NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rheaaa

Lyra tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai telah mengkhianatinya sebulan sebelum pernikahannya.

Alih-alih membelanya, ibu tirinya justru memilih untuk menikahkan tunangannya dengan kakaknya sendiri dan menjodohkannya dengan Adrian— seorang pria yang tak pernah ia tahu.

Namun, di tengah huru hara itu Adrian justru menawarkan padanya sebuah kontrak pernikahan yang menguntungkan keduanya. Apakah Lyra dan Adrian akan selamanya terjebak dalam kontrak pernikahan itu? Atau salah satunya akan luluh dan melanggar kontrak yang telah mereka setujui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Waktu bergulir begitu cepat, tanpa terasa akhir pekan telah berakhir. Pagi ini Lyra kembali menjalani aktivitasnya sebagai pekerja kantoran seperti biasa dengan tas ransel yang selalu menggantung di bahunya.

Namun, pagi ini berbeda dari biasanya. Alih-alih berangkat ke kantor bersama Adrian, ia justru pergi ke bandara terlebih dahulu. "Tak ada yang tertinggal, kan?" tanyanya lagi sekedar memastikan.

Adrian hanya mengangguk, bibirnya terkatup rapat seolah tak ingin mengeluarkan sepatah katapun. "Sampai jumpa, jangan lupa untuk selalu minum vitamin. Kabari aku jika sudah sampai nanti." Lyra melambaikan tangannya pada suaminya, namun Adrian tidak menoleh sama sekali.

Pria itu terus berjalan ke depan, mencoba mengabaikan sosok Lyra di belakangnya. Dadanya terasa sesak, seolah udara di bandara ikut menekannya. "Lyra ... maafkan aku, tapi ini demi keberhasilan kontrak pernikahan kita. Jika tidak begini ... aku bisa jatuh cinta padamu dan melanggar semua hal yang telah kita sepakati di awal," batinnya sambil mengepalkan tangannya erat hingga terlihat sedikit gemetar.

Langkahnya terhenti tepat di pintu keberangkatan. Pria itu menghela napas berat, sesaat ia menoleh ke belakang. Lyra masih di sana, sedang melambai padanya.

Melihat Adrian tak membalas lambaiannya, Lyra menarik tangan lalu menyentuh dadanya. Merasakan sesuatu yang tak nyaman di hatinya. "Adrian ... apa yang sebenarnya terjadi padamu? Apa semalam aku melakukan kesalahan?" pikir Lyra sambil menggigit bibir bawahnya.

Lyra membalikkan tubuhnya, kemudian berjalan menuju mobil miliknya. Kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan, "Sebenarnya apa yang membuat Adrian berubah dalam semalam?" pikirnya seraya terus berjalan ke depan.

"Ah maafkan saya!" serunya ketika menabrak seseorang yang tengah terburu-buru.

"Tolong jangan melamun sambil berjalan! Itu bisa membahayakan orang lain," ujar orang itu.

Lyra berjongkok, membantu meraih koper orang itu yang sempat terjatuh karenanya. "Saya benar-benar minta maaf," ucapnya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.

Setelah insiden kecil itu, Lyra kembali melanjutkan perjalanannya. Di dalam mobil, ia sedikit menurunkan kaca jendela. Seolah membiarkan udara pagi hari menyelinap masuk memenuhi mobilnya.

Jalanan tampak ramai, dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu-lalang. Suara klakson dari kendaraan lain menemani perjalanannya menuju tempat kerja.

Sesampainya di kantor, Juan dan Sena sudah duduk di meja miliknya masing-masing. "Selamat pagi, Lyra!" sapa Sena dengan penuh semangat. Kepalanya mendongak ke atas, menengok wajah Lyra yang sedikit tertekuk.

"Pagi," jawabnya singkat lalu menjatuhkan tubuhnya pada kursi kerjanya. Ia merogoh tasnya, mengeluarkan komputer jinjing yang dibawanya kemudian menekan tombol power dengan telunjuknya.

Sena beralih pada Juan, tatapannya seolah memberi isyarat agar pria itu mengecek ponselnya.

Sena : Apa yang terjadi pada Lyra?

Juan : Entahlah. Mungkin pertengkaran rumah tangga?

Sena menopang dagunya dengan tangan, "Lyra, kau baik-baik saja, kan?" tanya Sena memastikan.

Lyra mengangguk pelan, "Tentu," jawabnya lalu kembali fokus pada laptopnya.

Matanya menyipit menatap layar kecil di hadapannya. "Adrian ... apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kupikir hubungan kita selama ini baik-baik saja. Apa kau sudah menemukan wanita yang tepat untuk mendampingimu?" tanpa sadar Lyra menggenggam erat mouse di tangannya.

"Tunggu, kenapa perubahan sifat Adrian begitu membebani pikiranku? Bukankah dari awal harusnya kita tidak melibatkan perasaan dalam pernikahan ini?" pikirnya lagi, seketika jari telunjuknya berhenti menekan mouse.

Beberapa jam berlalu, suara dari mouse yang terus menerus di klik memenuhi ruang kerja. Tak terasa matahari terlah terbenam di ufuk barat, Lyra segera menonaktifkan laptop lalu memasukkannya ke dalam ransel.

Ting!

Notifikasi pesan masuk berbunyi dari ponselnya. Dengan cepat Lyra menyambar telepon genggam itu dan memeriksa kotak pesan.

Pak Hardi : Lyra, mama sudah keluar dari rumah sakit pagi tadi. Tapi tubuhnya belum cukup kuat untuk mengantar Adrian ke bandara.

Lyra : Benarkah? Syukurlah. Sebentar, sepulang kerja aku akan mampir ke rumah Papa dan Mama.

Pak Hardi : Bagaimana kalau menginap? Mama khawatir membayangkan kau seorang diri di rumah.

Lyra : Tidak perlu, Pa. Satpam di apartemen kami bisa di andalkan, haha.

Setelah membalas pesan ayah mertuanya, Lyra segera beranjak dari tempatnya. Tak lupa pula ia berpamitan pada kedua temannya.

*

*

*

Di lokasi yang berbeda, Adrian baru saja berkeliling dan merebahkan tubuhnya pada ranjang hotel yang nyaman. Ia berencana untuk mengunjungi proyek milih perusahaannya pada hari berikutnya.

Saat sedang meluruskan tubuhnya di atas kasur, beberapa kali pandangannya tertuju pada telepon genggamnya yang hening. "Mungkin aku harus tetap mengabari Lyra agar dia tidak khawatir."

Adrian melompat ke sofa hotel, sambil membuka kunci ponselnya. Baru saja ingin mengetik pesan, tiba-tiba telepon genggamnya bergetar. "Papa?" gumam pria itu dengan salah satu alis terangkat.

Jantungnya berdebar kencang, ia terdiam sejenak menatap layar ponselnya. "Mungkin mau mengabari soal kondisi mama," gumamnya lagi lalu menggeser tombol berwarna hijau di layar kecil itu.

Pak Hardi : Adrian, cepat pesan penerbangan tercepat yang tersedia!

Adrian : Kenapa tiba-tiba, Pa? Aku bahkan belum mengunjungi satu pun proyek yang sementara berjalan. Aku akan pulang secepatnya jika urusan di sini selesai.

Pak Hardi : Istrimu— Lyra saat ini ada di rumah sakit!

Deg!

Adrian : Apa?! Rumah sakit?!

Kabar itu datang bagaikan petir di siang bolong yang menyambar Adrian bertubi-tubi. Tubuhnya membeku beberapa saat, seolah tak mampu untuk mengatakan apapun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!