Khumaira, sosok istri ideal, namun ia memiliki suami yang hatinya bukan untuknya. Khumaira dengan cinta di hatinya tak pernah menyerah untuk memenangkan hati sang suami, ia terus berjuang sampai pada akhirnya hati suaminya mulai meleleh dan memiliki perasaan padanya. Namun siapa sangka wanita yang sangat di cintai suaminya kembali hadir di hidup mereka, dan itu membuat hati Khumaira kembali tersakiti karena kedatangan wanita yang dulu di anggap telah tiada, ternyata dia masih hidup, dan kedatangannya itu membuat sikap suami Khumaira kembali berubah padanya.
"Akankah Khumaira mampu mempertahankan pernikahannya?, atau memilih untuk menyerah?"
Temukan semua itu hanya di noveltoon "SUAMIKU BUKAN UNTUKKU."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SA.J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 03 Kedatangan Tuan dan Nya. Blanco
"Auh," rintih Maira sembari mengusap dahinya yang terbentur dengan benda keras.
Mendengar tuntutan Nyonyanya, Maid terkejut dan berbalik dengan cepat. "Astaga, Nyonya. Nyonya tidak apa-apa?" tanyanya melihat dahi Nyonyanya.
Maira tersenyum, menganggukkan kepalanya. "Iya, aku baik-baik saja," ujarnya lembut.
Maira mengangkat kepalanya menatap orang uang baru saja ia tabrak. "Maaf, Tuan, aku tidak sengaja," ujarnya tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya.
Pria yang Baru saja ia tabrak, sama sekali tak bergeming, hanya menampilkan wajah datar, menatap Maira. Membuat Maira merasa gugup dan canggung, karena berfikir orang yang di depannya marah. Di tengah rasa gugup Maira, tiba-tiba seseorang menarik ujung bajunya.
"Aunty cantik, Aunty cantik," panggil seorang anak usia 5 tahun
Maira mengalihkan pandangannya. "He. Oh ... hei, boy," ujar Maira terlihat sangat terkejut dan senang saat melihat anak kecil itu.
"Aunty cantik, ada di sini juga?" tanya anak kecil itu.
Maira tersenyum dan mengangkat tangannya menyentuh kepala anak itu. "Iya, Aunty lagi belanja. Kamu kesini ngapain, boy?" ujarnya lembut.
Anak kecil itu tersenyum. "Aku lagi beli susu buat aku bawa ke sekolah, Aunty," ujarnya girang memperlihatkan susu yang di pegangannya.
"Oiya?"
"Iya," ujar anak kecil itu mengangukkan kepalanya seneng.
"Huem, Lalu kamu sama siapa ke sini?, Tidak sendiri lagi kan?" tanya Maira, pasalnya saat pertama kali ketemu, anak itu tersesat karena berjalan sendirian.
Anak itu terlihat cengesan memperlihatkan gigi susu putih miliknya. "Hehehe, tidak kok Aunty, Lian, sama Uncle."
"Oiya ?, Lalu di mana Uncle-nya?" tanya Maira lagi.
"Ini," ujar anak kecil yang bernama Rian, menunjuk pria yang tadi di tabrak Maira.
"Oh, ini," ujar Maira sedikit terkejut tapi segera ia mengembalikan ekspresinya dan tersenyum canggung pada Uncle Rian.
"Iya. Gantengkan Uncel aku, Aunty. Uncle aku ini banyak cewek cantik yang mau jadi pacal Uncle," ujar Rian semangat memperkenalkan Unclenya pada Maira.
Maira tersenyum dan mengusap kepala Rian. "Really?"
Rian mengangukkan kepalanya dengan cepat. "Iya, tapi Uncle-nya tidak mau. Aku juga tidak mau," ujar Rian dengan ekspresi tak sukanya, namun sangat lucu dan gemesin.
"Loh, kenapa?"
"Kalena meleka, cuka pakek baju tidak cukup bahannya," ujar Rian dengan nada tak suka.
Maira tersenyum, dan mencubit gemes pipi Rian. "Tidak boleh ngomong seperti itu," ujar Maira lembut.
"Kenapa?" tanya Rian.
