✍🏻 Spin-off Dearest Mr Vallian 👇🏻
Cinta itu buta, tapi bagaimana jika kau menemukan cinta saat kau memang benar-benar buta? Itulah yang di alami Claire, gadis berusia 25 tahun itu menemukan tambatan hatinya meskipun dengan kekurangannya.
Jalinan cinta Claire berjalan dengan baik, Grey adalah pria pertama yang mampu menyentuh hati Claire. Namun kenyataan pahit datang ketika Claire kembali mendapatkan penglihatannya. Karena di saat itu juga, Claire kehilangan cintanya.
"Aku gagal melupakanmu, aku gagal menghapus bayang-bayangmu, aku tidak bisa berhenti merindukanmu. Datanglah padaku, temuinaku sekali saja dan katakan jika kau tidak menginginkanku lagi." Claire memejamkan matanya mencoba merasakan kembali kehadiran kekasih hatinya yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
📝Novel ini alurnya maju mundur ya, harap perhatikan setiap tanda baca yang author sematkan disetiap paragraf 🙂
Bantu support dengan cara like, subscribe, vote, dan komen.
Follow FB author : Maria U Mudjiono
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 03
Setelah selesai makan, pria itu masih terus mengajakku jalan-jalan. Aku tidak tahu dia mengajak kemana, tapi aku sangat menikmati kebersamaan kami.
"Kau terlihat lebih cantik saat tersenyum seperti ini." pujinya, aku tersenyum karena mendengarkan lagu dan suara tawa anak-anak.
"Apa yang lucu hingga kau terus tersenyum?" tanyanya penasaran.
"Aku suka suasana disini. Terimakasih sudah mengajakku kesini." ucapku tulus dengan senyum yang masih menghiasi bibirku.
"Sudah aku bilang jika kau tidak akan rugi berkencan denganku." katanya terdengar sombong, pasti wajah pria ini sangat menyebalkan.
"Ini kencan pertamamu, kan?" tebaknya, tidak salah, tapi hal itu membuatku kesal.
"Ya, karena hanya orang gila sepertimu yang mau mengajak kencan gadis buta." sindirku, sayangnya aku tidak bisa melihat wajah tengilnya.
"Bahkan aku tidak tahu namamu." sambungku pelan, padahal hampir setengah hari aku bersamanya, tapi aku belum tahu namanya.
"Ahh, kau ingin berkenalan denganku rupanya." pria itu tertawa, membuatku jadi malu. Maksudku bukan ingin kenalan, hanya saja sangat aneh jika kita bersama orang yang tidak kita tahu namanya.
"Bukan masalah, kau adalah pacarku. Mulai hari ini dan seterusnya kau akan menjadi pacarku. Jadi kau harus tahu namaku." Katanya lagi-lagi membuatku tercengang.
"Pacar? Sejak kapan aku setuju jadi pacarmu? Tidak, aku tidak mau!" tolakku dengan tegas.
"Kau tidak punya pilihan lain, Nona. Aku tahu jika kau juga tidak dekat dengan pria manapun, hanya aku pria yang dekat denganmu." ucapnya seenaknya.
"Tapi bukan berarti aku mau jadi pacarmu." kataku sambil memilin jariku.
"Memangnya kenapa?" tanyanya heran.
"Karena aku ingin punya kekasih yang baik, bukan pencuri seperti mu." jawabku, aku masih ingat jika pria yang sekarang membuatku nyaman ini adalah pencuri, bahkan dia mengaku jika dirinya seorang bandit.
"Baiklah, aku akan berhenti menjadi pencuri. Apa kau puas?" tanyanya.
"Bagaimana aku tahu kau berhenti mencuri atau tidak? Bisa saja kau bohong padaku, aku ini buta." Aku mengingatkannya tentang kondisiku, pria itu menarik kedua tanganku dan menganggapnya, tangankunyang tadinya dingin terasa hangat.
"Cukup percaya padaku, aku memang bukan orang baik. Tapi aku akan belajar memperbaiki diri agar kelak kau bisa membanggakan ku." suaranya terdengar serius, hingga membuatku tidak bisa berkata-kata.
"Kau mau jadi pacarku 'kan? Mendampingiku menata hidup yang lebih baik, memulai semuanya dari nol. Aku janji tidak akan mengecewakanmu." Aku masih terdiam dan tak tahu harus menjawab apa.
"Aku butuh dukungan dari orang yang bisa aku percaya, dan aku percaya padamu." katanya lagi.
"Ke-kenapa harus aku?" yanyaku pelan.
Cup...
Dia mengecup punggung tanganku yang ada di genggamannya, dan menghembuskan nafas pelan.
"Mungkin kau tidak akan percaya, tapi aku tetap akan mengatakannya." ujarnya.
"Saat pertama kali aku melihatmu, aku melihat ketenangan. Matamu memang buta, tapi aku bisa melihat ketenangan didalamnya, lalu senyum mu membuatku merasakan kehangatan dan kebahagiaan. Hal itu menyadarkan ku, jika untuk menikmati hidup tidak perlu sebuah kesempurnaan." katanya membuatku tertegun, kata-kata seperti seorang penyair.
"Kau tidak percaya, bukan?" tanyanya seolah tahu isi kepalaku.
