NovelToon NovelToon
Terjebak Dalam Dunia Pria Yang Mengaku Suamiku

Terjebak Dalam Dunia Pria Yang Mengaku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Time Travel / Dokter Genius / Cinta Beda Dunia / Penyeberangan Dunia Lain / Dark Romance
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Azida21

bijak dalam memilih bacaan!


"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.

Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."

*****

Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.

Kecuali satu hal, kini ia punya suami.

Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”

Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...

Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 02 Kenapa Semua Terlihat Sama?

Pagi masih muda ketika Zeya membuka matanya untuk kedua kalinya.

Tidak ada Ares di ruangan. Sunyi. Hanya terdengar suara detak jam dinding yang berjalan pelan, seolah ikut menjaga keheningan itu tetap utuh. Tirai putih melambai lembut dihembus angin dari jendela yang sedikit terbuka. Cahaya matahari menyelinap masuk, menari-nari di lantai marmer dingin yang bersih mengilap.

Zeya diam. Mengamati langit-langit kamar yang asing namun kini disebut "rumah". Ia menunggu beberapa saat, memastikan tidak ada suara langkah mendekat sebelum akhirnya perlahan-lahan bangkit dari ranjang besar bersprei putih halus itu.

Kakinya menyentuh lantai, dingin.

Ia menggigit bibir, lalu berdiri perlahan. Tubuhnya memang masih sedikit lelah, tapi rasa ingin tahunya jauh lebih besar dari rasa sakit di otot-ototnya.

Langkah pertamanya terasa ragu. Tapi begitu ia mulai berjalan, ia tidak berhenti.

Kamar itu besar. Sangat besar. Jauh lebih besar dari asrama mahasiswa yang sempit dan selalu riuh. Dindingnya dicat krem lembut, lampu gantung menggantung di tengah plafon tinggi, dan lemari besar dari kayu gelap berjajar di satu sisi ruangan. Meja rias, rak buku, dan satu lukisan klasik yang entah kenapa terasa terlalu kelam untuk ukuran kamar pengantin.

Zeya menarik napas, lalu berjalan menuju jendela. Ia menyibak tirai besar itu perlahan.

Pandangan di luar membuatnya nyaris lupa bernapas.

Taman luas membentang. Penuh dengan bunga warna-warni yang bermekaran sempurna,mawar putih, lavender, dan bunga lili yang berdiri tegak dalam barisan rapi. Jalan setapak dari batu alam membelah taman itu menuju sebuah gazebo kecil di kejauhan. Angin menerbangkan aroma bunga yang samar-samar menenangkan.

Indah.

Terlalu indah untuk disebut kenyataan.

“Apa ini semua milikku?” bisiknya sendiri.

Tapi ia tahu jawabannya. Ini bukan miliknya. Bukan dunianya. Bahkan mungkin bukan waktunya.

Zeya menatap ke kejauhan, lalu merapatkan tangan ke dada. Hatinya terasa penuh, tapi kosong pada saat bersamaan. Ia memejamkan mata, mencoba mengingat sesuatu,namun yang muncul hanya kabut.

Tidak ada wajah. Tidak ada suara. Hanya kehampaan.

“Kenapa aku bisa ada di sini? Kenapa aku tiba-tiba jadi... istri seseorang?”

Ia menoleh, matanya tertumbuk pada cermin besar di sudut kamar.

Langkahnya pelan saat mendekatinya, seakan takut melihat sesuatu yang tak ingin ia temui. Tapi begitu bayangan dirinya terpampang jelas di kaca, ia membeku.

Wajah yang ia lihat... adalah wajahnya sendiri. Tidak ada yang berubah.

Kulitnya masih sama. Rambut panjang sebahu berponi tipis masih jatuh rapi di kening. Mata cokelatnya yang lebar menatap balik padanya dengan tatapan cemas. Tubuhnya,masih tubuh gadis dua puluh satu tahun, yang baru kemarin begadang demi menyelesaikan laporan anatomi.

Tidak ada luka. Tidak ada bekas operasi. Tidak ada perbedaan sedikit pun.

“Ini... tetap aku.”

Zeya mengangkat tangan dan menyentuh wajahnya di cermin. Dingin. Nyata.

Tapi hatinya tetap berontak.

