NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Sultan

Suamiku Dokter Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Yang sudah baca novelku sebelumnya, ini kelanjutan cerita Brayn dan Alina.

Setelah menikah, Brayn baru mengetahui kalau ternyata Alina menderita sebuah penyakit yang cukup serius dan mengancam jiwa.

Akankah mereka mampu melewati ujian berat itu?

Yuk baca kelanjutan ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Tanpa disadari Bu Resha dan Pak Vino, Alina yang berada di balik pilar sedang menitikkan air mata.

Rasa bersalah merasuk semakin dalam. Bertanya dalam hati apakah ia telah membuat banyak orang kecewa dan sedih.

Ia mengusap ujung matanya yang basah, lalu melangkah pergi tanpa menemui Pak Vino dan Bu Resha lebih dulu.

Sebuah rumah sakit tempat Brayn praktek adalah tempat yang dituju selanjutnya.

Namun, rupanya Brayn tidak berada di sana. Melainkan sedang mengikuti pemeriksaan kesehatan di sebuah sekolah.

Beruntung lokasi sekolah tersebut tak begitu jauh dari rumah sakit.

Hanya butuh waktu 20 menit Alina sudah tiba di sana.

Alina melangkah perlahan melewati koridor sekolah. Matanya melirik ke segala arah demi menemukan orang yang dicarinya.

Brayn tampak sedang memeriksa beberapa anak, sesekali menanyakan sesuatu pada mereka.

Dilihat dari arah manapun lelaki itu selalu hangat dan ramah. Ia bahkan menjadi pusat perhatian para guru wanita.

Alina harus menunggu berjam-jam sampai pemeriksaan untuk anak-anak selesai.

"Kamu akan menerima tugas untuk pindah ke luar kota?" tanya Siska, seorang dokter yang merupakan teman lama Brayn.

Alina mengenal gadis itu. Ia seorang dokter yang sangat cantik, lembut dan juga pintar.

Alina bahkan sempat mengira Brayn dan temannya itu memiliki hubungan spesial.

Siapa yang tidak akan jatuh hati dengan Dokter Siska. Sebagai seorang wanita ia sempurna.

"Sepertinya... sekalian cari pengalaman baru. Di desa sepertinya lebih enak. Kita akan lebih dekat dengan masyarakat. katanya di salah satu puskesmas belum ada dokternya."

"Heemm ... itu bagus, sih," imbuh Siska.

Pembicaraan keduanya pun terhenti saat pandangan Brayn tertuju pada seorang gadis yang berdiri tak jauh darinya.

Brayn sempat terkejut melihat keberadaan Alina, begitu pun dengan Siska.

"Itu Alina, kan?" tanya wanita itu, membuat Brayn mengangguk.

"Sebentar, ya. Aku temui dulu."

Siska mengangguk diiringi senyum. Ia menatap punggung lelaki yang perlahan menjauh darinya menuju sudut lapangan.

"Alina, kamu sedang apa di sini?" Brayn mendekat dan berdiri dari jarak dekat dengan gadis itu.

"Maaf, aku ganggu. Ada yang mau aku bicarakan," ucap Alina sedikit ragu.

Pandangannya menunduk dan tak berani menatap lelaki di hadapannya.

"Soal apa?"

"Kenapa kamu memilih aku? Bukannya ada banyak perempuan yang lebih baik di sekitarmu? Kenapa harus aku?"

Brayn tersenyum. Seperti biasa ia selalu tenang menghadapi situasi apapun.

"Karena aku tidak melihat yang lain di sekitarku. Hanya kamu."

Ingin rasanya Alina menangis, namun ditahannya.

Selama beberapa saat ia diam. Seperti sedang memilih kata yang tepat. Ia menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya berkata...

"Kalah begitu, aku setuju menikah denganmu."

Apa yang diucapkan Alina membuat Brayn lebih terkejut lagi.

Selama beberapa detik ia bahkan tak sanggup mengucapkan apapun. Hanya matanya yang memandang mata gadis di hadapannya.

"Yakin?" tanya Brayn ragu.

Alina mengangguk pelan.

"Tapi aku punya sedikit syarat. Apa kamu bisa?"

"Apa syaratnya berat?"

"Tergantung."

"Ya sudah, apa itu?"

"Jangan menyentuhku sebelum aku mengizinkan."

Brayn terdiam menatap Alina. Napasnya serasa tertahan di rongga dada.

"Tapi, sebelum aku setuju, apa boleh aku tahu alasannya?" tanya Brayn menatap gadis di hadapannya.

