Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.
Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.
Up dari senin sampai sabtu ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal Move-on
Setelah menemui Reza saat itu juga Fatur langsung membuat gambar sketsa rumah, Fatur berharap jika temannya Reza akan menyukai konsep rumah buatannya. Dengan goresan pensil yang bermata tajam di ujungnya, Fatur mengukir di atas kertas putih dengan begitu sangat serius. Goresan demi goresan yang dibuat membuahkan desain yang sangat luar biasa. Kedua bola matanya sangat serius melihat setiap sudut desain yang sedang dibuat, tidak ada kata cacat atau salah dari goresan pensilnya. Sudah jam tidur Erik ingin memastikan sedang apa sahabat baiknya di dalam kamar, apakah Fatur sudah tertidur. Namun nyatanya lelaki dengan berat 65 kg sedang sibuk dengan pensilnya saat Erik mengintip Fatur dari ambang pintu kamarnya.
Erik merasa lega karena sahabatnya sekarang terlihat lebih baik dari lima tahun sebelumnya. Saat itu Fatur begitu sangat hancur dan terguncang karena hubungannya dengan Anggita, semangat hidupnya seperti terhenti dan masa depannya begitu sangat kelam. Masuk penjara diusia yang sangat muda adalah catatan hitam dalam hidup Fatur selama ini, dan itu karena Anggita. Senyum ringan mengiringi langkah kaki Erik yang memutuskan untuk menghampiri sahabat terbaiknya itu, lelaki dengan tinggi 170cm dan berkulit putih itu ingin tahu apa seberapa jauh Fatur mengerjakan tugasnya.
"Sorry, ya. Baru datang ke Bandung dibuat sibuk sama gue," ucap Erik sedikit menyesal saat dirinya baru saja masuk ke kamar Fatur dan berdiri beberapa meter dari tempat Fatur duduk.
Mendengar suara Erik seketika Fatur menoleh dan melihat sahabatnya sedang berdiri tersenyum menatapnya. Erik kembali melangkahkan kakinya menghampiri Fatur yang sedang duduk di meja kerjanya dengan santai. Fatur tersenyum ketika mendengar ucapan Erik. Sebenarnya Fatur tidak merasa dibebankan oleh pekerjaan yang seharusnya untuk Erik, tapi karena Fatur ingin membalas semua jasa Erik kepadanya selama ini.
"Memang lo itu sering merepotkan gue, hehehe," celetuk Fatur meledek Erik dan kembali dengan pekerjaannya itu.
Erik ikut tertawa ringan dan lelaki itu berdiri di samping Fatur. Erik dibuat kaget dengan gambar tangan Fatur yang baru saja dilihatnya, gambar Fatur begitu bagus bukan main. Tidak salah jika Erik memilih sahabatnya untuk menggantikannya. Walaupun Fatur sekarang bekerja sebagai barista tapi ilmu arsiteknya sangat luar biasa, entah kapan Fatur berani untuk membuat gedung-gedung bertingkat. Yang pasti dirinya masih belum mau dan berani pasca Anggita meninggalkannya begitu saja.
"Gue nggak menyangka ternyata goresan pensil lo bagus juga," puji Erik sambil tersenyum kepada.
Pujian Erik tidak membuat Fatur terbang melayang , Fatur hanya terdiam saat Erik memujinya dan Erik merasa kagum dengan hasil desain Fatur. Sungguh mengesankan lebih baik darinya.
"Makasih," kata Fatur sambil tertawa ringan dan tersenyum tipis.
"Kapan lo bertemu temannya Reza?"
"Setelah mereka lihat gambar ini," kata Fatur singkat sambil terus menggoreskan pensinya itu ke atas kertas yang sudah terisi sebagian gambar.
"Lo nggak berniat tinggal di Indonesia lagi?" tanya Erik dengan nada mulai serius menatap Fatur yang sedari tadi serius dengan pekerjaannya.
Deg, seketika Fatur terdiam dan menghentikan menggoreskan pensilnya ke dalam kertas itu, lelaki itu tiba-tiba melamun menatap gambar yang ada di hadapannya. Menetap di Indonesia? Itu bukan yang dipikirkan oleh Fatur saat ini, dirinya kembali ke Indonesia karena begitu sangat rindu dengan mamanya tidak ada niat yang lain. Jika ada dirinya akan memikirkannya seribu kali.