"Kalau aku tetap aku, kenapa semua hal di sekitarku berubah?" bisiknya nyaris tak terdengar. "Apa aku benar-benar terlempar ke dunia lain? Atau ini cuma mimpi panjang yang terlalu nyata?"

Suara pintu terbuka pelan membuatnya terlonjak kaget.

Zeya menoleh cepat. Tapi bukan Ares. Hanya suara angin yang mendorong daun pintu sedikit. Ia menghela napas lega, lalu kembali menatap bayangannya.

Dan saat itulah ia menyadari satu hal, bahkan dirinya sendiri mulai terasa asing.

Bibirnya yang dulu suka tersenyum kini terkatup kaku. Sorot matanya berubah. Ada kegelisahan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya dalam pantulan itu.

Ia adalah Zeya. Tapi bukan Zeya yang sama.

Seseorang telah menggantikan hidupnya. Menempatkannya di dunia yang asing. Di sisi seorang pria yang terlalu tenang, terlalu posesif... dan mungkin terlalu mencintai dengan cara yang salah.

Zeya memeluk dirinya sendiri.

“Kalau ini bukan tubuh orang lain, mungkin...aku melompati waktu di masa depan.”

*****

"Kenapa kamu turun dari ranjang?"

Nada suara Ares terdengar tenang, tapi ada ketegangan halus di baliknya dan tatapannya menyiratkan amarah yang ditahan.

Zeya menoleh pelan. “Aku hanya bosan berbaring. Jadi aku berdiri sebentar... dan melihat-lihat kamar,” jawabnya hati-hati.

Ares melangkah mendekat, lalu berhenti di hadapan Zeya. “Kenapa tidak menungguku?” tanyanya, kali ini suaranya lebih pelan, tapi menekan.

“Aku... tidak ingin mengganggu. Kupikir kamu sedang sibuk.”

Ares menghela napas. Jemarinya menyentuh pelan rambut Zeya, lalu mengusapnya dengan gerakan lembut. “Kenapa kamu bilang begitu? Aku sama sekali tidak merasa terganggu. Kamu istriku yang berharga, Zeya. Aku tidak mungkin mengabaikan permintaanmu.”

Zeya hanya menunduk. “Baiklah... lain kali akan kukatakan padamu.”

Senyum Ares mengembang tipis. “Istriku yang manis,” bisiknya sambil kembali mengelus rambut Zeya. “Apa ada sesuatu yang membuatmu penasaran?”

Zeya menggeleng pelan. “Aku hanya ingin melihat-lihat kamar ini... tidak lebih.”

Ares mengangguk seolah mengerti. “Setelah kamu sembuh, aku akan membawamu keluar. Kamu boleh melihat taman itu lebih dekat.”

Zeya menatapnya dengan mata berbinar. “Benarkah?”

“Tentu saja,” jawab Ares lembut. “Tapi tidak hari ini.”

Zeya mengerutkan dahi. “Tapi... aku merasa sudah sehat. Apa tidak apa-apa jika aku melihatnya sebentar?”

Ares menatapnya lama sebelum menjawab. “Tubuhmu masih lemah, Zeya. Aku tidak mau mengambil risiko. Tunggu beberapa hari lagi, sampai kondisimu benar-benar pulih.”

Zeya menatapnya, ragu. “Tapi bukankah... kamu bisa menjagaku? Kalau kamu bersamaku, apa masih tidak boleh?”

Ares menyentuh pipinya dengan lembut, tapi sorot matanya tak berubah penuh kontrol. “Justru karena aku menjagamu, aku harus memastikan kamu tidak memaksakan diri. Aku melakukan ini demi kebaikanmu. Aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi, Zeya.”

Zeya terdiam. Tidak tahu harus membalas dengan apa.

Ada nada hangat dalam kata-kata Ares, tapi juga... ketakutan samar yang merambat pelan di dadanya.

1
Gedang Raja
bagus
Azida21: terimakasih🥰
total 1 replies
Kem mlem 🍨🍨🍨
Gimana sih thor, nggak sabar ni...
Azida21: Sabar yah,Author usahain update bab nya banyak hari ini❤️
total 1 replies
Kami
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
Azida21: terima kasih sudah baca,di tunggu kelanjutan nya yah🤭
total 1 replies
kawaiko
Jauh melebihi harapanku.
Azida21: terima kasih☺️,Author senang kalau kamu puas dengan karya nya☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!