Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
💛10 tahun kemudian💛
"Papi..." teriak Shina yang baru saja datang dari mall habis belanja.
Antoni atau biasa di panggil Toni langsung menutup kupingnya erat-erat karena gendang telinganya sakit. "Aduhh Mami...jangan teriak-teriak ah, ini gendang telinga Papi sakit tau!"
Shina langsung cemberut tapi setelah itu kembali berbinar. "Ikh...Papi mah gak asyik, eh Papi tau gak tadi di mall Mami lihat apaan?"
Toni menggeleng karena dia tidak tahu dan tak melihat juga tidak ikut istrinya ke mall. "Ya mana Papi tau, kan Papi di rumah."
"Ikh...Papi mah selalu gitu tanyain kek lihat apaan."
Dengan malas Toni bertanya. "Emang Mami di mall lihat apa sih?" tanya Toni.
"Ekhem..." Shina langsung duduk di samping suaminya dan mulai bercerita, "Eh Papi tau gak tadi Mami lihat Shani di mall sambil melukis gitu, indahh banget lukisannya Pi sampai-sampai banyak yang nonton."
"Papi tau juga gak apa yang bikin Mami bahagia hah? Lukisan Shani itu di tawar sama keluarga Arizaya Pi, Papi tau harganya berapa?"
"Emang berapa Mi?"
"1 M Pi, 1 M! Kebayang gak tuh? Anak kita banyak duit, ikhh pantesan selama ini dia gak pernah minta sama kita wong dia punya usaha sendiri."
Toni tertawa keras mendengar ocehan istrinya yang cerewet namun baik hati.
"Hahaha...kamu lucu Mi, kirain Papi tadi apa? Ternyata Shani yang melukis di mall, kalau itu sih Papi udah tahu dari dulu hihihi..." Toni berujar dan tertawa renyah sekali.
"Jadi selama ini Papi udah tahu kalau Shani melukis di mall sebagai usahanya?"
"Iya Papi udah tahu malahan sejak SMP lagi."
"Ikhh Papi ko gitu sih sama Mami, jahat banget!"
Toni langsung memeluk istrinya dan mencium keningnya dengan cinta.
Emmuah...
"Sudah jangan cemberut nanti tambah cantik loh," goda Toni.
"Apaan tuh maksudnya?"
"Hihihi..iya iya tapi Mami seneng gak? Hemm...anak kita yang imut itu dah bisa cari uang sendiri, banyak loh anak seusia Shani itu manja."
Shina mengiyakan apa kata suaminya ini, memang betul zaman sekarang banyak remaja yang manja dan bisanya cuma ngabisin duit.
"Iya juga sih Pi, beruntung banget punya anak kaya Shani kita ya Pih."
Toni hanya tersenyum dan kembali membaca koran, lalu Shina naik ke atas mau mengganti bajunya yang santai aja siang ini.
Sudah hampir sore, Shani baru datang dari mall dengan tatapan datarnya tapi bisa di bilang sangat peduli terhadap orang tua angkatnya.
Bagi Shani tidak pantas dirinya menghabiskan banyak uang orang tua angkatnya, meskipun Toni dan Shina selalu mengatakan pada kolega bisnisnya jika Shani adalah anak kandung mereka.
Terlebih lagi Shina baik Toni selalu peka dan peduli akan perasaan Shani jadi mereka berdua ingin yang terbaik untuk Shani dan apa yang membuatnya bahagia.
Shani meletakkan alat lukisnya dan ingin mandi, lalu masuk kamar mandi dengan santai dan tenang.
Setelah selesai mandi, Shani langsung mengeringkan rambutnya sambil menatap laptop dan membuka beberapa file penting perusahaan Miziana Group.
"Ohhh, jadi mereka mengajukan kerja sama rupanya humm..." Ucap Shani sambil menatap laptop.
Setelah selesai mengeringkan rambut, Shani langsung mengirim email pada sekretarisnya untuk menerima perusahaan tersebut.
Sudah lama berkutat di depan laptop, Shani melihat jam.
"Jam berapa sih sekarang?"
Setelah melihat jam, Shani langsung menutup laptopnya dan turun ke bawah.
"Itu kan Mbok Min, kenapa dia apa sakit?"
Shani mendekati Mbok Min yang lagi masak dan menanyakan keadaannya.
"Mbok? Mbok lagi sakit?"
"Uhuk...huk...eh Non, enggak Non hanya sedikit batuk aja."
Shani tidak percaya dan langsung mengambil alih dapur dan menyuruh Mbok Min untuk istirahat.
"Sini Mbok, sebaiknya Mbok minum obat terus istirahat."
"Eh tapi Non ini belum selesai masaknya," kata Mbok Min.
"Biar saya aja yang selesaikan, udah...Mbok sebaiknya istirahat."
"Jangan Non, Mbok gak enak masa anak majikan yang masak. Kan, ada Mbok."
"Mbok mau aku gendong ke kamar,"
Mbok Min langsung cemberut dan terpaksa istirahat karena ancaman nona mudanya yang baik hati ini.
