Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3 - Diajak Kembali
Zidan masih berada di samping tubuh Alpen yang sudah tak bernyawa. Ia masih meratapi kepergian binatang loreng tersebut.
Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki mendekat. Sobri membuka pintu dan berucap, "Eh Zidan! Ada yang mau bertemu denganmu!"
"Bilang aku nggak ada. Aku sekarang tidak ingin bertemu siapapun," sahut Zidan.
"Astaga! Bangkai harimau itu belum dibawa juga?" timpal Sobri.
Zidan kali ini hanya diam. Ia hanya memasang tatapan tajam pada Sobri.
"Bisakah aku bicara padamu, Tuan Zidan?" sosok lelaki berjas rapi muncul. Dia berjalan mendekati Zidan dan kembali berkata, "Kenalkan aku Roby. Aku sekretaris pribadi Tuan Jefri Nugroho. Bisakah kita bicara?"
Dahi Zidan berkerut dalam. Menatap Roby dengan terheran-heran. Apalagi saat lelaki paruh baya itu membungkuk ke arahnya. Sungguh, hal yang sangat ganjil dilakukan. Terlebih pada orang biasa dan cacat seperti Zidan.
Sementara itu, Sobri sangat terkejut. Terutama saat mendengar Jefri Nugroho disebut oleh Roby. Semua orang mengenal pebisnis sukses itu. Akan tetapi Zidan? Dia lebih peduli pada binatang di Safari.
"Apa aku bermimpi? Kau memanggilku tuan dan membungkuk padaku? Anjing di kebun binatang ini bahkan enggan melakukannya," pungkas Zidan.
Roby tersenyum. "Aku akan menjelaskan semuanya jika kau bersedia bicara," tuturnya.
Zidan mengangguk. Dia lantas menjauh dari jasad Alpen. Zidan duduk di bangku panjang dekat kandang harimau bersama Roby. Di dalam kandang terlihat ada beberapa harimau yang telah tidur.
"Kau itu adalah anak kandung Jefri Nugroho. Saudara kembar Zayan Ali Nugroho. Mereka adalah keluargamu, dan Tuan Jefri ingin kau kembali," jelas Roby.
Zidan terperangah. "Apa aku nggak salah dengar? Setelah bertahun-tahun lamanya ada orang yang mengaku-ngaku sebagai keluargaku? Kau pasti bercandan kan?" tanggapnya.
"Mendiang kakekmu, dia adalah kenalan ayahmu. Selama ini Tuan Jefri tidak pernah berhenti mengirimkan uang padanya. Tapi semenjak kakek Burhan meninggal, dia putus kontak denganmu. Meskipun begitu, Tuan Jefri terus mengirim uang. Kau tahu tentang rekening kakekmu kan?" ujar Roby.
Kening Zidan mengernyit. Sebab kakeknya tidak pernah memberikan apapun selain cincin giok yang sekarang dirinya jadikan kalung.
Zidan lantas mencoba mengingat-ingat lagi. Sampai dia teringat kalau pernah bibinya datang ke rumah dan mengambil sesuatu dari kamar kakeknya.
"Aku nggak tahu..." lirih Zidan. Entah kenapa dia merasa dikhianati oleh kakeknya sendiri. Terlebih selama hidup bersama sang kakek, Zidan selalu hidup susah.
Mata Zidan bergetar. Meluruhkan tetesan air mata satu per satu. Ia terdiam dan merasa marah. Rasanya Zidan kehilangan kepercayaan pada semua manusia sekarang. Apalagi setelah merasa kalau kakeknya juga berkhianat. Zidan berpikir kakeknya sengaja menyimpan uang dari Tuan Jefri untuk keluarganya di kampung. Jujur saja, dia beberapa kali pernah menemani sang kakek mengirim uang lewat bank.
"Ikutlah bersamaku, Tuan Zidan. Kau tidak perlu lagi bekerja berat di kebun binatang. Hidupmu akan jadi lebih baik," kata Roby.
"Apa jaminan kalau hidupku bisa berubah jadi lebih baik?!" balas Zidan.
"Orang tuamu kaya raya, Tuan. Kau bisa memiliki apapun dengan uang."
"Uang?" Zidan terkekeh sinis. "Uang hanya membuat manusia buta," lanjutnya.
"Jadi kau tak akan ikut?" Roby memastikan.
"Bilang pada Tuan Jefri. Kalau dia mau aku kembali, buat kebun binatang ini jadi milikku terlebih dahulu!" tegas Zidan. Dia yakin Jefri tidak akan mampu melakukannya. Apalagi Zidan tahu kebun binatang Safari tempatnya bekerja sekarang sangat disayangi pemiliknya.
Orang yang menggunakan atau melakukan sesuatu yg direncanakan untuk berbuat keburukan/mencelakai namun mengena kepada dirinya sendiri.
Tidak perlu malu untuk mengakui sebuah kebenaran yg selama ini disembunyikan.
Menyampaikan kebenaran tidak hanya mencakup teguh pada kebenaran anda, tetapi juga membantu orang lain mendengar inti dari apa yang anda katakan.
Menyampaikan kebenaran adalah cara ampuh untuk mengomunikasikan kebutuhan dan nilai-nilai anda kepada orang lain, sekaligus menjaga keterbukaan dan keanggunan.
Mempublikasikan kebenaran penting untuk membendung berkembangnya informasi palsu yang menyesatkan lalu dianggap benar.
Amarah ibarat api, jika terkendali ia bisa menghangatkan dan menerangi. Tapi jika dibiarkan, ia bisa membakar habis segalanya termasuk hubungan, kepercayaan, bahkan masa depan kita sendiri...😡🤬🔥
Kita semua pernah marah. Itu wajar, karena marah adalah bagian dari sifat manusia.
Tapi yang membedakan manusia biasa dengan manusia hebat bukanlah apakah ia pernah marah, melainkan bagaimana ia mengendalikan amarah itu.
Alam semesta memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan segala hal.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Prinsip ini mengajarkan kita bahwa tindakan buruk atau ketidakadilan akan mendapatkan balasannya sendiri, tanpa perlu kita campur tangan dengan rasa dendam..☺️
Meluluhkan hati seseorang yang keras atau sulit diajak berdamai adalah tantangan yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan.
Meluluhkan hati seseorang adalah usaha yang harus diiringi dengan kesabaran, doa, dan perbuatan baik. Serahkan segala urusan kepada Allah SWT karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
Jangan lupa untuk selalu bersikap ikhlas dan terus berbuat baik kepada orang yang bersangkutan.
Karena kebaikan adalah kunci untuk meluluhkan hati manusia.