Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Mama muda
"Ngapain juga kau malam malam datang di desa ujung itu?" Purnama melirik teman putra nya.
"Semua kan gara gara Arka, Mbak Pur! dia mengajak kami galau dulu soal Bintari jadi nya kami kemalaman lah mau antar surat nya." jawab Digo.
"Dasar bocah edan, dari dulu sampai sekarang masih saja galau soal wanita!" geram Purnama.
"Tapi apa memang benar yang kami lihat itu hantu ya, Mama Muda?" tanya Riski pula membuat Digo agak kaget.
"Eh congor anak ini, enak sekali memberi gelar orang!" Maharani melirik Riski yang jadi sok akrab dengan Purnama karena a curhat masalah hantu yang dia temui tadi malam.
Yang di panggil Mama muda masih melongo karena ini pertama kali nya dia di panggil begitu, selama ini ya cuma Mbak Pur saja. bahkan anak anak yang seumuran dengan anak nya juga memanggil Mbak Pur, karena wajah nya yang tidak pernah bisa tua akibat bukan manusia asli seperti yang lain nya.
Padahal suami nya saja sudah mulai kelihatan tua nya, namun Purnama memang tidak bisa tua sehingga dia akan terus begini dan selalu cantik. orang kalau tidak tau maka akan mengira bahwa dia masih berusia dua puluhan tahun, karena wajah awet muda yang ia miliki sejak dulu sampai saat ini sama sekali tidak ada berubah nya.
Sekarang baru di panggil Mama muda dan ras Anya memang pantas lah dia di panggil itu oleh generasi anak keponakan nya ini, dari pada mereka memanggil nya Mbak saja dan Arka sendiri malah memanggil dia Mama. hanya Arka dan Kiara saja, karena anak Arya ada dua dan mereka lah yang panggil Mama dengan dia.
Malah muncul sekarang celetukan nya Riski karena bingung juga mau panggil apa, manggil Bu rasa nya sangat aneh dan tidak pantas, mau panggil Kakak pun ini Mama teman nya. maka memang lebih baik di panggil Mama muda saja, entah mau apa tidak namun Riski baru mencoba nya.
Maharani yang ada di sana pun ikut kaget akan keberanian nya anak muda ini, dia bisa di bilang kurang suka akan anak anak, mungkin karena meninggal saat masih gadis. lalu hidup lagi juga tidak punya anak, sehingga kalau hubungan dengan anak agak kurang nyambung.
Arka saja kadang kala kesal dengan Bibi nya ini karena tidak paham hubungan yang luwes itu bagai mana antara keponakan dan seorang Bibi, malah lebih sayang Arini dari pada Maharani apa bila soal tutur kata. dia baik kalau soal perasaan atau soal menolong, hanya kurang di tutur kata saja.
"Bagus kau di panggil begitu lah, rawwrrr!" Maharani mengejek Purnama.
"Hahaha Mama muda, memang rasa nya lebih baik kau di panggil itu saja lah." Nana yang baru datang juga setuju.
"Ah sudah lah tidak usah di bahas lagi, ayo katakan tadi bagai mana hantu nya." Purnama agak malu sekarang.
"Muka dia rata, ih seperti di kelupas begitu loh habis semua muka ini kulit dan daging nya." jelas Digo merinding.
"Ku rasa dia hantu yang meninggal nya karena kecelakaan lah, kok muka nya bisa habis gitu." Riski masih yakin akan tebakan nya.
"Jaga bicara mu anak muda, aku mati kecelakaan tapi muka ku tidak rata!" sengit Hendra.
Untung nya Digo dan Riski sama sekali tidak melihat akan keberadaan nya para member Purnama di rumah ini, kalau sampai melihat maka sudah pasti mereka akan heboh juga tidak karuan. walau bentuk nya tidak seram semua, namun yang jelas ada rasa takut juga karena nama nya bertemu dengan iblis.
"Aku takut nya itu pas besok kalau di suruh antar surat lagi." ujar Digo.
"Tidak akan aku mau mengantar kan mu, kau antar saja sendiri." Riski sudah tidak mau lagi.
"Ya sudah sama aku saja, kan ada aku." Arka keluar dari kamar dengan penampilan yang sudah rapi.
"Kau saja masih sibuk mengurus kisah cinta ngambang mu itu!" kesal Digo.
"Mau sampai kapan Mama katakan padamu, Arka!" Purnama menatap putra nya tajam.
"Aku cuma mau berteman saja kok, bukan mau main main soal cinta." jelas Arka sudah ngeri.
"Kalau kau memang tidak suka dengan Bintari maka sudahi lah, kau juga tidak usah mengejar Lula! bila kau tidak dengarkan aku, maka siap lah akan ku cincang habis." ancam Purnama.
"Enggak kok, aku enggak ada mau kejar siapa siapa kok." Arka mengelak karena dia ketakutan sendiri.
"Ingat ucapan ku ini, jangan pernah kau anggap enteng bila kau masih ingin bernyawa!" Purnama segera pergi karena takut tambah emosi.
Arka menelan ludah susah payah karena ini jelas peringatan besar untuk dia, mana bisa mau di anggap main main soal ancaman nya Purnama. jadi lebih baik dia turuti saja agar masih tetap hidup, lagi pula sudah ada kabar bahwa dulu Ayah nya juga keras kepala dan akhir nya malah gagal.
...****************...
"Jelas Lastri ada di sana dan dia juga punya dendam dengan Darma!" Ucok membuka suara di hadapan Lurah.
"Saya juga setuju, memang Darma lah yang membawa Wanto kabur sehingga Lastri pun sakit hati." Jajak juga membuka suara karena dia ingin membuat semua orang percaya.
Lastri sudah menangis ketakutan di fitnah sekejam ini oleh mereka semua, sungguh tidak ia sangka bahwa Bardi akan sejahat ini pada dia. hanya karena dia masuk kedalam rumah Darma, lalu sekarang malah dia harus kena fitnah bahwa diri nya lah yang sudah membakar rumah nya janda muda beranak satu itu.
"Hukum saja dia, Pak Lurah!" Mitra mengambil batu dan melemparkan di kepala Lastri.
"Benar, hukum saja dia karena sudah kejam!" Ucok siap menjadi kompor.
"Desa kita hampir saja terbakar habis gara gara ulah dia!" Jajak paling keras membuka suara.
"Tenang dulu semua nya, tidak bisa juga mau asal fitnah begini karena belum ada bukti yang valid." Pak Lurah menangani mereka.
"Bukti apa lagi yang Bapak inginkan sekarang? mancis ada di dalam kantong Lastri dan dia memang baru dari dalam rumah!" sengit Bardi.
"Rumah juga terbakar nya dari dalam yang tengah, tadi Agus dan Mustofa yang bilang." Ucok juga tak ingin ketinggalan.
Pak Lurah menarik nafas berat karena susah sekali sudah kalau berurusan dengan geng begini, satu saja yang melihat maka semua akan mengaku melihat juga agar yang melihat tadi bisa menang dan yang di tuduh bisa segera di hukum, mereka tidak akan minta penjara tentu nya.
Nyusul satu bab lagiz di komen dan di like ya guys.