NovelToon NovelToon
JODOH WASIAT DEMANG

JODOH WASIAT DEMANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:708
Nilai: 5
Nama Author: DUOELFA

"Genduk Mara, putu nayune Simbah Demang. Tak perlulah engkau mengetahui jati diriku yang sebenarnya. Aku ingin anak turunku kelak tidak terlalu membanggakan para leluhurnya hingga ia lupa untuk selalu berusaha membangun kehidupannya sendiri. Tak ada yang perlu dibanggakan dari simbah Demangmu yang hanya seorang putra dari perempuan biasa yang secara kebetulan menjadi selir di kerajaan Majapahit. Kuharapkan di masa sekarang ini, engkau menjadi pribadi yang kuat karena engkau mengemban amanah dariku yaitu menerima perjodohan dari trah selir kerajaan Ngayogyakarta. Inilah mimpi untukmu, agar engkau mengetahui semua seluk beluk perjodohan ini dengan terperinci agar tidak terjadi kesalahpahaman. Satu hal yang harus kamu tahu Genduk Mara, putuku. Simbah Demang sudah berusaha menolak perjodohan karena trah mereka lebih unggul. Tapi ternyata ini berakibat fatal bagi seluruh keturunanku kelak. Maafkanlah mbah Demang ya Nduk," ucap Mbah Demang padaku seraya mengatupkan kedua tangannya padaku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

"Raden, saya ke sini karena diutus oleh Putra Selir I untuk menanyakan apakah ibu selir ke delapan puluh enam ikut ke Kadiri atau tidak. Bila Ibu selir ikut, mohon sampaikan hal itu pada saya agar bisa saya sampaikan pada Raden Mas Putra selir I," kata Paijo, abdi dalem kerajaan yang selama ini telah menemani Raden Soemitro melewati hari- hari di istana kerajaan sambil menangis tersedu.

"Loh, kamu kok nangis tho Jo?"

Paijo menatap Raden Soemitro dengan tatapan penuh air mata. Ia sungguh tidak ingin kehilangan raden yang begitu disayanginya.

"Raden Mas ajeng pindah dateng Kadiri. Lajeng Dalem di Japan kaliyan sinten? Dalem pengen derekaken Raden Mas kaliyan Ibu Selir dateng Kadiri."

" Jangan ikut saya Paijo. Di Kadiri itu tidak mudah. Saya hanya sendiri sama ibu selir. Tidak ada abdi dalem sama sekali. Kami akan mengerjakan semua kebutuhan rumah sendiri. Dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Mulai dari memasak makanan, mencuci pakaian, hingga membenahi tempat tinggal bila diperlukan. Kami juga akan mulai mencukupi kebutuhan dengan melakukan semua hal yang baru seperti melakukan pertanian, melakukan peternakan dan semuanya itu sendiri. Semuanya akan sulit bagimu karena di sini semua telah tersedia dan terdapat pelayanan terbaik bagi semua penghuninya. Di Kadiri semuanya berbanding terbalik bila dengan dibandingkan dengan di Japan. Di Kadiri semuanya akan terasa sulit. Aku takut kamu tidak akan betah di sana. Lebih baik kamu di sini saja. Sesekali boleh main ke Kadiri, tapi tunggu kondisiku baik dulu. Biar aku bisa pamer kesuksesanku sama kamu," seloroh Raden Soemitro menenangkan Paijo, tapi yang ditenangkan malah semakin menjadi. Paijo menangis tersedu.

"Piye tho iki? Diguyoni ben mari olehe nangis. Malah nangis ngluguk?" ucap Raden dengan tertawa. 

"Panjenengan njeh ngoten. Wonten tiyang nangis kok diguyoni. Pokok kula tetep pengen derek Raden Mas Soemitro dateng Kadiri. Sampun titik."

Raden Soemitro menatap penuh keheranan pada abdi dalem satunya ini. Paijo memang tidak pernah diragukan ketaatan pada tuannya. 

"Paijo, benarkah kamu tetap memaksa ikut? Saya tidak memaksamu. Ingat itu. Ini murni memang kemauanmu sendiri. Saya izinkan kamu ikut ke Kadiri, tapi Saya minta tolong satu hal. Bila di Kadiri kelak ada sesuatu yang memberatkanmu, tolong bicaralah padaku. Saya akan mengembalikanmu ke sini. Ke Japan," ucapan raden Soemitro pada jongos setianya. 

"Kula ajeng tansah berusaha supados kula mboten wangsul maleh ke Japan, Raden. Kula ajeng ngrencangi Raden mas kaliyan Ibu Selir ke delapan puluh enam wonten Kadiri," ucap Paijo pada tuannya. 

