NovelToon NovelToon
Cinta Suci Aerra

Cinta Suci Aerra

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:734
Nilai: 5
Nama Author: manda80

Aerra adalah seorang wanita yang tulus terhadap pasangannya. Namun, sayang sekali pacarnya terlambat untuk melamarnya sehingga dirinya di jodohkan oleh pria yang lebih kaya oleh ibunya. Tapi, apakah Aerra merasakan kebahagiaan di dalam pernikahan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon manda80, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27 Kamu Mau Membuang Semuanya?

 Kehangatan yang kurasakan di perut Lika, adikku, si penusuk dari belakang, bukanlah fatamorgana. Rasanya nyata, kencang, sebuah kehidupan yang terbentuk di luar pernikahan sahku, dan lebih parahnya, ia adalah benih dari suamiku sendiri.

Kepalaku berkunang-kunang. Ini tidak mungkin. Ini adalah jebakan. Lika sedang berbohong.

Aku menarik tanganku kembali, seolah tersengat listrik, dan mundur selangkah, menabrak dada bidang Aldo. Tapi Aldo tidak bergerak. Ia berdiri kaku, matanya terpaku pada Lika. Bukan dengan tatapan bucin yang selama ini ia berikan padaku, melainkan campuran rasa bersalah dan terkejut.

“Bohong!” desisku, suaraku terdengar serak dan aneh. “Kamu bohong, Lika. Aldo tidak mungkin melakukan ini. Selama ini dia... dia hanya mencintaiku.”

Lika tertawa keras, suaranya memenuhi ruang VVIP yang mahal itu. “Mencintaimu? Tentu saja. Dia memujamu, Mbak. Dia bucin sampai buta. Tapi kamu sendiri bilang, kamu tidak memberinya apa-apa. Kamu menolaknya selama lima tahun. Aldo juga manusia, Mbak Aerra.”

Aku menoleh ke Aldo, mataku memohon penjelasan. “Al? Katakan ini tidak benar. Katakan kamu tidak mengkhianatiku. Aku mungkin tidak mencintaimu, tapi aku tidak pernah melakukan ini padamu.”

Aldo menarik napas panjang, dan suara yang keluar dari mulutnya begitu dalam dan bergetar, hampir tidak kukenali. “Aerra, bukan ini caranya kamu tahu.”

“Oh, ya? Lalu bagaimana caranya, Mas? Aku harus menunggu dia melahirkan anakmu di rumah sakit ini baru kamu akan jujur? Atau kamu menunggu Mama Susi membuat pesta perayaan cucu pertamanya?” teriakku. Air mata yang kupikir sudah kering kembali membanjiri wajahku. “Kapan ini terjadi? Di mana hatimu, Al? Kamu tahu dia adikku!”

Lika memutar bola matanya, tampak bosan dengan dramaku. “Aku akan memberitahumu, Mbak. Setelah setahun pernikahanmu. Kamu menolak Mas Aldo malam itu. Dia sedih, dan aku... aku hanya mencoba menghibur kakak ipar yang sedang galau. Hanya sekali, Mbak. Tapi setelah itu, entah bagaimana, kami bertemu lagi. Itu hanya pelarian untuk Mas Aldo. Kamu yang membuat ini terjadi.”

“Lika, hentikan omong kosongmu!” bentak Aldo, akhirnya bergerak. Ia maju selangkah, menempatkan dirinya di antara aku dan Lika. “Jangan menyalahkannya, Aerra. Ini salahku.”

“Salahmu? Apa yang membuatmu melakukannya, Mas?” tuntutku. “Aku mungkin menolakmu, tapi bukankah kamu selalu mengerti? Kamu selalu sabar menunggu aku membuka hati!”

Aldo menunduk. Rasa sakit di wajahnya kini nyata, tetapi rasa sakit itu bukan hanya karena pengkhianatannya terbongkar. Itu adalah rasa sakit akibat kebenaran yang baru saja dilontarkan Lika beberapa menit lalu.

“Sabar? Kamu tahu betapa menyakitkannya mendengar janji itu setiap hari selama lima tahun?” Suaranya naik, penuh keputusasaan. “Aku mencintaimu, Aerra! Aku tahu kamu menikahiku karena perjodohan. Aku tahu kamu tidak punya rasa. Tapi aku selalu berharap! Aku selalu menunggu. Sementara kamu... kamu bahkan takut punya anak dariku, hanya karena takut anak itu tidak sejalan dengan bayangan cintamu yang sejati di hatimu!”

