Sistem Kekayaan: Jam Dan Waktu

Baru saja cahaya fajar muncul di ufuk timur, Aliason sudah ada di jalan untuk mencari sarapan untuk mengisi perutnya yang kosong setelah mendapatkan uang dari sistem.

Aliason duduk di sudut sambi memesan lontong. Ada 2 orang perempuan yang mampir ke warung sarapan itu.

Aliason langsung menyembunyikan wajahnya takut mereka mengenalinya. Ya, dua orang itu adalah teman lama Erline, meskipun teman, tapi mereka tidak begitu dekat, hanya sebatas kenal saja. Saat itu mereka bersama-sama ingin berangkat kerja.

"Oh ya, kamu tahu nggak kalau Erline 4 hari lagi mau nikah lagi?" tanya temannya kepada wanita duduk di bagian kirinya.

Saat itu Aliason berada di belakang mereka, mereka juga tidak menyadari jika Aliason juga ada di sana.

"Menikah lagi? Dengan siapa?" tanya wanita itu menekuk alisnya.

"Aku dengar-dengar dari tetangganya, 4 hari lagi mereka akan melangsungkan pernikahan di hotel mewah lho, secara Erline menikah dengan Tuan Wendi. Memang dia sudah punya istri tapikan dia kaya raya, sangat jauh berbeda dengan suaminya yang miskin dan buruk rupa itu, aku sendiri jijik melihatnya," ucap temannya.

Mendengar ucapan mereka membuat Aliason terkejut bahwa istrinya sebentar lagi akan menikah.

Aliason meninggalkan selembar uang di bawah gelas, ia pun pergi tanpa berkata apa pun dari warung tersebut.

Sedangkan saat ini, Erline berada di dalam kamar. Pintu Kamarnya di kunci dan ia di jaga oleh beberapa orang di dalam kamar dan luar kamar agar tidak melarikan diri kembali kepada Aliason.

Mereka sengaja melangsungkan pernikahan 4 hari lagi, karena pernikahan yang mewah itu butuh segala sesuatu persiapan yang matang agar acaranya berjalan dengan lancar.

"Di mana calon istri ku? Aku ingin bertemu dengannya sebelum aku ke kantor," ucap Wendi tersenyum kepada Eva.

"Oh Tentu saja, dia ada di dalam kamar," ucap Eva dengan senyum mengembang.

Eva mengantarkan Wendi menuju kamar Erline. Melihat Eva datang, bodyguard yang berjaga di pintu langsung membukakan pintu karena sudah pasti tahu jika Eva datang melihat Erline.

"Dia ada di dalam, silakan masuk Tuan," ucap Eva.

Wendi masuk ke dalam kamar dan melihat Erline duduk di ranjang bersama 6 orang pelayan yang selalu menjaganya.

"Sayang, kamu cantik sekali dengan gaun putih mu ini, aku sudah tak sabar ingin menikah dengan mu," ucap Wendi ingin memegang pipi Erline.

Tapi Erline menepis tangan Wendi dan menatapnya dengan tajam, ia sungguh jijik melihat wajah pria mesum di depannya itu.

"Jangan sentuh aku!" hardik Erline dengan mata memerah.

"Cup! Cup! Cup! Jangan marah-marah donk, sebentar lagi kan kamu akan menjadi istri ku, istri itu harus menurut dengan suaminya," ucap Wendi lembut sambil tersenyum.

"Aku tidak mau menjadi istri mu! Aku tidak sudi! " teriak Erline di depan muka Wendi.

"Erline! Jangan menghardik Tuan Wendi! Kau tidak mau kan Aliason di bunuh oleh Tuan Wendi?" tanya Eve menatap Erline dengan membulatkan matanya.

Erline kembali menangis dengan air mata berlinang. "Kau mungkin bisa menikahi ku, tapi kau tidak akan pernah mendapatkan hatiku," ucap Erline menggenggam erat tangannya.

"Tidak apa-apa, karena suatu saat nanti aku akan membuatmu jatuh cinta kepada ku," ucap Wendi tersenyum.

Wendi pun kembali keluar dari kamar Erline dan berjalan bersama bodyguard dan berjalan menuju pintu keluar yang di antar langsung oleh Eva.