"Segeralah kembali ke Puri Kedaton. Berbicaralah pada Putra Selir I kalau kamu ingin ikut saya ke Kadiri. Bila diperbolehkan, segeralah beritahu padaku dan berkemaslah dengan cepat karena hari sudah sore," jelas Raden Soemitro pada Paijo. 

" Inggih Raden Mas."

Paijo bergegas kembali ke Puri Kedaton untuk menghadap pada Putra Selir I. Paijo ingin mengutarakan keinginannya untuk ikut bersama Raden Mas Soemitro beserta ibu Selir ke dua puluh enam.

Sesampainya di hadapan Putra Selir I, Paijo menggunakan tata cara seperti biasa. Paijo memposisikan tubuhnya bersimpuh menghadap Putra Selir I yang tengah duduk di atas singgasana sambil berjalan dengan bersimpuh hingga didepannya berjarak kurang lebih tiga meter. Setelah tepat di depan Putra selir I, Paijo mengatupkan kedua tangannya hingga ke depan wajah untuk menyalami rajanya tersebut. 

"Ada keperluan apa hingga kamu berkenan hadir dihadapanku, Paijo?" tanya Raden Mas Putra Selir I pada jongos adiknya, Raden Soemitro.

" Raden mas Putra Selir I, sepindah kula ngaturaken bilih Ibu Selir ke delapan puluh enam derekaken Raden Mas Soemitro ke Kadiri. Kaping kalih dalem izin derekaken Raden Sumitro kaliyan Ibu Selir ke delapan puluh enam ke Kadiri. Dalem nyuwun persa, Raden Mas Putra Selir I nyaosi izin punapa mboten dhateng Dalem? Dalem sendiko dawuh Raden," jelas Paijo pada rajanya.

"Kamu ingin ikut ke sana Paijo? Kalau kamu ingin ikut, ikut aja gak po po. Biar Soemitro ada temennya di sana. Biar tidak sendirian," jelas Putra Selir I yang begitu membuat hati Paijo bahagia. 

"Matur nuwun sanget Raden Mas Putra selir I. Dalem nyuwun pamit kalih undur diri saking kerajaaan punika. Niki kula ajeng ringkes-ringkes," pamit Paijo pada tuannya.

"Iya Paijo. Terima kasih atas pengabdianmu selama ini di Kerajaan Majapahit. Mohon temani ibu selir ke delapan puluh enam dengan baik dan Tolong temani Sumitro."

"Inggih. Sendiko Dawuh Paduka. Dalem pamit."

" Iya."

Paijo mengatupkan kedua tangannya ke atas. Kemudian bersimpuh dan berjalan dengan posisi tetap bersimpuh ke arah belakang. 

Paijo berlari ke kediaman Raden Soemitro. Napasnya terlihat ngos-ngosan sesampainya di depan Radennya tersebut. 

"Kamu ngos-ngosan gitu Jo? Minum dulu," ucap Raden Soemitro sembari memberi gelas berisi air putih pada jongosnya tersebut.

"Raden raden. Dalem bahagia sekali keranten dalem angsal derek panjenengan. Dalem senang karena dalem saged ngrencangi jenengan kaliyan ibu Selir," ucap Paijo dengan bahagia.

Raden Soemitro terbelalak. Ia terlihat begitu senang. 

"Benarkah? Ya sudah kalau gitu. Sekarang kamu berkemaslah. Barang berharga seperti emas, perak, gepeng, gobog atau barang mereka kayaknya kamu miliki nanti titipkan saja pada Ibu Selir. Biar dijadikan satu di satu kotak peti besar. Nanti kamu sama ibu Selir naik perahu VOC turun di dermaga Dhaha Kadiri. Selama di perjalanan nanti, tolong jaga ibu Selir dengan baik karena nanti banyak sekali penyusup di sana. Barang bawaan ibu tolong dijaga karena banyak penjarah yang akan selalu mengintai. Awasi kanan dan kiri bila ada yang mencurigakan atau mata-mata. Nanti aku akan naik kuda bersama pasukan suruhan Putra Selir I karena aku harus membawa serta kudaku ini. Sesampainya di Kadiri, aku akan langsung ke Dermaga Dhaha untuk  menjemput Ibu Selir dan kamu. Kemudian sekalian mampir menyerahkan surat mandat ini ke kepala VOC di kantor pemerintahan Bupati Kadiri yang berada di dekat dermaga," jelas Raden Soemitro dengan panjang lebar. 

"Inggih Raden."

"Intinya, selama kamu berada di kapal VOC, lindungilah barang berhargamu . Coba ditutupi dengan barang-barang yang tidak berguna untuk mengecoh lawan selama diperjalanan."

"Inggih Raden."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!