NovelToon NovelToon
MATA YANG MELIHAT MASA DEPAN

MATA YANG MELIHAT MASA DEPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Kultivasi Modern / Ketos / Mengubah Takdir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Susilo Ginting

Rendra Adyatama hanya memiliki dua hal: rumah tua yang hampir roboh peninggalan orang tuanya, dan status murid beasiswa di SMA Bhakti Kencana—sekolah elite yang dipenuhi anak pejabat dan konglomerat yang selalu merendahkannya. Dikelilingi kemewahan yang bukan miliknya, Rendra hanya mengandalkan kecerdasan, ketegasan, dan fisik atletisnya untuk bertahan, sambil bekerja sambilan menjaga warnet.
Hingga suatu malam, takdir—atau lebih tepatnya, sebuah Sistem—memberikan kunci untuk mendobrak dinding kemiskinannya. Mata Rendra kini mampu melihat masa depan 24 jam ke depan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilo Ginting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14. Duel di Bursa dan Alarm Jaringan W

Bermain dengan saham PT Sinar Raya Propertindo (SRPA), kendaraan pencucian uang Tuan Wirawan, adalah keputusan paling berbahaya yang pernah Rendra ambil. Ini setara dengan kembali ke Kasino Gerbang Merah, tetapi dengan taruhan yang jauh lebih besar dan diawasi oleh ribuan mata di bursa. Rendra tahu, setiap transaksi sempurna yang ia lakukan bukan hanya menghasilkan uang, tetapi juga mengirimkan sinyal bahaya langsung ke pusat jaringan Wirawan.

Strategi Serigala di Sarang Harimau

Rendra tidak hanya mengandalkan Visi nya. Ia menggabungkannya dengan analisis W Network dari Pak Bima. Ia tahu jadwal rapat internal, tanggal rilis laporan palsu, dan time-window ketika sindikat Wirawan akan melakukan block trade besar untuk menaikkan harga saham SRPA.

Hari pertama operasinya di SRPA adalah tes mental. Rendra mengalokasikan Rp20.000.000, dibagi menjadi sepuluh sesi day trading cepat.

Rendra memfokuskan Visi. Ia melihat Rudi, besok siang, akan menghubungi broker tertentu untuk melakukan pembelian besar-besaran (sekitar 500 lot) pada menit ke-45 perdagangan. Ini adalah tindakan manipulatif untuk menarik investor ritel.

Rendra bertindak 30 detik sebelum Rudi. Ia memasukkan pesanan beli yang signifikan, bergerak lebih cepat dari institusi besar, memanfaatkan keunggulan informasinya.

Ketika Rudi mengeksekusi block trade-nya, harga SRPA melonjak 4% dalam satu menit. Investor ritel berbondong-bondong ikut membeli. Rendra, menggunakan lonjakan harga yang diciptakan oleh Wirawan sendiri, segera menjual sahamnya.

Keuntungan hari itu: Rp1.500.000 bersih. Keuntungan itu kecil, tetapi sempurna. Dia mencuri dari Wirawan tanpa meninggalkan jejak yang mencurigakan, karena transaksinya menghilang di tengah euforia pasar.

Selama seminggu berikutnya, Rendra mengulang pola ini. Ia seperti hantu yang melayang di bursa, selalu berada di depan gerakan whale Wirawan. Setiap kali Wirawan mencoba menaikkan atau menjatuhkan harga SRPA untuk tujuan internal mereka, Rendra sudah lebih dulu membeli atau short selling, menghasilkan keuntungan tanpa gagal.

Pada akhir minggu kedua, Rendra berhasil melipatgandakan modalnya yang diinvestasikan. Rp60.000.000 miliknya telah berubah menjadi Rp120.000.000.

Total modal Rendra kini mencapai target ambisiusnya: Rp155.250.000. Ia telah melampaui angka Rp150 Juta.

Alarm Berbunyi di Jaringan W

Di balik pintu kantor Wirawan yang mewah, alarm sudah berbunyi.

Rudi, yang bertanggung jawab atas operasi saham SRPA, berdiri di depan meja marmer Tuan Wirawan, wajahnya tegang.

"Tuan, ada sesuatu yang terjadi di saham SRPA selama dua minggu ini," lapor Rudi, suaranya sedikit gemetar.

"sesuatu seperti apa, Rudi?" tanya Wirawan, tanpa mengalihkan pandangan dari cerutu yang ia bakar.

"Setiap kali kita bergerak, Tuan, ada satu akun kecil—seorang individu—yang selalu berada di depan kita. Dia membeli tepat 30 detik sebelum kita menaikkan harga, dan menjual tepat sebelum kita menjatuhkannya. Dia mendapatkan keuntungan dari setiap pergerakan yang kita ciptakan, seolah-olah dia memiliki feed harga internal kita," jelas Rudi, menyeka keringat di dahinya.