"Ikh...Nona Muda mah gak asyik, main ngancam. Ya sudah, Mbok istirahat tapi Non janji jangan capek-capek juga."
"Good,"
Akhirnya Mbok Min masuk ke kamar dan minum obat lalu istirahat.
Sedangkan Shani sudah bersiap dengan alat wajan dan panci dan memulai memasak.
Di dalam kamar, Shina mencium bau wangi yang amat menggoda.
"Papih, ini masakan siapa Pih wangi banget."
"Masakan Mbok Min kali,"
"Ah masa? Mbok Min masak emang enak tapi gak pernah sewangi ini?"
"Ya sudah ayo kita ke bawah dan kita lihat siapa yang masak," ajak Toni.
"Ok, kalau Mami sih yakin bukan Mbok Min."
"Ya sudah ayo ke bawah,"
Akhirnya mereka berdua ke bawah lalu pergi ke dapur dan ternyata yang memasak adalah...?
"Shani..." ucap Shina.
Shani menoleh ke belakang dan tersenyum sebentar tapi senyum itu sangat tipis.
"Ehh Mami,"
"Kamu kapan pulangnya sayang?"
"Setengah jam yang lalu Mih,"
Shina memandang masakan yang dimasak Shani di wajan, sepertinya masakan ini yang sudah mengeluarkan bau yang sedap. "Kamu masak apa hari ini sayang, ini wangi-nya kecium loh sampai ke atas sana."
"Ini Shani lagi masak rendang,"
"Rendang?" ulang Toni.
Shani mengangguk dan terus mengaduk rendang di wajan lalu menyuruh Papi dan Maminya untuk menunggu di meja makan.
"Sudah...sebaiknya Mami sama Papi duduk aja dulu, bentar lagi selesai."
Seperti tingkah bocah, Toni dan Shina menurut dan itu tak lepas dari pandangan Shani.
Rendangnya sudah masak dan Shani langsung menaruhnya di mangkok cantik dan menghiasnya dengan cepat.
"Ayo Mi, Pi. Kita makan."
"Hummm wangi banget ini pasti enak Pih," puji Shina sambil mencolek rendang yang di mangkok.
"Siapa dulu dong yang masak Mih, anak kita." Ucap Toni dengan bangga.
Saat makan pun mereka saling bercerita, lalu mulailah Toni menanyakan sekolahnya Shani.
"Shan, kamu mau sekolah dimana sayang?"
Shani menjawab kalau dirinya sudah mendaftar sekolah dan besok akan turun. "Shani sudah mendaftar Pi, rencananya besok udah turun."
Toni langsung terkejut dan bertanya sekolah dimana. "Kamu daftar sekolah dimana sayang?" tanya Toni.
"Arizaya high school Pih," sahut Shani.
"Loh itu, kan sekolah milik Pak Kazio. Sayang...itu sekolah paling mahal di indonesia dan bergengsi, selama ini kamu gak bilang-bilang sama Mami kamu emangnya udah bayar uang mukanya sayang." Ucap Shina menimpali.
Shani tersenyum tipis dan mengelap bibirnya dengan tisu. "Mami tenang aja, semuanya udah Shani bayar jadi besok tinggal sekolah aja." Sahut Shani.
Shina sangat terkejut dan terperangah tidak percaya. "Sayang, selama ini Mami sama Papi cuma kasih kamu uang jajan sebulan 10 juta aja loh. Sedangkan sekolah Arizaya High School itu uang mukanya hampir 50 juta, kamu selama ini dapat uang darimana sih kamu juga jarang minta uang sama Mami dan Papi." Tanya Shina memicingkan mata.
Shani sedikit kikuk tapi sebisa mungkin harus berwajah datar agar Maminya ini gak banyak tanya dan cerewet. "Shani kan selama ini nabung, Mih." Sahut Shani.
"Masa sih? Tapi ya sudahlah, Mami percaya kamu kan anak mandiri. Oh ya, kamu tadi dapat uang gede kan di mall mana nih traktirannya." Ucap Shina.
"Uhuk...huk...ya ampun Mi...gak tau malu banget sihh emang selama ini uang jajannya Mamih kurang yahh sampai minta sama Shani." Sahut Toni ikut berkomentar.
"Ikh Papih, tentu saja uang Mami banyak tapi kalau di traktir sama anak sendiri itu beda tau rasanya. Mami jadi bisa manas-manasin temen-temen Mami yang suka ngebanggain anaknya, terutama si Laras tuh." Ketus Shina.
Degh...
'Laras,' batin Shani.
"Ah gak usah ladenin mereka lah Mi,"
"Tetap aja Mami gak terima direndahin sama Laras," kekeh Shina.
"Ya tapi-"
"Sudah Pih, oyah Shani lupa Mih. Nanti Mami kalau belanja ngomong aja sama Shani, nanti Shani transfer yahh khusus untuk Mami." Sahut Shani.
"Yey anak Mami sangat baik, ih tambah sayang deh..wleee Shani aja gak keberatan Pih."
Toni hanya geleng kepala pelan melihat tingkah istrinya yang makin hari makin gemesin, jiwa Shina dan Shani seolah tertukar.
***
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..