Inara Early Wijaya atau kerap di sapa Nara,gadis berusia 21 tahun yang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas ternama, selain mahasiswi dia adalah seorang CEO di wijaya grup milik sang Ayah, kedua orang tua Nara meninggal karena kecelakaan maut 4 tahun lalu yang menimpanya. setelah ke dua orang tuanya meninggal Nara lebih memelih tinggal di jogja karena salah satu peristiwa.
Nara tinggal di sebuah apartemen miliknya, namun juga sering menginap di tempat sang paman yang ia panggil Abi, yang memiliki sebuah pesantren yang cukup terkenal.
Tanpa di ketahui Nara sebelum kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya ,Nara sudah di nikahkan oleh seorang anak kiyai kerabat Paman Nara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Keesokan harinya Nara terbangun di pukul setengah 4 pagi,kepalanya terasa begitu pusing, saat ingin berdiri dari ranjangnya ia terjatuh karena merasakan kepalanya yang begitu sakit.
" Astagfirullah" gumam Nara sambil memegang kepalanya.
" huh sakit banget kepala gue, mesti gara- gara tadi malam nih" imbuh Nara berkata pada dirinya.
Nara terduduk di lantai cukup lama hingga adzan subuh berkumandang,Nara kemudian bangkit secara perlahan untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat.
Setelah selesai sholat Nara cukup lama berdoa kepada Yang Maha Kuasa dan meminta petunjuk apa yang harus ia lakukan. Setelah menangis di bawah guyuran Shower selama satu setengah jam, Nara kemudian membersihkan dirinya dan beristirahat,namun sebelum tidur ia melaksanakan sholat Istikhoroh terlebih dahulu.namun ia belom mendapatkan petunjuk atas sholat tersebut.
...****************...
Sedangkan di bawah keluarga Atlas masih berada di kediaman Kiyai Rahman,mereka memutuskan untuk menginap.
"apa mb Nana belom keluar min?" bisik Agnia adik Atlas pada Jasmin putri bungsu Kiyai Rahman yang merupakan teman semasa kecil, keluarga kiyai Rahman dan kiyai Jauhary memang sudah kenal baik sedari dulu,jauh sebelum kiyai Rahman membangun pesantren.
Jasmin hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Atlas yang sedari tadi menoleh ke arah tangga mengharapkan sang istri turun,namun sang istri tak kunjung turun.
" nanti pasti turun kok Gus, Nana hari ini ada jadwal ngajar di pesantren, dia orang yang bertanggung jawab, dia tidak akan meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja" Ujar Bintara anak kedua kiyai Rahman.
Atlas hanya menarik kedua sudut bibirnya mendengar pernyataan Bintara.
" Silahkan dimakan dulu Kiyai, Nyai, Ning, Gus" Kiyai mempersilahkan semua untuk sarapan.
" Balqis tolong panggilan onty Nana nduk" pinta Nyai Hilya kepada sang cucu anak pertama dari Abian dan Aisha yang berusia sekitar 8 tahun, bukan tanpa sengaja ia menyuruh Balqis, jika Balqis yang mengajak Nara, sudah di pastikan ia tak akan menolak, meski sering bertengkar Nara sangat sayang kepada keponakannya.
Sambil menunggu Nara mereka berbincang- bincang. " Jadi Nara juga mengajar di sini mb?" tanya Nyai Fatimah, yang mendengar ucapan Bintara.
" Iya mb, jika hari jumat sampai minggu, kalo minggu ngajar bimbel Nara ada jadwal mengajar Bahasa Inggris disini, jadi sering nginep di sini, tapi kalo weekday dia lebih pilih untuk tinggal di apartemennya." balas Nyai Hilya.
" kenapa dia tidak tinggal disini saja?"
