NovelToon NovelToon
Versi Terbaik Cintaku

Versi Terbaik Cintaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Idola sekolah
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Ellena Anasya Dirgantara, putri tunggal keluarga Dirgantara. Tapi karena suatu tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa sang ayah, Ellen dan bundanya memutuskan untuk pindah kekampung sang nenek.
Setelah tiga tahun, dan Ellen lulus dari SMA. Ellen dan bundanya memutuskan untuk kembali ke kota. Dimana kehidupan mereka yang sebenarnya sebagai keluarga Dirgantara.
Dirgantara, adalah perusahaan besar yang memiliki banyak anak cabang yang tak kalah sukses nya dari perusahaan pusat.
Kini bunda Dian, orang tua satu-satunya yang dimiliki Ellen, kembali ke perusahaan. Mengambil kembali tongkat kepemimpinan sang suami. Selama tiga tahun ini perusahaan diurus oleh orang kepercayaan keluarga Dirgantara.
Ellen harus rela meninggalkan laki-laki yang selama tiga tahun tinggi didesa menjadi sahabat nya.

Apakah setelah kepindahannya kembali ke kota Ellen akan menemukan laki-laki lain yang mampu mencuri hatinya atau memang sahabat nya lah yang menjadi tambatan hati Ellen yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awas Jatuh Cinta

"Gimana Arvan, suka nggak sama masakan nya?." Tanya bunda Dian.

"Enak tan." Arvan mengangguk. Masakan bunda Dian emang enak.

"Ya pasti enak lah, siapa dulu yang masak." Saut Ellen.

"Lo?." Tanya Arvan meragukan Ellen.

"Nggak, bunda gue lah." Jawab Ellen dengan entengnya. Kita pikir kamu bakalan ngaku kalau masakan itu kamu yang bikin loh len, eh taunya malah jujur.

"Bagus lah nggak ada campur tangan lo di masakan ini." Ucap Arvan. Kalau nggak ribut nggak afdol ya kalian berdua.

"Kenapa?." Tanya Ellen.

"Takut keracunan gue." Ucap Arvan di selingi tawa Arya.

"Bundaaa... Mas Arya juga kenapa ketawa." Rengek Ellen mengadu kepada bunda nya.

"Kalian berdua lucu." Ucap Arya.

"Dikit dikit ngadu. Bocil lo." Ledek Arvan.

"Lo ngeselin." Ucap Ellen.

"Lo." Balas Arvan.

"Lo."

"Lo ya."

"Lo Arvan."

"Eh nggak sopan. Gini-gini gue tua dari lo." Ucap Arvan.

"Lo mau dipanggil apa? Om? Paman? Atau kakek?."

"Arvan, Ellen habiskan dulu makanan nya. Nggak baik berantem depan makanan." Tegur papa Liam.

"Iya pa."

"Iya om."

Keduanya kompak diam, menunduk dan melanjutkan makannya.

"Untung kalian berdua ini anak tunggal. Kalau ada kakak atau adik, nggak kebayang sih gimana pusingnya tante sama om Liam." Ucap Arya.

Vibes nya udah kayak keluarga kecil yang sedang makan malam, ditemani keributan anak-anak mereka ya kak Arya, hehe.

"Oh ya tan. Tante mau lihat vidio nggak. Arvan punya vidio bagus loh." Ucap Arvan setelahnya. Bisa ditebak sih Arvan mau kasih tengok vidio apa.

"Video? Vidio apa?." Tanya bunda Dian.

"Nih tan." Arvan memberikan ponsel nya kepada bunda Dian. Itu adalah rekaman cctv saat Ellen membocorkan ban mobil Arvan di supermarket tadi siang dengan sebuah gunting.

Bunda Dian mendelik tajam kearah Ellen. "Ellen, bisa jelasin ini ke bunda?." Bunda Dian menunjukkan rekaman itu kepada Ellen.

Begitu tau kalau itu adalah rekaman cctv kejahilan nya, Ellen menyengir menunjukkan gigi ratanya. "Hehe, maaf bunda."

"Jangan minta maaf sama bunda, minta maaf sama kak Arvan nya." Tegur bunda Dian. Dia tak akan membenarkan perbuatan Ellen jika itu memang salah.

"Habisnya dia ngeselin bun. Dia ngambil apel punya Ellen." Bukan Ellen namanya yang mau mengalah.

"Disana posisi nya apel itu masih dipajangan, belum lo bayar. Berarti apel itu belum jadi milik lo." Ucap Arvan.

"Tapi gue udah megang itu apel." Ellen tak mau kalah.

"Gue duluan kali yang megang."

"Gue, bukti nya aja tangan gue yang duluan megang apel itu."

"Buktinya mana?."

"Sudah sudah. Trus yang dapat apel itu siapa?." Tanya papa Liam. Sudah pengang kuping nya mendengar perdebatan Ellen dan Arvan.

"Dia tuh. Arvan waras ya ngalah lah." Ucap Arvan.

