NovelToon NovelToon
JODOHKU USTADZ

JODOHKU USTADZ

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: CumaHalu

Ariana Rosita Putri Prakasa (17th) adalah anak seorang pengusaha dari kota Malang. Terkenal dengan sikap nakal, usil dan keras kepala di sekolahnya. Membuat edua orang tuanya memutuskan memindah Riana ke pesantren.
Di pesantren Riana tetap berulah, bahkan memusuhi ustadz dan ustadzah yang mengajarinya, terutama ustadz Daffa anak bungsu kyai yang paling sering berseteru dengannya. Bahkan, Kyai dan istrinya juga ikut menasehati Riana, namun tetap tidak ada perubahan. Kyai pun angkat tangan dan memanggil ayah Riana, namun ayah Riana malah meminta Kyai mencarikan jodoh saja untuk anak semata wayangnya. Tanpa sepengetahuan siapapun, Riana diam-diam memiliki perasaan cinta terhadap salah satu putra Kyai, yaitu Ustadz Zaki. Siapa yang akan di jodohkan Kyai dengan Riana? salah satu santrinya atau dengan putranya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jilbab Panas

"Apa yang kamu cari?" Aisyah masih tetap berdiri di samping Riana meskipun di suruh pergi olehnya.

"Hpku kog ga ada ya," jawab Riana sambil terus mencari-cari di tasnya. Lalu, menyibak satu-persatu bajunya dan memeriksa koper yang sebelumnya ia taruh di kolong kasur.

"Mungkin udah di ambil sama orang tuamu sebelum mengantarmu kesini. Di pesantren emang ga boleh bawa hp."

"Trus kalau kita ada apa-apa gimana caranya ngomong ke orang tua?" Riana menatap Aisyah dan berkacak pinggang di hadapannya.

"Bisa lewat pengurus atau tulis surat, nanti akan dikirim ke alamat rumahmu sama pengurus," jelas Aisyah.

"Oh my Gosh... Trus aku harus hidup kaya di jaman batu gitu? Ga ada hp, ga ada tv, ga ada laptop? Trus kita disini hiburannya apa? Atau seminggu sekali ngadain konser?"

Suasana kamar yang sebelumnya sedikit hening manjadi ramai karena tertawa mendengar ocehan Riana. Termasuk Aisyah yang tidak bisa menahan tawanya. Aisyah mendekati Riana dan menggenggam lengannya.

"Kita disini belajar. Belajar tentang ilmu agama dan juga sekolah seperti kamu sekolah di sekolahmu sebelumnya. Besok kamu mulai masuk sama Aira. Tapi anaknya masih diluar, bentar lagi juga balik. Nanti kamu kenalan aja sama dia."

"Ck, ga seru!?! Apa-apaan hidup model begini," gerutu Riana menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Aisyah duduk di sebelah Riana dan mengajak mengobrol. Saat itu juga Riana mulai membuka diri dan memperkenalkan namanya pada Aisyah.

Tidak lama kemudian Aira yang di sebutkan oleh Aisyah masuk. Menghampiri Aisyah yang duduk bersebelahan dengan Riana. "Syah, ayo masak. Aku baru aja pulang dari pasar," ucap Aira.

"Nah, Riana. Ini Aira yang akan jadi teman sekelas mu besok." Aisyah menunjuk Aira dan keduanya saling tatap. Aira tersenyum pada Riana, sedangkan Riana tetap menunjukkan wajah datarnya.

"Trus, kamu kog ga belajar? Malah baru pulang dari pasar?" Riana mulai bicara dengan Aira.

"Tadi pelajarannya cuma dikit dan pulang pagi, jadi aku bisa ke pasar beli bahan yang habis. Sekarang ayo kamu juga ikutan masak!"

"Nggak," jawab Riana ketus.

"Ayo Riana, daripada disini nanti kamu bosan loh!"

Setelah berpikir dan menimbang perkataan dua teman barunya. Akhirnya Riana setuju ikut dengan keduanya. Mereka bertiga keluar kamar menuju dapur, namun Aira dan Aisyah tidak menyadari kalau Riana yang berjalan mengekor di belakang mereka tidak mengenakan jilbabnya.

"Kamu anak baru ya? Jilbabnya mana kog ga dipake?" tegur santriwati yang berpapasan dengan mereka bertiga, Aira dan Aisyah terkejut baru menyadari kalau Riana keluar tak berjilbab.

"Nggak, disini panas. Kalau aku pake jilbab ntar malah banyak keringatnya," jawab Riana.

"Nanti aku ambilin ke kamar, Kak." Aisyah tersenyum dan menarik tangan Riana segera masuk ke dapur.

Aisyah, Aira dan Riana berlari kecil supaya tidak bertemu dengan santri atau santriwati lain. Sampai dapur Riana dan dua temannya membantu santriwati yang sudah ada di dapur. Riana yang seumur hidupnya tidak pernah masuk dapur merasa pengap mencium aroma bumbu-bumbu di dapur. Saat ia akan keluar dari dapur, Aira menarik tangannya dan menyuruhnya mengiris sayuran.

