Sekelompok siswa SMA dipaksa memainkan permainan Mafia yang mematikan di sebuah pusat retret. Siswa kelas 11 dari SMA Bunga Bangsa melakukan karyawisata. Saat malam tiba, semua siswa di gedung tersebut menerima pesan yang menunjukkan permainan mafia akan segera dimulai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menyingkirkan teman sekelas dan menemukan Mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permainan Dimulai
Farhan dan Rizal berjalan berdampingan, terlihat gugup dan takut. Berusaha seberani mungkin menatap kearah Hagian dan kedua temannya. Siapa lagi kalau bukan Jihan dan Wira.
"Kapan lo bisa balikin uang gue?" Rizal berujar dengan gagap "Gue harus bayar uang spp"
Wira tampak menundukkan kepala sesaat, sebelum berjalan mendekat kearah Rizal, dan menepuk bahunya cukup keras.
"Ah, jangan gitu, kita kan teman" Wira berujar, sambil mencekam bahu Rizal, membuat pria itu sempat meringis kesakitan "udah gue bilang, gue juga bakal bayar bunganya!" Lanjut Wira, geram yang tampak, seperti Wira ingin memukul Rizal saat itu juga.
"Kasih gue waktu lagi" Wira memilih mendekat kearah Hagian dan Jihan, daripada harus berurusan dengan Rizal yang berujung memancing emosinya lebih parah.
"Tapi, gue butuh," Ucapan Rizal terhenti saat mendengar teriakan dari Jihan. Pria itu melangkah mendekati Rizal, memberikan sensasi ketakutan dari dua belah pihak. Farhan dan Rizal, dua pria yang sering sekali jadi target empuk geng Hagian.
"Lo bukan rentenir!? Kita kesini buat liburan, bukan nagih hutang, brengsek!" Ujar Jihan lagi dengan gema berulang didalam aula.
Rizal hanya dapat menundukkan kepalanya karena takut. Sementara Hagian yang sembari tadi diam, mulai bergerak melangkah kearah Jihan, memukul kepala sahabatnya cukup keras.
"Diamlah!" Desis Hagian, lantas bergerak mendekat kearah Farhan, "Hey, bajingan! Lo juga minjemin mereka uang?"
"Iya. Tapi gue bisa nunggu, nggak usah buru-buru balikinnya" Farhan menyahut.
"Berapa totalnya?" Hagian mendorong bahu Farhan, dengan seringai di wajahnya, "Gue yang bakal bayar”
"Dan sebagai balasannya, lo harus mau main basket sama gue, Farhan" Hagian berujar dengan suara menuntut, bersama tangannya yang meremat celah rambut di kepala Farhan.
Farhan menatap takut pada pandangan intimidasi dari ketiga brandalan itu. Farhan bahkan tidak mempunyai alasan untuk menolak ajakan kasar Hagian, walaupun ia tahu bahwa ia akan dipukuli lagi.
—
Khalil berdecak kesal. Sesekali mengotak-atik ponselnya dengan kasar, "Sialan!! Kenapa HP gue jadi gini sih!?"
"Khal! Lo berisik banget, emangnya HP lo kenapa dah?" Endru bertanya cukup bingung, mendapati perlakuan Khalil yang terlihat sedang merutuki ponselnya sendiri.
Khalil menghembuskan nafas beratnya, lalu menunjukkan benda pipih itu pada Endru "Liatin!" ia menggerakkan layar dengan telunjuknya, namun tidak ada pergerakan sama sekali.
"Gue nggak bisa buka aplikasi apapun, sialan! Gue bosen banget” runtuknya.
"Paling juga lagi nge-lag, tunggu aja bentar” Sahut Endru.
Bisa saja di tempat baru, sesimple hal yang sedang di alami Khalil terjadi. Apalagi tempat retret yang dipilih sekolahnya juga terbilang jangkauan yang sulit mendapatkan sinyal.
"Wait! Lo masang aplikasi baru ya? Gimana caranya? Padahal disini nggak ada wifi sama internet” Endru lantas berlontar kembali sambil melirik pada ponsel Khalil.