" Seminggu setelah kepergian Ayah dan Bundanya, Nara memutuskan untuk pindah kesini, dari pada melanjutkan sekolahnya hingga selesai di Jakarta, entah apa alasannya sampai sekarang dia tidak ingin memberitahu, dan dia lebih pilih tinggal di apartemen milik sang ayah yang berada di sini, setelah pindah entah apa yang di alami Nana ia memutuskan melepas jilbabnya hingga sekarang, dia hanya memakai jilbab saat berada di sini." Nyai Hilya memang sangat menyayangi keponakanya itu seperti anaknya sendiri, karena yang di milik Nara hanyalah mereka, Kiyai Rahman dan Bunda Nara hanya 2 bersaudara sedangkan Ayah Nara anak tunggal.
Tak selang berapa lama Balqis turun dan mengandeng tangan Nara yang sudah siap untuk mengajar dengan setelah rok dan blouse yang di masukan kedalam roknya dan hijab yang di ikat kebelakang, memang tak mencerminkan sebagai Ustdazah, Nara merasa bukan Ustdazah toh disini ia mengajar pelajaran umum bukan agama.
" geser bang"pinta Nara pada Bintara karena kursi yang tersisa hanya antara Bintara dan juga Atlas.
" duduk situ emang kenapa sih?" protes Bintara.
" Tar geser tar, jangan bikin mood adek mu tambah rusak" pinta Kiyai Rahman.Mau tak mau Bintara harus pindah tempat duduk di samping Atlas.
Mereka pun memulai sarapannya dengan hening,hanya ada suara dentingan sendok dan piring, Atlas menoleh ke arah Nara yang hanya memakan satu lembar roti, yang tampak begitu cepat.
plak
sebuah pukulan yang cukup keras dari Binatara.
" aws" lirih Nara sambil mengusap kakinya yang di pukul oleh Bintara.
plak
Balasan Nara dengan memukul lengan Bintara " apa sih main pukul, pukul aja loe sakit tau gak?" protes Nara.
" Kaki loe gak sopan " balas Bintara menunjukkan ke arah kaki Nara yang sudah di atas kursi. Nara langsung menurunkan kakinya.
srett
Suara decitan kursi milik Nara, sang empu yang sudah berdiri. " Umi, Abi Kiyai, Nyai,Ning Gus, Nana pamit dulu,Nana harus buat soal terlebih dahulu untuk ulangan nanti, Assalamualaikum " pamit Nara yang menuju ke madrasah.
" Waalaikumsalam " balas semuanya yang berada di meja makan.
Atlas memandang punggung sang istri hingga tak terlihat, ia ingin sekali berbicara dengan sang istri meminta maaf dan menjelaskan semua yang terjadi.
" sabar yaa Gus" bisik Binatara.
" Gus Atlas apa tidak mau tinggal disini dulu?" tanya Kiyai Rahman yang sudah selesai makan.
Atlas menoleh kepada kiyai Rahman " emm tidak usah kiyai, saya juga harus mengajar di pondok abah, dan juga ada beberapa pasien yang sedang menjalankan terapis" balas Atlas, sebenarnya ia ingin sekali tinggal di sini dan menemani sang istri, untuk lebih dekat dengannya dan mengenal lebih dalam, namun tanggung jawabnya kepada para pasien yang menjalankan terapis.
" kalo kamu mau disini dulu ndak papa le, biar nanti abah yang gantikan kamu buat ngajar, kalo pasien kamu serah dulu sama asisten mu untuk beberapa waktu" timpa Kiyai Jauhary.
Atlas menoleh kepada sang Umma untuk meminta persetujuan, Nyai Fatimah tersenyum dan mengangukan kepalanya.
Atlas menoleh ke arah Kiyai Rahman "apa boleh kiyai?"pertanyaan terlantar dari mulut Atlas, memastikan apa ia boleh tinggal disini untuk sementara waktu.
" panggil Abi saja, ya tentu bolehlah kan tadi Abi yang nawarin sampean to gus, nanti sampean bisa gantikan Tara, karena dia harus mengurus perusahaan Nara, karena disini mulai ujian jadi Nara fokus disini dan kuliahnya, biasanya seperti itu jika menjelang ujian" balas Kiyai Rahman.