"Ooh jadi ini apel nya." Bunda Dian mengambil sebuah apel yang ada di keranjang buah, mengambil pisau lalu membelah dua apel itu.

"Nah, ini untuk Ellen dan ini untuk Arvan. Adil kan. Dua-duanya dapat apel yang kalian ributin tadi." Bunda Dian memberikan masing-masing potongan setengah apel itu kepada Ellen dan Arvan.

"Kalian berantem mulu. Awas jatuh cinta." Ucap Arya.

"Idih ogah." Ucap Ellen.

"Gue juga ogah kali." Balas Arvan.

_________

"Cieee yang habis makan malam bareng kak Arvan." Ledek Zelin, menyenggo-nyenggol lengan Ellen. Mereka sedang menikmati makan siang di kantin kampus.

"Makan malam bareng kak Arvan? Lo? Seorang Ellen? Udah damai nih ceritanya?." Tanya Laura.

"Nggaklah. Ya kali gue damai sama tuh orang. Itu bunda yang ngajak. Kan gue pernah cerita sama kalian kalau almarhum ayah gue ternyata sahabatan sama papanya kak Arvan." Ucap Ellen kesal.

"Orang tuanya dulu yang sahabatan, habis itu anak yang jadian." Ledek Zelin.

"Zelin iih. Ngeselin deh." Ellen memanyunkan bibirnya.

"Iya iya, maaf. Jangan ngembek dong."

"Dari pada lo ngambek, gimana kalau nanti kita nonton. Gue ada referensi film bagus." Ajak Laura.

"Lo yang traktir." Ucap Zelin.

"Iya iya, gue yang traktir. Tiket nya udah gue beli kok. Heran deh, perasaan orang tua lo lebih tajir, tapi hobi lo minta di traktir mulu." Omel Laura.

"Itu beda Lau. Yang kaya kan orang tua gue, gue mah nggak punya apa-apa."

"Trus beda nya sama gue apa?."

"Udah udah. Kita itu bisa hidup berkecukupan kayak gini ya karena orang tua kita. Karena itu, kita harus rajin belajar, lulus dengan nilai baik. Supaya nanti anak-anak kita juga hidup serba berkecukupan kayak orang tuanya." Ucap Ellen.

"Siap bu ustadzah." Ucap Laura.

Sementara itu, dimeja paling sudut ada seseorang yang memperhatikan Ellen. Siapa lagi kalau bukan Naren si playboy.

"Senyum nya manis banget Tuhan. Lemah jantung abang dek." Naren mendramatisir dengan memenangi dada nya. "Gue harus dapetin dia." Ucap Naren.

"Cewek mana lagi inceran lo?." Tanya Arga. Mengikuti kearah mana mata Naren tertuju. "Ellen?." Tebak Arga.

"Yoi bro. Cewek secantik Ellen, kalau nggak ada yang milikin, sayang banget. Nggak boleh di anggurin."

"Tau dari mana lo Ellen nggak ada yang punya." Tanya Arga. Cewek secantik Ellen, nggak mungkin nggak punya pasangan.

"Gue udah stalking Instagram nya. Nggak ada postingan bareng cowok. Berarti jomblo kan."

"Belum tentu. Siapa tau dia udah punya cowok tapi nggak di publish." Ucap Arga. "Bisa jadi kan Ellen private hubungan nya."

"Gue yakin seratus persen Ellen itu jomblo." Ucap Naren dengan penuh keyakinan.

"Nanda mau lo kemanain?."

"Nggak kemana-mana. Kalau Ellen nolak gue, kan masih ada Nanda. Yang penting Nanda jangan sampai tau." Ucap Naren.

"Parah sih lo Ren. Coba deh, lo itu setia sama satu cewek."

"Nanti kalau udah nikah, baru gue setia sama istri gue."

"Atur deh Ren. Idup idup lo, lo yang jalanin." Arga sudah kehabisan kata-kata menasehati sahabat nya yang satu itu.

"Yang satu playboy, yang satu anti cewek. Gini banget pertemanan gue." Gumam Arga.

"Cari cewek lain. Jangan lo deketin dia." Ucap Arvan. Diam-diam, ternyata dari tadi dia menyimak percakapan kedua sahabatnya itu.

"Lah, kenapa? Lo suka sama Ellen?." Tanya Naren.

"Nggak." Jawab Arvan datar.

"Kalau nggak suka, kenapa lo larang gue deketin dia."

"Lo boleh deketin cewek mana pun, tapi jangan Ellen." Ucap Arvan, lalu pergi dari sana.

"Kenapa tuh orang? Nggak biasanya." Heran Naren. Biasanya dia mau deketin siapapun, Arvan nggak pernah ikut campur.

"Kali ini gue setuju sama Arvan. Ellen itu cewek baik-baik, masih polos itu kelihatan nya. Sayang aja kalau dapat cowok playboy." Ucap Arga, menepuk bahu Naren lalu menyusul Arvan pergi.

"Punya sahabat, satu pun nggak ada yang mendukung niat baik teman nya. Ini tuh bukan playboy, tapi seleksi." Gerutu Naren sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!