"Gue belum tahu, mungkin gue akan tinggal lebih lama di Australia," jawab Fatur dengan wajah serius dan nada suara terdengar sendu.
"Kapan lo nikah?" tanya Erik lagi menghujani sahabatnya itu dengan pertanyaan lain yang membuat Fatur begitu kaget menatapnya.
Ini adalah kesempatan bagi Erik untuk bertanya kepada Fatur, karena sudah lima tahun mereka tidak bertemu seperti ini. Jadi saat ini Erik mempergunakan keberadaan Fatur untuk bertanya segala hal kepada dirinya. Bagai disambar petir Fatur mendengarnya, kenapa Erik bertanya seperti itu.
"Kenapa lo bertanya soal nikah sama gue?" tanya Fatur kaget menatap Erik dengan nada tegas dan Erik hanya tersenyum manis melihat reaksi Fatur.
"Gue cuma bertanya, jangan tegang begitu, hehe," ledek Erik singkat sambil tertawa kecil menatap Fatur
"Pertanyaan lo aneh," ucap Fatur dan tidak memperdulikan pertanyaan sahabatnya itu.
"Aneh dari mana? Gue bertanya 'Kapan Lo Nikah' itu aja," jelas Erik sambil mempertegas kata 'Kapan Lo Nikah' kepada Fatur.
"Itu yang dinamakan pertanyaan aneh. Lo tahu kalau gue belum punya pacar. Jadi bagaimana bisa gue menikah kalau belum punya pacar," tandas Fatur sambil menatap Erik.
Erik terlihat sangat senang sekali karena telah meledek sahabat baiknya itu.
"Memangnya selama ini lo belum punya pacar?" tanya Erik menatap Fatur dengan lekat.
Glek, lagi-lagi pertanyaan Erik membuat Fatur terdiam kembali menghentikan aktivitas menggambarnya. Memang selama ini belum ada yang bisa menggantikan posisi Anggita di hatinya.
"Belum," jawab Fatur singkat dan kembali melanjutkan menggambarnya setelah terdiam sesaat.
"Serius lo!" teriak Erik kaget menatap Fatur tidak percaya.
Teriakan Erik membuat telinga Fatur sedikit terganggu, dan lelaki itu spontan menutup kedua matanya lalu menjauhkan wajahnya dari Erik karena Fatur sedikit kaget menahan suara teriakan Erik yang menggema di dalam kamarnya.
"Iya," jawab Fatur singkat menatap Erik.
"Masa! Selama lo di sana memangnya nggak pernah dekat sama perempuan?"
"Nggak."
"Serius lo! Lo normal, kan?" tanya Erik lagi semakin kaget dan menatap Fatur dengan tatapan kaget tidak percaya.
"Maksud lo?" Fatur balik bertanya tak mengerti apa arti pertanyaan sahabatnya itu.
"Ya maksud gue, lo masih suka sama perempuan, kan?" Erik memperjelas pertanyaannya tadi.
Mimik wajah Fatur menatap tajam ke arah Erik, dan Fatur sedikit kaget karena Erik menuduhnya tidak normal.
"Apa! Resek lo. Gue masih normal," tandas Fatur dengan nada tegas.
Hanya tawa kecil yang terlukis di bibir Erik seraya menatap Fatur yang ada di hadapannya, Erik sangat senang melihat wajah Fatur yang begitu terkejut akan ucapannya.
"Terus kenapa lo belum punya pacar? Apa lo masih belum bisa move on dari Anggita?" tanya Erik dengan wajah serius.
Pertanyaan Erik membuat Fatur terdiam dan merenung, bohong jika Fatur bilang sudah bisa melupakan Anggita karena selama di sana belum dirinya belum bisa melupakan Anggita sedetik pun. Erik tahu arti ekspresi yang terlukis di wajah Fatur, bahwa sampai sekarang Fatur masih sangat mencintai Anggita walaupun sudah beberapa tahun mereka berpisah.
"Gue belum menemukan yang satu jalan," jawab Fatur singkat setelah beberapa saat terdiam sambil matanya menatap ke sembarang tempat.