"Ha? Aplikasi?" Khalil mengenyit bingung. Ia lantas memeriksa ponselnya kembali "Gue nggak pernah masang aplikasi baru. Coba lihat HP lo, gue pastiin juga”
Endru lantas memberikan ponselnya pada Khalil, kebingungan dengan situasi yang sedang terjadi pada mereka berdua.
Harusnya dengan kode QR yang di berikan, membuat akses internet jauh lebih mudah, dan membuat mereka menikmati karyawisata dengan nyaman. Tapi kenapa tiba-tiba semua sinyal hilang dan tidak ada jaringan yang tersambung?
"Udah gue duga! Ini terpasang secara otomatis! HP lo juga lagi masang aplikasi ini” Sentak Khalil, memberikan ponsel itu kembali ke Endru.
"Serius? Gue nggak pernah memasang aplikasi ini”
Tut…
Khalil menekan aplikasi yang telah terinstall di ponselnya, tanpa peduli Endru juga melakukan hal yang sama. Tampilan layar yang tidak pernah mereka temui di beberapa aplikasi sebelumnya.
"Ini aplikasi apaan dah? Baru rilis banget sampe marketingnya aja langsung maksa orang buat cuman bisa buka ini doang?"
"Ini pasti perbuatan Bima si gila itu” Gumam Khalil.
...Selamat Datang......
...Permainan Mafia akan dimulai sekarang....
...Periksa identitasmu....
Khalil dan Endru sejenak diam dalam kebingungan mereka, "Permainan Mafia? Yang bener aja"
"Gue makin yakin sama ucapan lo barusan. Ini pasti perbuatan Bima" Ujar Endru sebelum benar-benar menekan lagi layar ponsel miliknya.
Endru, identitasmu adalah Warga.
"Btw, gue warga, Khal. Lo dapet apa?" Endru mendongak, menatap Khalil yang masih fokus dengan layar miliknya.
"Gue ..."
Khalil, identitasmu adalah Polisi.
"–Warga." Lanjutnya. Dia masih berpikir, jika ini hanya permainan belaka dari Bima, jadi dia tidak perlu membongkar identitasnya kan?
"Aish, payah banget! Gue pikir kita berdua bakal dapet peran penting” Endru mendesah kecewa.
"Ya udahlah, lagipula ini cuman permainan aja kan? Jadi lo nggak usah anggep serius" Ujar Khalil sambil terkekeh pelan.
Ponsel yang masih setia ada di genggaman, menampilkan notifikasi baru. Masing-masing dari mereka melihat kearah layar, tentu masih dengan keraguan sekaligus rasa penasaran.
Terdapat beberapa kolom pilihan seperti, Menu Utama, Obrolan, Pilihan, Aturan, Status Pemilihan, Peserta.
1. "Identitas peserta akan ditetapkan diam-diam. Identitasnya adalah Warga, Dokter, Polisi, dan Mafia” Seperti, Dokter bisa mencegah peserta pilihan dieksekusi.
"Para Peserta mempunyai waktu dari pukul 8 pagi hingga tengah malam” Untuk mencari Mafia melalui pemungutan suara.
"Pada tengah malam, orang dengan suara terbanyak akan di eksekusi" Lalu, identitas peserta dieksekusi akan terungkap.
"Setelah pemungutan suara tengah malam, semua peserta kecuali Mafia akan tertidur"
"Saat para peserta tertidur di malam hari, Mafia punya waktu sampai pukul 6 pagi untuk mengeksekusi sendiri partisipannya"
"Jika tim Warga atau tim Mafia mengalahkan tim lain dan menang maka permainan akan berakhir" Warga, Polisi, dan Dokter satu tim.
“Gue nggak nyangka Bima bakal seniat ini buat aplikasi" Endru bergumam, lantas menatap kearah Khalil yang masih terfokus pada ponselnya.
Semua peserta identifikasi Mafia dan mulai memilih.
Tinggg…
Pesan dari Bima