NovelToon NovelToon
Cinta Sang Jurnalis

Cinta Sang Jurnalis

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Contest / Romansa Modern / Pernikahan Kilat / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.6
Nama Author: NL choi

Gadis cantik bernama Kirei Fitriya Tsabita berprofesi sebagai jurnalis di sebuah media televisi swasta.

Cita-citanya lahir lewat tangan ayahnya yang juga seorang wartawan senior. Ayah baginya idola, cinta pertama dan kiblatnya. Hingga peristiwa yang menyebabkan ayahnya meninggal ia membulatkan tekad melanjutkan cita-citanya. Sebuah cita-cita sederhana berkat kekaguman seorang anak terhadap ayahnya.

Ternyata cita-cita sederhana itu membuatnya kalang kabut saat ia ditunjuk menjadi jurnalis lapangan divisi news program menggantikan rekannya yang resign. Meliput kejadian di luar dugaan program 'Telusur Peristiwa' dan harus menghadapi atasan yang ia juluki makhluk aneh dan sok menyebalkan.

Belum lagi harus berhubungan dengan Wadir Reskrimsus terkait beberapa kasus liputannya. Yang mana mengantarkannya pada 'pernikahan' yang tak disangka-sangka.

Apakah 'pernikahan' itu mampu menghadirkan cinta?
Setelah kenyataan di depan mata, orang-orang terkasihnya ternyata terkait dengan kejadian kematian ayahnya.

Follow ig : enel_choi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NL choi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Wrongly

...19. Wrongly...

 

Kirei

Hujan terus mengguyur bumi dengan lebatnya. Hingga mengakibatkan jarak pandang tak kurang dari tiga meter. Mobil berjalan dengan kecepatan di bawah rata-rata, apa lagi kondisi jalan yang berlubang di sana sini.

Musim penghujan yang akan berganti musim kemarau atau yang biasa disebut pancaroba memang tak dapat diprediksi. Pagi hingga sore tadi cuaca masih bersahabat meski terik menyengat. Namun menjelang malam, hujan jatuh begitu derasnya disertai gemuruh dan petir menyambar.

Membuat gadis berambut sebahu itu acap kali menjengit lalu refleks menutup telinganya dengan tangan setiap kali guntur menggelegar.

“Kamu takut?” tanya Danang meski tak menoleh padanya, tapi bisa melihat raut kecemasan di wajahnya. Ia harus berkonsentrasi penuh mengemudi sebab jarak pandang akibat hujan membuatnya harus berhati-hati.

“Sedikit,” ia melipat kedua tangannya di dada demi menghalau udara dingin dari AC yang membuat bulu halusnya meremang.

Sialnya ia lupa membawa jaket. Padahal setiap liputan benda itu selalu masuk daftar penting yang harus dibawa.

Oh my god. Pekiknya dalam hati.

Tiba-tiba mobil berhenti. Dengan gerakan cepat, Danang sudah mengangsurkan sebuah jaket padanya.

“Dari pada kamu masuk angin.” Tandas Danang, lalu melajukan kembali mobil menembus hujan.

Ia memakai jaket itu, seketika aroma woody maskulin menyeruak menusuk hidungnya. Tapi begitu membuatnya nyaman dan hangat.

Dua jam perjalanan mereka telah lalui. Waktu sudah sangat larut bahkan sudah berganti hari sebab pukul 00.30 WIB.

Semesta benar-benar tak berpihak pada mereka. Hujan justru tambah deras, bahkan genangan air di mana-mana yang membuat Danang semakin mengurangi kecepatan mobilnya.

“Apa sebaiknya kita berhenti saja dulu, Pak?” usulnya melihat kondisi di luar gelap, meski lampu penerangan jalan menyala namun sedikit sekali membantu.

“Bapak juga terlihat lelah dan mengantuk ” ia menoleh pada laki-laki yang duduk di sebelahnya. Beberapa kali tertangkap mata, menguap.

“Kita cari penginapan ” imbuhnya.

“Di daerah perbatasan seperti ini gak ada penginapan.” Tukas Danang meyakinkan.

“Masa sih?” ujarnya tak percaya, “penginapan melati pun jadi. Yang penting bisa istirahat sebentar saja,” pikirnya pendek tanpa memperhitungkan efek yang akan ditimbulkan ke depannya.

Benar saja, sepertinya keinginan gadis itu terkabulkan. Terlihat di depan ada papan neon box bertuliskan ‘Homestay Melati’.

“Pak kita ke situ aja,” tunjuknya pada papan neon box yang menggantung di pintu masuk penginapan.

