yang tadi jelas terdengar jatuh.

Semua terlihat rapi, seperti tak pernah ada kejadian apa pun.

Caca memperhatikan wajah kakaknya yang pucat.

“Kak, kenapa sih? Mukanya kayak habis lihat hantu,” ujarnya sambil tertawa kecil.

Nando menelan ludah, matanya masih tak lepas dari arah dapur.

“Ca… kamu tadi liat Jenggo gak?”

Caca mengernyit. “Kucing kita? Enggak. Bukannya dari sore dikurung di kandang belakang?”

Nando terdiam.

Pundaknya terasa dingin — seperti masih ada bekas sentuhan tangan lain sebelum Caca menepuknya tadi.

Perlahan, dari arah jendela belakang, terdengar suara cakaran halus,

“krrt... krrt... krrt...”, diiringi suara dengkuran samar seperti kucing… tapi nadanya berat dan tidak wajar.

Nando dan Caca saling berpandangan.

“Aku kira itu angin…” bisik Nando pelan.

Caca menelan ludah.

“Tapi Kak… angin gak bisa menggaruk jendela.”

***

Cahaya matahari pagi menembus tirai tipis kamar tamu rumah Leo. Dimas perlahan membuka matanya, kepala terasa berat seperti baru saja ditabrak sesuatu.

Ia mengerjap pelan, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

Terakhir yang ia ingat—motor terasa berat, gas ditarik tapi tidak mau, lalu semuanya gelap.

“Udah sadar juga akhirnya,” terdengar suara dari sisi kanan. Leo berdiri sambil membawa segelas air putih dan tersenyum lega.

“Lo bikin gue panik, bro. Ketemu lo pingsan di jalan, motor lo juga jatuh.”

Dimas langsung duduk, walau kepalanya masih berdenyut.

“Gue… jatuh?” gumamnya pelan.

Leo mengangguk.

“Untung gue lewat situ. Kalau nggak, mungkin lo udah dibawa orang. Gue panggilin dokter semalam, katanya lo cuma kelelahan dan kaget.”

Dimas mencoba tersenyum tapi ekspresinya kaku.

“Leo… waktu itu gue ngerasa aneh. Kayak ada yang duduk di belakang motor. Berat banget, bro… padahal gue sendirian.”

Leo terdiam sejenak. Matanya menatap wajah Dimas dengan ekspresi bingung, tapi juga agak takut.

“Lo yakin gak cuma halusinasi karena capek?”

Dimas menunduk, lalu memijat pelipisnya.

“Gue gak tau. Tapi pas gue jatuh… gue sempet denger suara kayak orang ngelus-ngelus jok motor, lembut banget, terus kayak bisikan perempuan—pelan banget di telinga gue.”

Suasana ruang tamu

Tiba-tiba dari arah depan terdengar suara motor dan mobil berhenti hampir bersamaan. Suara tawa samar dan langkah kaki terdengar mendekat.

“Assalamualaikum Leooo! Buka pintunyaaa!” suara khas Raka yang paling keras di antara mereka langsung terdengar.

Leo menoleh ke arah Dimas.

“Kayaknya mereka udah dateng,.”

Tak lama, muncul Raka, Nando, Citra, Lala, dan Novi, semuanya tampak cemas tapi juga lega begitu melihat Dimas duduk di sofa dengan wajah masih agak pucat.

“Gila, Dim! Katanya lo jatuh dari motor? Kita panik semua, loh!” ujar Raka langsung menghampiri sambil menepuk bahu Dimas.

“Untung Leo ketemu kamu” tambah Lala, menaruh kantong plastik berisi buah di meja.

“Kalo gak, entah gimana jadinya.”

Dimas yang mulai merasa lebih baik bersandar santai di sofa sambil tertawa kecil.

“Ya gitulah…” katanya sambil menghela napas pelan, “habisnya sendiri mulu, gak ada teman.”

Ucapan itu membuat semua yang ada di situ menoleh ke arahnya.

Tapi tatapan Dimas berhenti tepat di satu orang — Lala.

Lala yang sedang meneguk teh langsung terbatuk kecil, pipinya memerah.

“Eh—apa sih, Dim… ngomong gitu ngeliriknya ke aku pula,” katanya setengah malu, setengah kesal.

Raka langsung menimpali sambil tertawa keras, “Waduh, waduh! Ini tanda-tanda liburan kita bakal penuh drama nih!”

Citra dan Novi juga ikut menggoda.

“Aduh, Dimas suka Lala ya?” kata Novi dengan suara manja sambil melirik ke arah Lala.

“Ah, enggak lah!” sahut Lala cepat sambil berpura-pura fokus ke gelasnya. Tapi telinganya sudah merah.

Leo hanya menggeleng sambil menahan tawa. “Udah-udah, jangan digodain dulu. Kasian yang lagi sakit malah makin deg-degan.”

Dimas cuma tersenyum malu-malu, tapi di balik senyumnya ada sesuatu yang tulus. Ia memang menyukai Lala sejak semester lalu, cuma gak pernah sempat ngomong.