Wirawan mematikan cerutunya di asbak kristal, tatapannya kini dingin dan mematikan. "Apakah itu robot?"

"Tidak, Tuan. Polanya terlalu cerdas, terlalu manusiawi. Dia hanya fokus pada timing dan hanya bermain di volume kecil. Dan yang paling aneh... akun ini terdaftar atas nama Rendra Aditama."

Rudi menunjukkan foto Rendra dari sistem registrasi broker ke Wirawan.

Wirawan menyeringai. "Aku sudah menduga. Anak itu. Dia bukan anak beruntung, Rudi. Dia adalah anak yang tahu. Anak yang berani bermain di rumahku sendiri. Dia tidak hanya melunasi utangnya, dia sedang mencuri dariku."

"Apa yang harus kita lakukan, Tuan?"

"Jangan sentuh dia dulu," perintah Wirawan, matanya memancarkan perhitungan licik. "Dia terlalu berharga, dan terlalu berbahaya jika dia tahu kita bergerak. Pantau setiap gerakannya. Aku ingin tahu, kenapa anak ini tiba-tiba membutuhkan uang sebanyak ini. Dia pasti sedang merencanakan sesuatu."

Wirawan berdiri, menatap kota dari jendela. "Rudi, berikan anak itu hadiah kecil. Kirimkan dia satu alamat baru. Katakan padanya, aku butuh jasa mata tajamnya untuk mengamankan aset pentingku. Saat dia datang, kita akan berbicara tentang 'loyalitas' dan 'konsekuensi' secara langsung."

Pertemuan di Jaring Laba-Laba

Di sekolah, Rendra memanfaatkan waktu luangnya untuk mendekati Clara, memancing informasi tentang Elena.

"Clara, kenapa Ayahmu dan Kakakmu, Elena, akhir-akhir ini sangat tegang?" tanya Rendra saat mereka makan siang bersama.

Clara menghela napas. "Ayahku diserang dari segala sisi. Dan Kak Elena... dia terlihat semakin sering berada di bawah tekanan. Kudengar dari Ayah, ada masalah besar di proyek konstruksi yang Ayahku tangani, dan itu melibatkan perizinan. Kak Elena yang harus menyelesaikannya."

Rendra mengangguk. Perizinan. Itu adalah titik lemah Elena yang disebutkan dalam W Network. Wirawan sedang menekan Ayah Clara melalui masalah perizinan yang diurus oleh Elena, menjadikannya semakin terikat pada sindikat itu.

"Apa yang Ayahmu rencanakan untuk melawan tekanan itu?" tanya Rendra.

"Dia bilang, dia akan bertemu dengan 'pihak ketiga' yang bisa memberikan perlindungan politik. Seseorang yang sangat kuat dan sangat bersih," jawab Clara.

Rendra merasakan firasat buruk. Pihak ketiga yang 'sangat kuat dan bersih' itu bisa jadi jebakan baru yang dipasang oleh Wirawan untuk mengisolasi Ayah Clara.

Saat Rendra berjalan pulang, ponselnya bergetar. Sebuah SMS dari nomor Wirawan.

"Selamat atas kemenanganmu, Rendra. Utangmu belum lunas. Besok malam, datanglah ke alamat ini (Alamat Gudang Industri di pinggiran kota). Aku ingin membicarakan cara kita akan bekerja sama ke depannya. Datang sendiri. Ini bukan permintaan, ini perintah."

Rendra melihat alamat itu. Itu adalah salah satu properti yang tercantum dalam file W Network sebagai gudang logistik rahasia Wirawan.

Rendra mencapai Rp150 Juta. Ia mencapai targetnya. Tapi di saat yang sama, ia baru saja dipanggil langsung ke sarang harimau. Pertarungan kini beralih dari perang angka menjadi konfrontasi fisik dan strategi hidup-mati.

1
BungaSamudra
tulisanmu mengalir kek air. ritmenya pas banget pas dibaca 😍
Fairuz
semangat kak jangan lupa mampir
knovitriana
update
Ken
Tanda bacanya kurang dikit.
Semangat Thor
D. Xebec
lanjut next chapter bang, jadi penasaran gw, btw semangat 👍
D. Xebec
cerita nya menarik, tapi ada beberapa kata yang kurang huruf
D. Xebec
tulisannya masih banyak yang kurang huruf bang, perbaiki lagi, btw cerita nya menarik
Zan Apexion
menarik, Semangat ya👍
Monkey D. Luffy
kurang huruf N nya ini bang🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!