" matur suwun ( terima kasih) ki.. eh Abi " balas Atlas, entah mengapa ia sangat bahagia.
...****************...
Jam menunjukan pukul 9 pagi,keluarga kiyai Jauhary baru saja pulang, kecuali Atlas yang masih tinggal,kini Atlas dan juga Bintara berkeliling pondok dan juga madrasah.
" sabar yaa Tlas menghadapi Nara, dia itu sebenarnya penurut, tapi terkadang sifat bar bar nya itu yang bikin Umi sering istigfar, tapi di balik itu dia pandai menyembunyikan segala masalahnya, dia tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya, jadi aku harap sampean bisa jadi tempat dia berkeluh kesah" ujar Atlas saat menyusuri koridor madrasah santri putra.
" saya tidak bisa menjanjikan apapun, tapi saya akan berusaha menjadi suami yang baik bagi Nara" balas Atlas yang mendapatkan senyuman dari Bintara.
Setelah menyusuri madrasah Bintara mengajak Atlas ke kantor para pengajar, bukan hanya para Ustadz tapi ada beberapa pengajar dari luar juga, karena Pesantren Al fath juga menyediakan sekolah saja tidak perlu mondok, karena sebagian murid tidak mondok.
" Assalamualaikum semuanya" sapa Bintara.
" Waalaikumsalam Gus" balas Seluruh orang yang berada di kantor.
" sebelumnya saya akan mengenalkan pria tampan sebelah saya ini, tapi tetap masih tampanan saya kan?" gurau Bintara,yang membuat semua orang terkekeh.Atlas menyenggol lengan Bintara karena ia sangatlah malu.
" ini Gus Atlas Ambrose Wildan, atau Gus Wildan putra kiyai Jauhary, pemilik pesantren Al hikmah" Bintara mulai memperkenalkan Atlas.
" Salam kenal semuanya" ujar Atlas dengan sedikit membungkukan kepalanya dan menakup ke dua tangannya di depan Dada.
"Gus wildan, akan menggantikan saya beberapa minggu ke depan, jadi semuanya mohon di bantu Gus Wildannya" imbuh Gus Atlas.
" siap Gus" balas Seluruh pengajar.
" siap laksanakan Gus, tenang saja kita pasti akan menjaga Gus Wildan dari para cegil cegil disini Gus" imbuh Ilham salah satu Ustadz muda disini.
" ah bilang aja takut kesaing kamu, sama Gus Wildan, karena Gus wildan lebih tampan dari kamu Ham, kamu takut pujaan hati mu menyukai Gus Wildan kan?" celetuk Bintara.
" tidak lah gus, sudah jelas di lihat saya dan Gus Wildan juga tampanan Gus wildan sih gus" celetukan Ilham membuat ruang pengajar di penuhi dengan tawa.
" Hahhah tenang Ham dia sudah memiliki pawang, galak lagi pawangnya, sudah kalo begitu saya ke ruang Madrasah putri terlebih dahulu, Waalaikumsalam " pamit Bintara.
" Waalaikumsalam "
"mari Gus" Bintara membuka pintu yang berhadapan dengan pintu masuk tadi, di ruangan ini ada dua pintu.
" ini pintu untuk ke madrasah putri Gus, jadi jika para Ustadz jika mengajar di putri lewat sini, dan nyambung sama kantor pengajar putri" jelas Bintara saat ingin memasuki kantor pengajar putri.
" Assalamualaikum para bidadari syurga" sapa Bintara, Bintara memang terkenal dengan sifat jail dan kehumorisannya, dia memang bukan tipe yang jaim.
" Waalaikumsalam gus" jawab para Ustdzah.
Bintara mengedarkan pandangan ke arah meja Nara, dan melihat sang sepupu yang tertidur dengan bantalan tangannya.
" INARA EARLY WIJAYA"
Bagus ceritanya☺️🤍