Suasana jadi lebih hangat. Mereka tertawa bersama, seolah kejadian semalam hanya mimpi buruk yang sudah lewat.

Suasana rumah Leo pagi itu terasa lebih hidup dari biasanya. Suara tawa mereka masih terdengar di ruang tamu, diselingi aroma harum teh manis dan suara panci dari dapur.

Tak lama kemudian, dari arah dapur muncul Bu Rida, ibunya Leo, dengan langkah pelan. Di sampingnya, Mira, adik bungsu Leo yang masih duduk di bangku SMA, membawa nampan berisi gorengan panas — tahu isi, pisang goreng, dan tempe mendoan yang masih mengepul.

Wah, rame banget nih rumah ibu hari ini,” ucap Bu Rida sambil tersenyum hangat.

“Ternyata Dimas udah sadar, syukurlah, Nak.”

Dimas langsung berdiri dengan sopan.

“Iya, Bu. Maaf ya udah ngerepotin… saya bener-bener gak nyangka bisa sampai pingsan di jalan.”

Bu Rida menggeleng pelan.

“Ah, gak apa-apa, Nak. Yang penting kamu udah sehat. Kalo bukan karena Leo, bisa-bisa kamu masih di jalan.”

Mira meletakkan nampan gorengan di meja dan tersenyum ke arah teman-teman kakaknya.

“Ini gorengan buatan aku, loh. Cobain, masih panas!”

“Wah, makasih banget, Mir!” kata Nando sambil langsung nyomot tempe mendoan.

“Ini baru namanya penyambutan.”

Raka juga ikut nimbrung sambil bercanda,

“Kalau tiap teman Leo pingsan terus dijamu beginian, besok gue pura-pura jatuh juga deh.”

Semua langsung tertawa keras, termasuk Bu Rida. Tapi Lala menatap Dimas sebentar, senyum tipis muncul di wajahnya.

“Untung kamu baik-baik aja, Dim,” katanya pelan.

Dimas membalas senyum itu, wajahnya sedikit memerah.

“Iya, makasih ya udah repot-repot dateng.”

Leo memperhatikan mereka berdua dari sudut mata sambil menahan senyum kecil.

Sambil menikmati gorengan buatan Mira, suasana di ruang tamu rumah Leo makin riuh.

Nando sudah bercanda lagi, Raka sibuk menirukan gaya dosen killer di kampus,

Di tengah obrolan itu, Citra tiba-tiba bersuara sambil menepuk tangannya.

“Eh, kenapa kita gak rapat di sini aja? Kan udah ngumpul semua nih,” katanya dengan nada semangat.

Semua langsung menoleh ke arahnya.

“Rapat apa?” tanya Raka sambil ngunyah tahu isi.

“Ya rapat buat rencana liburan lah! Bukannya minggu depan kita mau naik bukit itu?” jawab Citra sambil tersenyum lebar.

“Oh iya ya,” sahut Nando.

“Gue udah lupa karena sibuk mikirin kerjaan rumah. Tapi bener juga, mumpung lengkap semua.”

Siang itu, suasana rumah Leo semakin ramai. Di meja sudah terhampar peta rute pendakian, beberapa bungkus gorengan, dan gelas teh yang mulai mendingin.

Mereka sedang membahas perlengkapan dan siapa saja yang ikut ke Bukit Arga Dipa, bukit yang baru dibuka untuk pendakian umum beberapa bulan lalu.

Di tengah obrolan, Lala yang dari tadi menulis daftar perlengkapan tiba-tiba menoleh ke arah dapur, tempat Bu Rida sedang membereskan piring dibantu oleh Mira.

Lala berdiri, lalu berkata sopan,

“Bu Rida, boleh saya ngomong sebentar?”

Bu Rida menoleh sambil tersenyum.

“Iya, Nak kenapa ya?”

Lala menatap Leo sebentar, lalu menatap Bu Rida lagi.

“Soalnya… minggu depan kami rencananya mau liburan sekalian mendaki ke Bukit Arga Dipa, Bu. Saya sama teman-teman pengen ngajak Leo ikut juga. Soalnya, ya, biar lengkap, kan, Bu,” katanya sambil tersenyum manis.

Leo yang lagi duduk di ruang tamu langsung menatap Lala kaget, “Eh—La, kamu belum ngomong ke aku lho…”

Lala nyengir kecil. “Ya biar izin dulu ke ibunya, siapa tahu disuruh gak boleh,” katanya sambil menggoda.

Bu Rida tertawa lembut. “Aduh, kalian ini ya… kalau anak muda kumpul, pasti ujung-ujungnya naik gunung. Tapi ‘Bukit Arga Dipa’ itu yang dekat desa Mekar Sari ya kalau nggak salah

Citra langsung menjawab,

“Iya, Bu! Katanya pemandangannya bagus banget. Sunrise-nya keliatan dari puncak.”

1
Nụ cười nhạt nhòa
Belum update aja saya dah rindu 😩❤️
Juan Darmawan: Tiap hari akan ada update kak😁
total 1 replies
ALISA<3
Langsung kebawa suasana.
Juan Darmawan: Hahaha siap kak kita lanjutkan 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!