Alasan Fatur membuat Erik tidak percaya karena tahu hanya Anggita yang ada di hatinya sampai kapan juga.
"Memangnya lo nggak mencoba mencari Anggita lagi? Hanya sekedar tahu bagaimana keadaan dia setelah sekian lama?"
"Buat apa?" Fatur balik bertanya dengan nada sinis menatap Erik.
"Dia pasti sudah menikah, jadi buat apalagi gue mencari tahu tentang dia," tambah Fatur lagi dengan nada suara terdengar lirih.
"Kalau ternyata ucapan lo salah bagaimana? Kalau misalnya dia belum menikah?"
Ucapan Erik kembali membuat Fatur menatap Sahabatnya, jika memang seperti itu yang terjadi Fatur sangat bersyukur. Tapi bagaimana juga Fatur sudah menutup kisah dan hatinya dengan Anggita. Lelaki itu sudah membenci Anggita, walaupun di lubuk hatinya paling dalam tidak bisa bohong jika masih ada cinta untuk Anggita, hanya ada Anggita.
"Udahlah, nggak perlu membahas soal dia lagi. Buat gue, dia hanya masa lalu dan gue nggak akan mau bertemu dengannya," kata Fatur datar dan bohong.
"Sorry. Gue hanya memastikan tentang perasaan lo, karena gue lihat sampai saat ini lo masih sering memakai sweater pemberian Anggita dan jam tangan yang sama persis dimiliki Anggita."
Memang benar Fatur sering memakai barang-barang pemberian dari Anggita saat mereka masih bersama, bahkan jam tangan couple yang Fatur beli saat mereka pertama kali menjalin hubungan serius. Hanya itu yang Fatur punya dan selalu dijaga olehnya sampai saat ini juga. Seperti malam ini dirinya selalu memakai sweater pemberian Anggita dan juga jam tangan yang selalu melingkar dengan setia di lengan kanannya.
"Ini adalah hadiah dari masa lalu, kenapa gue masih memakainya? karena gue akan ingat kalau gue pernah mempunyai perempuan yang sangat gue cintai," ucap Fatur dengan nada lirih dan mata yang mulai berkaca-kaca.
Entah mengapa Fatur selalu menangis setiap kali mengingat Anggita, apalagi mendengar namanya. Hati Erik begitu sedih mendengarnya, walupun Fatur berbohong tentang perasaannya tapi Erik dapat merasakan jika sahabatnya itu masih sangat mencintai Anggita sampai kapanpun juga.
"Gue mau melanjutkan pekerjaan dulu, kasihan Reza menunggu," kata Fatur menyudahi pembicaraannya yang begitu serius.
Erik sadar jika Fatur tidak ingin melanjutkan pembicaraan soal ini karena dirinya bisa semakin sedih dan menangis. Setidaknya Erik tahu jika di hati Fatur masih ada Anggita.
"Baiklah, selamat bekerja. Gue pergi dulu," pamit Erik kepada Fatur dan sahabatnya itu hanya membalasnya dengan senyum manis.
Langkah kaki Erik keluar dari kamar Fatur dengan mimik wajah sendu dan iba saat melihat sahabatnya, sementara sebelum melanjutkan pekerjaannya Fatur mengambil ponsel miliknya. Dibuka ponselnya itu dan jemarinya mencari foto-foto Anggita yang masih disimpan sampai sekarang, foto mereka pertama bertemu di Batam. Foto mereka berdua pertama dinner, foto kedua tangan mereka yang memamerkan jam tangan yang sama dan foto-foto ketika Anggita datang ke Batam. Masih Fatur simpan rapih di galeri ponselnya. Dan hanya itu yang Fatur punya untuk melampiaskan rasa rindu kepada Anggita.
Setiap hari Fatur selalu memandang foto-foto seakan foto itu menghipnotisnya kembali ke masa lalu yang pernah mereka lalui bersama. Matanya kembali berkaca-kaca menatap foto-foto itu, betapa dirinya sangat merindukan Anggita setiap detik. Fatur merindukan suara Anggita dan canda tawanya. Tapi sekarang Fatur hanya bisa mengenang itu di dalam pikirannya saja, entah sampai kapan, Fatur tidak tahu.