"Karena, itu namanya menghina orang lain, dan itu tidak baik," ujar Maira memberitahukan dengan sangat lembut.
Rian, memanyungkan bibirnya. "Baiklah, Aunty, Lian, janji tidak bilang sepelti itu lagi," ujarnya lalu kembali tersenyum.
Maira kembali mencubit pipi Rian dengan gemes. "Good, Boy."
Rian terkeke abis mendapat pujian dari Maira. "Hehehe."
"Maaf, Nya, Tuan sudah menelpon, katanya Anda harus pulang," ujar Pak Tono kembali masuk karena Nyonyanya tidak kunjung keluar, dan Arhand juga sudah menelponnya dan memerintahlannya untuk membawa Maira pulang segera.
"Huem, Biaklah," jawab Maira.
Maira kembali membungkuk mensejajarkan tubuhnya pada Rian. "Rian, Aunty, pulang dulu yah ... Rian belajar yang rajin di sekolah yah, jangan nakal, ok," ujar Miara lembut, dengan mengusap rambut Rian.
Rian mengangukkan kepalanya dengan semangat. "Siap, Aunty."
Maira terkekeh melihat tingkah gemesin Rian. Maira bangkit berdiri memperbaiki posisinya, lalu dia menatap Uncle Rian, lalu tersenyum. "Permisi, Tuan," ujarnya sembari membungkukkan badannya sedikit.
"Mari, Nya," ujar Pak Tono, mempersilahkan Nyonyanya berjalan lebih dulu.
"Huem," ujar Maira berlalu pergi.
"Bay, Aunty," teriak Rian.
Maira berbalik dan tersenyum, membalas lambaian tangan Rian. "Bay, Rian."
Rian menarik ujung jas Unclenya yang terus menatap punggung Maira. "Uncle, Aunty Cantik, cantik kan?" tanyanya tersenyum.
"Rian, sudah selesai belanjanya?, kalau sudah selesai ayo kita pergi, Rian sudah terlambat, Uncle juga sudah terlambat datang ke kantor," ujarnya mengalihkan pembahasan keponakannya.
Rian mengangukkan kepalanya. "Sudah Uncle."
"Yah sudah, ayo kita bayar dulu," ujarnya mengambil belanjaan Rian untuk di bawa ke kasir.
"Iya," ujar Rian, mengikuti Uncle-nya.
......................
"Maid," panggil Maira.
" Iya, Nyonya," sahut Maid, menoleh ke arah Nyonyanya.
"Maid simpan di mana yang itu," bisik Maira.
"Nyonya, tenang saja, Maid sudah menyembunyikannya di tumpukan belanjaan," ujar Maid, juga dengan berbisik.
"Huem. Terima kasih, Maid. Maid selalu mengerti aku," ujar Maira tersenyum manis.
"Iya, Nya, sama-sama."
......................
"Ngapain Papa datang kemari sih, bukankah di US jauh lebih baik, Papa juga bukannya sangat menyukai suasana di sana," ujar Arhand pada sang Papa.
"Tanyakan pada Mamamu," ujar Tuan Antonio Blancodingin, ciri khas darinya.
"Salah sendiri kenapa tidak membuat Mama mengendong cucu," sargas Nyonya Arsy Blanco.
"Ayolah, Mam. Mama tau sendirikan itu tidak mungkin," ujar Arhand menatap Mama-nya melalui Rear vision mirror.
"Kenapa tidak mungkin, ha," sargas Nya Arsy lagi.
Tuan Blanco yang merasa akan terjadi perdebatan antara putra dan ibu, langsung ngangkat bicara. "Sudah cukup!. Kalian jika ingin bertengkar, nanti setelah sampai di rumah. Jangan bertengkar di dalam mobil," ujarnya dengan dingin dan datar, tak terbantahkan.
"Anak, Papa tuh," ujar Nya Arsy pelang, karena tak ingin di salahkan.
"Ma," ujar Tuan Blanco melirik istrinya.
"Iya, iya," ujar Nya, Arsy ikut terdiam.
...#continue .......
...Jangan lupa Vote, sebagai dukungan buat Author. Biar Author semakin semangat up-nya....
...See you, the next episode...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
crazy up Thor
kepo nih sama qesya