"Kau tidak perlu percaya dengan kata-kataku, tapi aku harap kau mau menemaniku berproses menjadi manusia yang lebih baik lagi." walaupun hatiku ragu, tapi entah kenapa kepalaku mengangguk.
"Terimakasih, aku janji tidak akan mengecewakanmu." ucapnya lalu menciumi kedua tanganku.
"Hentikan, jangan lakukan itu." kataku, namun seolah hanya angin lalu karena pria itu terus melakukannya.
***
"Kau benar tidak mau aku antar pulang?" tanya Grey, ya namanya Grey. Nama yang menurutku cukup keren.
"Grey, aku memang buta. Tapi aku bisa pulang sendiri, next time kau bisa mengantarkanku sampai rumah."
"Aku sangat menunggu hal itu." Grey kembali mengambil tanganku dan mengecupnya.
"Grey, boleh aku megatakan sesuatu?" tanyaku pelan.
"Anything." jawab Grey tanpa melepaskan tanganku.
"Jika suatu saat kau sudah bosan padaku, katakanlah. Jangan membuatku kecewa dengan cara membohongiku." pintaku, aku tidak tahu apa alasan Grey memilih gadis buta sepertiku untuk jadi kekasihnya. Aku tidak tahu tujuan Grey selanjutnya.
"Aku tahu kau ragu dan bingung dengan hubungan yang tiba-tiba ini. Tapi dengan jelas aku katakan padamu, jika kau adalah satu-satunya wanitaku. Aku tidak punya kekasih selain dirimu, aku ingin memulai hubungan dan hidup lebih baik. Dan aku memilihmu untuk menjadi pendampingku." jelas Grey, namun hatiku belum tenang sama sekali.
"Aku tidak menjanjikan apapun padamu. Tapi aku akan berusaha untuk tidak membuatmu kecewa dan menangis. Claire, kau sangat berharga bagiku, aku sama sekali tidak masalah dengan kondisimu yang buta. Karena aku yang akan menjadi matamu." Grey kembali meyakinkanku, aku mengangguk meskipun keraguan masih memenuhi hatiku.
***
Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan Grey, dari mana datangnya pria itu? Apa motifnya mendekati ku? Apa keuntungannya dekat denganku? Siapa Grey sebenarnya?.
Hati dan pikiranku penuh tanda tanya, aku bukan orang kaya yang bisa menguntungkannya. Aku hanya gadis sederhana dan buta, sungguh tidak ada yang menarik dalam hidupku.
"Terlepas dari apapun tujuanmu, aku senang karena untuk pertama kalinya punya teman bicara." gumamku pelan, karena Grey memang teman pertamaku. Orang asing yang mau bicara dan mengenalku, bahkan Grey mengatakan jika aku pacarnya. Aneh memang, tapi entah kenapa aku suka dan nyaman bicara bersamanya.
Setelah pertemuanku dengan Grey hari itu, aku kembali melanjutkan aktivitasku seperti biasanya, yaitu berjualan bunga. Aku memiliki sebuah rumah kaca yang ditanami beberapa jenis bunga, dengan cara itulah aku menafkahi diriku sendiri. Usaha sebagai penjual bunga adalah warisan dari Ayah dan Ibu yang memang bukan orang kaya.
"Harum." aku menghirup aroma setangkai bunga yang ada di tangan. Kali ini aku sedang merangkai bunga lili, dengan mengandalkan indera peraba dan indera penciumanku, aku bisa membuat rangkaian bunga yang sangat cantik. Itu kata pelanggan yang puas dengan hasil rangkaianku.
"Claire, how are you?" itu suara salah satu pelangganku.
"I'm good, how are you, Mrs. Smith?" balasku sambil tersenyum.
"Absolutely great. Bukankah kau bisa mendengar dari nada bicaraku?" katanya memang terdengar sangat baik dan sepertinya juga bahagia.
"Tentu, semoga anda selalu baik dan bahagia." kataku tersenyum sambil memotong tangkai bunga agar tidak terlalu panjang.
"Kau juga, Claire. Bagaimana dengan tawaranku tempo hari? Apa kau setuju?" tanyanya, hampir saja aku lupa jika Mrs Smith ingin menjodohkanku dengan seorang pria.
"I'm sorry Mrs Smith. Aku belum memikirkan tentang pria, setidaknya aku tidak ingin menjadi beban orang lain." kataku tanpa menghentikan pekerjaanku.
"Kau terlalu rendah diri sayang, lihatlah dirimu sekarang. Kau bahkan sangat bisa bekerja dan menghasilkan uang, bagaimana bisa kau menjadi beban orang lain?." Mrs Smith menyentuh pundakku.
"Jika kau berkencan atau bahkan menikah, kau akan punya teman bicara dan tidak akan kesepian." bujuknya.
"Aku bahagia dengan hidupku yang sekarang." sanggahku tersenyum.
"Aku tahu. Baiklah, mungkin dia memang bukan jodohmu." akhirnya dia menyerah. Aku yakin jika pria yang ingin dia jodohkan denganku adalah pria baik, tapi aku memang belum memikirkan untuk punya pasangan. Lagi pula sekarang aku sudah punya pacar, yaitu Grey.
*
*
*
*
*
TBC
Harry merasa tak bisa menempatkan diri, padahal Nick sudah menganggap Harry seperti sahabatnya. Gua rasa Sara Dan Nick bs menerima nya..