Kami terdiam, kembali ke intinya Windu. Pengkhianatan fisik Aldo tiba-tiba terasa dibanding pengkhianatan emosionalku yang lebih dahulu terjadi dan lebih fatal.

Lika menyela dengan nada mengejek. “Cinta sejati? Mas Windu yang pegawai kantor kere itu? Mas Aldo ini direktur utama! Dan kamu masih membandingkan?”

“Diam, Lika!” bentak Aldo lagi, kali ini ia benar-benar marah pada Lika. Ia menatap adik iparnya itu dengan tatapan mengancam. “Keluar, Aerra. Sekarang juga. Aku akan bicara denganmu setelah ini selesai.”

“Selesai?” tanyaku, tertawa pahit. “Tidak ada yang akan selesai, Al. Tidak setelah aku mendengar ini. Aku suamimu, kamu pikir kamu bisa menyuruhku pergi dari kamar VVIP di mana kamu dan adikku berbagi rahasia yang bahkan bukan hanya rahasia rumah tangga, tapi rahasia darah?”

Aku menatap Lika yang kini menyandarkan punggungnya di bantal dengan air muka yang jauh lebih puas. Ia telah mencapai tujuannya, membuat kami berdua hancur dan mengungkapkan semua kartu yang ia pegang.

“Siapa yang kamu sebut suami, Lik? Tadi Suster bilang kamu ditemani suami. Siapa dia?” Aku kembali ke pertanyaan awal yang aneh itu.

Lika menyipitkan mata. “Ah, itu. Ya, memang ada suamiku. Dia... dia klien penting Mas Aldo. Dia di luar sedang mengurus administrasi karena Mas Aldo tidak mau nama anaknya terbongkar di sini. Kamu pikir semua orang tahu aku sedang hamil? Belum, Mbak. Tapi kamu tidak perlu tahu siapa suamiku yang asli. Cukup kamu tahu siapa ayah biologis dari janin ini.”

Seketika itu, semua teka-teki kecil tadi menjadi kabur. Apakah Lika punya suami lain? Atau apakah ia hanya menciptakan alibi untuk Aldo? Semuanya terlalu rumit, terlalu licik, dan terlalu jahat.

“Aku muak dengan permainanmu, Lik,” kataku. Aku mundur selangkah, menatap Aldo untuk terakhir kalinya. Matanya yang gelap memancarkan kesedihan yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ia tampak benar-benar patah, dan ironisnya, ia patah bukan karena aku marah atas pengkhianatannya, tetapi karena pengakuan Lika tentang Windu.

“Aku pergi,” kataku, suaraku kembali datar, tanpa emosi. “Tapi ingat ini, Mas. Malam ini kamu membuat pilihan. Dan pilihan itu akan memiliki konsekuensi. Aku tahu kita menikah tanpa cinta. Tapi setidaknya, kita punya komitmen.”

Aldo mendongak, matanya yang berkaca-kaca menatapku. “Apa yang kamu ingin aku lakukan, Aerra? Sekarang aku tahu kamu membenciku selama ini. Aku tahu kamu menyimpan cinta untuk orang lain. Apa lagi yang harus kita pertahankan?”

Pertanyaan itu menusukku tepat di ulu hati. Aku ingin menjawab bahwa ketulusannya adalah yang harus dipertahankan. Bahwa selama lima tahun, meski aku menolak cintanya, kebaikannya telah membangun sebuah dinding pertahanan yang baru. Tetapi kata-kata itu tercekat di tenggorokanku.

“Aku akan menuntut jawabanmu besok, Al. Jawaban yang jelas. Tentang kita. Dan tentang mereka.” Aku menunjuk perut Lika, kemudian memalingkan muka, bergegas menuju pintu.

Saat tanganku menyentuh gagang pintu, Lika memanggilku dengan suara lemah namun penuh ancaman.

“Tunggu, Mbak Aerra!”

Aku berbalik. “Apa lagi?”