“Kamu yakin?” laki-laki itu menoleh sebentar padanya.

Ia bergumam, “Hemm ....”

Mobil masuk ke area parkir penginapan. Di sana berjejer mobil box dan mobil-mobil pickup yang membawa barang tertutup terpal. Bahkan mobil sedan Danang yang paling mencolok sendiri.

Ia sedikit ragu.

Dalam kegamangan.

Dengan berlarian kecil, mereka menuju meja resepsionis.

“Masih ada kamar?” tanya Danang pada resepsionis seorang wanita tambun yang sudah berumur. Terlihat kerutan di wajahnya, meski dipoles tebal dengan makeup. Wanita itu beberapa kali menghisap rokok yang ada di sela jari tangan kiri, lalu menyemburkan asapnya ke udara tak acuh.

Kecemasan menyelimutinya.

“Sisa satu kamar,” jawab wanita itu sengak.

Wanita itu memicingkan matanya, lalu berucap, “Bisa untuk tidur berdua,” lagi-lagi menyemburkan asap rokok tepat di depan wajah Danang. Sontak ia menepis dengan tangannya.

Ia tercenung.

Tapi dengan cepat Danang membayar dengan sejumlah uang lalu mengisi buku tamu.

Mereka pun diantar ke kamar yang berada paling ujung.

Saat pintu kamar sudah dibuka, wanita itu lekas meninggalkan mereka.

Satu ranjang single ukuran nomor 3. Satu buah sofa single beserta meja kecil. Dan kamar mandi kecil yang berisi ember dan gayung,  serta kloset jongkok.

“Pak!” serunya yang masih berdiri di ambang pintu.

Ia mulai diselimuti keraguan. Tidak mungkin mereka akan tidur berdua di kamar ini, kan?

“Masuklah, aku akan tidur di mobil.” Ucap Danang seraya mengambil kunci pintu yang masih mengantung di luar. Lalu diserahkan padanya.

“Jangan lupa kunci dari dalam,” pesan laki-laki itulalu berlalu meninggalkannya yang masih terpaku.

Ia mendesahkan napas, ternyata dugaannya salah.

Suara jarum jam dinding berdetak lebih keras memenuhi kamar. Ditambah dengan suara cecak yang sepertinya mengejek dirinya yang belum bisa terpejam.

Ia justru semakin kesulitan untuk tidur.

Padahal jelas tubuhnya lelah.

Matanya berat.

Bukan ... bukan ia takut sendirian. Gadis itu sudah terbiasa mandiri. Tapi....

Tap.

Mendadak lampu mati dan gelap gulita. Ini yang ia takutkan sedari tadi. Selama hidupnya ia takut kegelapan. Paling tidak jika tidur harus ada lampu tidur yang masih menyala.

Jantungnya berdebar kian hebat, bahkan ia sendiri bisa merasakannya.

Tangannya berusaha menggapai apa saja di dekatnya. Berusaha mencari ponsel yang ia simpan di bawah bantal.

Tapi nahas, setelah beberapa kali mencoba menghidupkan ponsel, benda itu tetap tak mau menyala. Habis daya.

Tak berselang lama suara ketukan pintu dari luar terdengar. Ia segera melangkah menuju pintu, namun ia ragu sebab tak yakin siapa yang mengetuknya.

Hingga terdengar suara yang tak asing memanggil namanya.

Saat pintu terbuka, Danang berdiri tegak dengan senter ponsel yang menyala di tangannya.

“Sepertinya, PLN rusak. Mungkin sampai pagi akan mati.” Ucap Danang dengan melangkah masuk ke dalam kamar dan meletakkan ponselnya di atas meja kecil.

Lalu laki-laki itu melangkahkan kaki hendak keluar kamar.

“Pak ....” Panggilnya ragu.

Seketika laki-laki itu menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapnya.

“Sa-saya ....” Menelan ludahnya kasar lalu menggigit bibir dalamnya.

Danang yang berdiri terpaku masih menunggunya, menajamkan pendengaran dan matanya.

“Bisa ... bisa temani saya di sini,” kalimat itu meluncur dari mulutnya meski ia susah payah mengucapkannya. Antara malu dan takut.

“Tapi, kalo gak bisa ... it’s okay,” lanjutnya cepat masih merasa gengsi jika harus mengakui bahwa ia ketakutan.

“Oke,” tandas Danang seraya menutup pintu lalu melangkah menuju sofa dan mengenyakkan dirinya di kursi tersebut.