Selesai masak, semua masakan di taruh di dalam wadah besar. Lalu, di bawa ke aula untuk makan siang santri dan santriwati. Riana merasa lelah dan duduk di kursi yang ada di dapur. Namun, Aira kembali menyuruhnya berdiri untuk membantu membawa masakan-masakan yang sudah matang ke aula.

Saat Riana membawa lauk pauk dan mengekor di belakang Aira, ustadzah Hanifah menyuruhnya berhenti dan menegurnya. Lalu, ia mengatakan, "Jilbabnya mana? Jangan dilepas pake, nanti jadi kebiasaan, malah sulit untuk terbiasa berjilbab."

"Aku ga mau pake jilbab, selain ribet juga panas," ujar Riana dengan tatapan tajam.

"Astaghfirullah, kamu pasti masih baru ya. Tolong hormati aturan di sini dan juga lihatlah teman-temanmu, mereka semua berjilbab dan cantik-cantik, kan?"

"Bukan jilbab yang bikin seseorang cantik atau jelek. Kalau dasarnya jelek ya jelek, ga akan berubah jadi cantik hanya karena berjilbab," jawab Riana ketus. Aisyah dan Aira yang ikut mendengar makin lama ikut kesal, Aira mengambil lauk pauk yang di bawa Riana dan membawanya ke aula.

Ustadzah menggelengkan kepalanya, sementara Riana berlalu kembali ke dapur dan mengambil wadah yang berisi sayur. Sebelum keluar, Aisyah masuk ke dapur dan membawakannya jilbab. Ia menyodorkan jilbabnya ke Riana supaya di pake sebelum keluar lagi dari dapur.

"Aku ga mau, tadi aja ga ngapa-ngapain rasanya panas, apalagi setelah masak di dapur malah ga mau aku. Habis anter makanan-makanan ini aku mau mandi dan di kamar aja."

"Riana, apa susahnya sih pake jilbab. Kalau kamu beneran ga mau, pake aja sampai kita semua selesai menaruh makanan-makanan ini ke aula. Setelah itu terserah kamu, tapi sebaiknya tetap di kamar saja dari pada ngajakin ribut ustadzah segala."

"Apa peduliku, salah sendiri sok-sokan nasehatin aku." Riana menyilangkan tangannya di dada dan membuang muka.

"Ya sudah terserah kamu, aku mau ambil piring-piringnya dan kamu bawain itu sayurnya tinggal satu lagi. Setelah bawa itu ke aula, kamu balik aja ke kamar dari pada nanti di tegur lagi."

"Iya, iya... Ya sudah ayo kita keluar." Riana mengangkat wadah sayur itu dengan kedua tangannya.

"Argh!!"

Riana teriak kepanasan, tangannya memerah terkena wadah sayur yang terbuat dari besi. Aisyah yang sedang menata piring di nampan menghampiri Riana dan melihat tangan Riana yang memerah. Ia segera menarik tangan Riana dan mengucurkan air ke tangannya yang kemerahan. Beberapa saat kemudian tangan Riana mulai mereda.

Lalu, Aisyah mengambil kain serbet dan meminta Riana mengangkatnya dengan serbet tersebut. "Kenapa ga dari tadi sih Syah kamu kasih kainnya," gerutu Riana.

"Maaf Riana, aku baru tau kalau kamu ga terbiasa di dapur. Hehe," ucap Aisyah sambil tertawa kecil.

Aisyah selesai menata piringnya di atas nampan, lalu menyuruh Riana keluar lebih dulu. Sementara Aisyah sengaja berjalan di belakangnya supaya tidak ada masalah lagi seperti sebelumnya. Riana sangat berhati-hati membawa sayur itu, selain berkuah, wadahnya juga masih sangat panas. Ia memperhatikan jalannya dan terus menatap sayur yang ia bawa.

PRANG!!

Sayur yang di bawa Riana penuh kehati-hatian tumpah seluruhnya ke tanah. Karena ia menabrak seorang pria yang berhenti mendadak di depannya. Riana dan pria tersebut saling tatap.

"Kalau jalan itu jangan berhenti mendadak, punya mata ga sih?? Lihat-lihat dong ada orang bawa sayur. Jadi tumpah semua kan, dasar goblok!!" umpat Riana dan membuat pria di hadapannya terbakar emosi. Wajahnya memerah dan menatapnya tajam.

1
Adinda
ayo ustad dzaki kalau memang cinta rebut kembali riana jangan Diem Diem bae
CumaHalu
Terimakasih buat readers yang kasih hadiah ya🤗
Adinda
Lanjut thor
CumaHalu: Update pagi dan malam ya kak🤗 ini lagi di ketik naskahnya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!