Lika tersenyum licik. “Sejak Mas Windu pulang dua hari lalu, dia sering bertanya kabarmu, lho. Dia tahu kamu di sini. Dia tahu Mas Aldo memperlakukanku seperti ini. Sepertinya Mas Windu tidak akan tinggal diam, melihatmu menderita di rumah tangga yang rapuh ini.”

Napas tertahan di paru-paruku. Windu sudah kembali? Dua hari lalu? Apakah ini alasan kritis yang Lika sebutkan,bukan janinnya, tapi fakta bahwa hantu masa laluku sudah menjelma menjadi ancaman nyata? Semua terasa seperti plot yang disiapkan secara rapi.

Aku menoleh ke Aldo. Ia tidak menunjukkan ekspresi kaget mendengar nama Windu. Tentu saja, ia sudah tahu dari Lika. Namun, matanya terlihat gelap, penuh kesadaran bahwa kini musuh terbesarnya, bukan Lika, bukan ketiadaan anak, melainkan adalah cinta pertama istrinya, yang kini kembali.

“Jika kamu ingin aku tahu kebenaran sepenuhnya, aku akan melakukannya, Lik. Aku akan mencari Windu. Dan aku akan mencari suamimu yang asli. Semua permainan ini harus diakhiri malam ini.”

Aku keluar dari kamar itu, menutup pintu dengan pelan, sangat berbeda dari saat aku memasukinya. Aku berjalan di lorong VVIP. Pikiranku tidak lagi dipenuhi kemarahan atau rasa sakit karena dikhianati. Sebaliknya, yang memenuhi adalah rasa bersalah yang tajam. Aldo, suamiku yang tulus, akhirnya tahu segalanya dan kini terluka oleh Windu dan Lika.

Aku menuruni tangga darurat. Aku harus menjernihkan pikiran. Mobilku masih terparkir di tempat tadi. Saat aku tiba di mobil, sebuah mobil lain terparkir di depanku, menghalangi. Mobil yang kukenal. Mobil dengan stiker kecil 'Jaya Makmur' di kaca belakang.

Aku mendekat, berpikir mungkin itu adalah "suami" Lika yang sedang mengurus administrasi. Namun, saat pengemudi membuka pintu, hatiku jatuh. Itu bukan pria yang kaya, direktur, atau klien penting Aldo.

Pria itu tampan, wajahnya tampak lebih dewasa dan lebih mapan dari lima tahun lalu, namun tatapan mata itu tetap sama. Itu adalah tatapan mata penuh penyesalan dan harapan yang dulu pernah membuatku tergila-gila.

“Aerra?”

Windu. Ia ada di sini. Menungguku.

“Kita harus bicara,” katanya, suaranya pelan dan mendesak. “Aku tahu semua tentang apa yang Aldo lakukan pada keluargamu dan bagaimana Lika memerasnya.”

Kepalaku terasa berat. Bagaimana Windu tahu semua itu? Apakah Lika yang menghubunginya? Atau jangan-jangan, kedatangan Windu ini adalah bagian dari krisis yang dialami Lika? Siapa sebenarnya yang mengatur semua ini?

“Bicara apa, Windu?” tanyaku, merasakan lelah yang amat sangat. “Semua sudah terlambat. Aku punya suami. Dan dia baru saja menghancurkanku, tapi dia juga baru saja menemukan bahwa aku tidak pernah mencintainya.”

Windu melangkah mendekat, matanya berkobar penuh tekad. “Dia sudah menghancurkanmu. Itu artinya kamu bebas. Aerra, pulanglah bersamaku. Kita bisa memperbaiki semuanya. Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi.”

Tangan Windu terulur, mencoba meraih tanganku. Tepat di saat yang sama, lampu mobil yang kuparkir di seberang jalan menyala, sangat terang. Sosok Susi, ibuku yang kejam, terlihat jelas di kursi pengemudi. Ia turun dari mobil, tatapannya langsung tertuju pada kami berdua, tatapan yang menuntut kekayaan dan status sosial.

“Aerra! Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu bersama dia lagi?” teriak Susi, berjalan cepat ke arah kami. “Kamu ini sudah gila, kembali ke pria miskin itu setelah kamu jadi Nyonya Direktur? Kamu mau membuang semuanya?”

Tangan Windu membeku di udara. Aku terjebak, dihimpit antara masa lalu, kenyataan yang menyakitkan di dalam rumah sakit, dan tekanan dari ibuku yang tak pernah berakhir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!