 

***

Danang

Ia terbangun saat suara gemuruh menggelegar disertai suara ledakan. Seketika lampu PLN padam. Suasana gelap gulita. Meski hujan tak sederas beberapa saat lalu.

Segera ia beranjak menuju resepsionis dibantu penerangan dari lampu senter ponselnya berniat untuk meminta lampu emergency atau lilin penerangan. Tapi nihil. Meja resepsionis kosong. Wanita tambun tadi tidak terlihat batang hidungnya.

Dengan langkah cepat ia menuju kamar paling ujung. Benar saja, saat gadis itu membuka pintu kamar. Wajahnya tampak pucat, dan sepertinya ia ketakutan.

Ia tak tega meninggalkan gadis itu.

Meskipun ia tahu, banyak spekulasi yang akan muncul jika saja ada patroli kamtibmas (keamanan, ketertiban masyarakat) yang memergokinya. Ini salah. Jelas salah!

Tapi pikiran itu ia enyahkan jauh-jauh. Kenyamanan gadis kecilnya lebih dari segalanya.

“Kirei Fitriya Tsabita,” ucapnya dalam hati.

Gadis yang sudah duduk bersila di ranjang itu seketika mendongak menatapnya.

“Bapak, belum tidur?” tanya Kirei.

“Terbangun karena ada ledakan, setelah itu PLN padam. Mungkin ada trafo yang terbakar.”

“Tidurlah ....”

Kirei merebahkan tubuhnya membelakanginya. Menghadap tembok dengan cat yang sudah pudar.

Selimut yang tadi sebatas pinggangnya, ia tarik hingga ke leher.

Gadis itu sepertinya tak nyaman. Terbukti ia terus bergerak tak keruan.

Tapi justru dirinya tak bisa memejamkan mata. Sekamar dengan seorang gadis tanpa ikatan. Dalam keremangan. Semua dipertaruhkan. Dan....

Beberapa menit berlalu....

Hujan sepertinya sudah mereda. Ia masih terjaga. Gadis yang tidur di ranjang juga telah lelap karena sudah tidak ada lagi pergerakan.

Hingga ia putuskan untuk keluar kamar dan kembali beristirahat di mobil.

Namun ia terkejut bukan main, saat pintu terbuka beberapa orang sudah berdiri menatapnya penuh tanda tanya.

-

-

Terima kasih yang sudah mampir, membaca dan memberi dukungan....🙏

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1
Vie ardila
Luar biasa
chika aprilia zubaidah
kata2 i don't care, jd inget mama nya raymond chin😁
Anjas Badat
baca yang ke 2 kalinya ..
Nafisa nur Aulia
Kecewa
Nafisa nur Aulia
Buruk
🌻nof🌻
bab 15 ini 😭😭😭😭
🌻nof🌻
pityan deh you🤣
🌻nof🌻
anaknya kayak gimana ya?🤣🤣🤣
Ida Ayu Utami
Luar biasa
Ei_AldeguerGhazali
Beneran sih baca novel ini bikin betah, banyak ilmu yg di dapat, banyak hikmah yg bisa dipelajari. Hidup memang harus legowo. Makasi kak author semoga bisa berkarya terus dan makin sukses. Salam dr warga semarang 🥰
Ei_AldeguerGhazali
Ada yg datang dan pasti ada yg pergi, Rip bappu dan nenne
Ei_AldeguerGhazali
Horee yg dinanti datang juga🥰
Ei_AldeguerGhazali
Baru kali ini tertarik bgt baca cerita tentang jurnalis, dan pas bgt ada berita kecelakan jurnalis, kameramen & kru tvone yg kecelakaan di tol pemalang hari ini, langsung tbtb keinget novel ini. Nyesek bgt ternyata jadi jurnalis dan kameramen ngga semudah yg dikira orang”. Berdoa semoga korban meninggal di terima disisiNYA 🙏🏻
Ei_AldeguerGhazali
Ampun dah pesona kirei, aldi aja belum selesai move on nya ini udah ada lg ganjar wkwk 🤣
Ei_AldeguerGhazali
Seru bgt punya kakak kyk ken 😍
Ei_AldeguerGhazali
Pengangguran borjuis beneran mah ini sih rei 🤣
Ei_AldeguerGhazali
Ngakak bgt lihat tingkah ken setelah dpt warisan 🤣
Ei_AldeguerGhazali
Mas ken mah ngga nolak 😁
Ei_AldeguerGhazali
Wkwk dpt warisan ya ken🤣
Ei_AldeguerGhazali
Jadi inget mama niar sm papa setyo🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!