"Karena aku belum mau! Aku juga tidak mau kita sekamar, jadi kita akan tidur di kamar terpisah. Apa kamu sanggup?"

Brayn mengangguk pelan. Ada senyum tipis di sudut bibirnya.

"Oke, tidak masalah."

Alina menatap sedikit heran. Bisa-bisanya Brayn menyanggupi syarat tidak masuk akal yang ia ajukan. Bahkan Brayn menjawab tanpa beban sama sekali.

"Apa kamu tidak keberatan dengan syaratku?"

"Aku berniat menghalalkanmu bukan semata sebagai pelampiasan syahwat. Tapi, sebagai pembuka jalan untuk menyempurnakan agamaku. Perasaan orang siapa yang tahu, kan?"

Alina tergugu. Ia menatap lelaki di hadapannya penuh ragu.

"Jadi kapan Papa boleh datang melamar lagi?" pertanyaan Brayn membuat kening Alina mulai berkeringat.

"Tunggu-tunggu! Aku masih ada syarat lain."

Dahi Brayn berkerut tipis mendengar ucapan sang gadis. Namun, ia tetap berusaha bersikap tenang.

"Apa itu?"

"Aku ingin pernikahan kita digelar sederhana dan hanya melibatkan keluarga saja. Tidak ada pesta meriah seperti pernikahan Zahra atau Mia."

Brayn tersenyum. "Kebetulan aku juga tidak suka pesta meriah dan lebih suka pernikahan sederhana. Aku akan bicara dengan Papa soal ini. Apa masih ada syarat lain? Kamu boleh memberi syarat apapun."

Alina terdiam beberapa saat, memikirkan matang-matang dalam hati jangan sampai salah langkah. Hingga akhirnya, ia kembali menatap pria jangkung di hadapannya.

"Aku mau kita membuat perjanjian sebelum menikah. Kita akan melalui masa percobaan selama 6 bulan. Kalau dalam 6 bulan kamu tidak bisa membuat aku jatuh cinta, maka kita akan bercerai. Kamu tidak boleh mencampuri urusanku begitu pun sebaliknya. Jadi, apapun yang kulakukan jangan tanya alasannya."

Deretan persyaratan panjang itu membuat Brayn terdiam selama beberapa saat.

Membuat Alina menyembunyikan senyum.

"Bagaimana? Kamu tidak sanggup?"

"Kalau aku menyanggupi bagaimana?" tutur Brayn santai. "Tidak masalah kalau mau dicoba dulu. Siapa tahu nanti kamu benar-benar jatuh cinta dan tidak bisa jauh dari aku."

Seketika senyum tipis di bibir Alina sirna.

Padahal ia sengaja memberi syarat yang sangat sulit agar Brayn berpikir lagi dan menemui orang tuanya untuk membatalkan niat untuk menikah.

Ia begitu yakin Brayn akan mundur, tetapi di luar dugaan, ia malah menyanggupi semua syarat aneh itu.

Alina menunduk. Sekarang ia malah harus terjebak di dalam labirin yang ia buat sendiri.

"Secepatnya Papa akan datang dan mengulang lamaran." Brayn masih tersenyum. "Tapi, sebelum itu aku juga ada permintaan kecil. Aku harap kamu tidak keberatan."

"Jangan minta macam-macam!" sentak Alina memasang sikap galak.

Brayn terkekeh. "Aku hanya minta supaya orang tua kita tidak tahu tentang kesepakatan yang akan kita buat. Biar saja mereka mengira hubungan kita baik baik saja. Mudah, kan? Kamu hanya perlu berpura-pura menjadi istri yang baik di hadapan mereka."

Alina kembali terdiam sejenak. Tangannya sibuk memainkan rambut.

"Oke! Deal!"

"Terima kasih."

*********

*********

1
Nining Sariningsih
ngakak thorrrrrrrr,,,,,,🤣🤣🤣
Maulida Maulida
seru bgt
Maulida Maulida
sedih banget part ini😭 suka bgt cerita nya thor
Yasmin Natasya
up dong thor...
Endang 💖
pasti itu akal2n Siska tu hasilnya
DozkyCrazy
dasar siskamling
Endang 💖
jahat juga rupanya si Siska itu

up lagi thor
DozkyCrazy
pasti si siskamling
DozkyCrazy
syukaaa sama cerita author 😘
DozkyCrazy
Alhamdulillah
ovi eliani
Ya Allah semoga benar cuma anemia aja, tidak ada penyakit yg lain, cepat sembuh ya pengantin baru sehat 2, ya, semangat thor
Yasmin Natasya
lanjut Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!