"Maafkan Erline Tuan, saya akan membuat dia jatuh ke pelukan Anda," ucap Eva menenangkan saat melihat mimik wajah Wendi yang tidak senang dengan ucapan Erline.

Wendi hanya mengangguk dan ia pun masuk ke dalam mobilnya.

"Cari pria yang bernama Aliason, pukul dia sampai hingga babak belur, kalau perlu bunuh dia!" perintah Wendi kepada pengawalnya sambil memberikan selembar foto.

Foto itu adalah foto Aliason.

"Baik Tuan," jawab mereka.

Wendi ingin menikahi Erline ia menginginkan tubuh Erline, setelah mendapatkannya, maka ia akan membuangnya seperti sampah.

Saat itu Aliason sedang duduk di pasar tempat biasa kerja. Hari ini ia hanya duduk saja di kios kosong. Biasanya ia sangat antusias mencari para orang-orang agar ia bisa mengangkat barang untuk mendapatkan upah demi memenuhi kebutuhan ia dan istrinya.

Ia terus melihat jam di tangannya secara terus menerus sambil memikirkan sedang apa istrinya saat ini, dan berpikir keras bagaimana ia bisa kembali mendapatkan Istrinya.

Beberapa bodyguard datang dan berhenti di tempat orang perkumpulan. Mereka adalah orang-orang yang bekerja sebagai tukang panggul juga yang selalu bentrok dengan Aliason dalam hal pekerjaan.

"Apa kalian kenal dengan pria yang bernama Aliason ini?" tanya pengawal itu memperlihatkan foto Aliason.

"Oh, dia ada di sana," ucap mereka menujuk ke arah Aliason yang sedang terduduk termenung tersebut.

Beberapa pengawal itu pun datang mendekat.

Tririt]

[Tririt]

Tiba-tiba jam tangannya berbunyi. Aliason melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 09:10:30 detik.

Sebuah tulisan muncul lagi.

[Waktu di tentukan pukul 09:10:30 detik. massa berlaku 30 detik]

"Wah, sepertinya aku bakal dapat hadiah lagi nih," ucap Aliason senang.

Baru saja ia ingin mengerjakan suatu pekerjaan, ia di buat terkejut oleh kedatangan para pengawal itu.

Tak sempat melarikan diri, ia kini harus bertarung untuk bertahan hidup. Karena di lihat dari bodyguard itu, mereka tidak akan membiarkan dirinya meloloskan diri.

Dengan sekuat tenaga, Aliason melawan mereka, Bodyguard itu ada sekitar 4 orang, Aliason terus melawan mereka dengan sekuat tenaga, meskipun ia dapat beberapa pukulan dan tendangan.

Sedangkan orang pasar, tidak ada yang meleraikan mereka, mereka semua malah menonton layaknya pertunjukan sirkus.

[Tririt]

[Tririt]

[Waktu habis]

[Selamat, Anda berhasil melakukan 5 kali pukulan, 3 kali tendangan dan 4 kali menghindar]

[Hadiah, Anda mendapatkan 5% peningkatan kekuatan tubuh, 4% peningkatan kekuatan dan 3% pertahanan tubuh]

Aliason merasa tubuhnya merasa segar dan ia merasa ada kekuatan di tubuhnya.

"Tidak apa, kekuatan segini cukup untuk aku melawan mereka," ucap Aliason.

Dengan kekuatan penuh, Aliason menuju ke arah bodynya itu membuat kepalanya oleng. Yang lain juga ingi memeluk ke arahnya, Aliason bertahan lalu memukul pengawal tersebut.

Aliason mengangkat tangannya lagi dan memukul mereka lagi secara terus menerus sampai akhirnya ia pun juga kelelahan.

Para bodyguard itu hanya satu yang sadarkan diri, sedangkan yang lain babak belur.

Aliason menyeka darah di sudut bibirnya dan secepatnya ia pergi dari pasar tersebut, takut jika para bodyguard itu memanggil temannya untuk datang, sedangkan tenaganya sudah terkuras banyak.

'Aku harus pergi, aku belum ingin mati. Masih ada Erline yang sangat membutuhkan ku,' batin Aliason.

Aliason naik ojek agar cepat, ia berniat untuk pulang ke rumah sewanya terlebih dahulu sambil memikirkan cara.