Semesta Animers yang damai, dikelola oleh lima kerajaan berdaulat yang dipimpin oleh sahabat karib, kini terancam oleh serangkaian insiden sepele di perbatasan yang memicu krisis sosial. Para pemimpin harus bertemu dalam pertemuan puncak penuh ketegangan untuk menyelesaikan konflik politik dan membuktikan apakah ikatan persahabatan mereka masih cukup kuat untuk menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Goddess of Mother
Tepat setelah suara lembut itu membekukan energi Kegelapan Lizani, aura putih yang dingin dan menenangkan mulai mengisi ruangan Istana Iblis. Di tengah-tengah langit-langit, yang kini tampak retak oleh cahaya, sosok itu akhirnya menampakkan diri.
Ia adalah seorang wanita dengan rambut panjang seputih salju, mengenakan jubah putih bersih yang tampak ditenun dari bintang. Wajahnya memancarkan kelembutan yang dalam, namun auranya begitu dingin dan agung, tak tertandingi oleh siapa pun di ruangan itu.
Wanita itu adalah Fujin Shirayuki, Goddess of Mother, sang Pemelihara Bumi.
Lizani Ishtar menatap pemimpin para Dewa itu dengan mata melebar, menunjukkan keterkejutan dan kemarahan.
"Fujin! Bagaimana bisa!" desis Lizani, suaranya dipenuhi rasa tidak percaya. "Bagaimana kau tahu aku akan mengaktifkan Gerbang ini sekarang?"
Tatapan Fujin Shirayuki tertuju pada Lizani. Matanya yang berwarna merah muda lembut memancarkan hawa dingin, dan ia berbicara dengan suara yang tetap tenang namun memiliki otoritas kosmik.
"Aku tahu, Lizani," jawab Fujin. "Aku tahu karena Phreyna memberitahuku tentang ambisimu dan niatmu yang melampaui batas."
Fujin memandang dingin Lizani, lalu ke Gerbang Kegelapan yang diam membeku. "Ini sudah kelewatan, Lizani. Usaha untuk menghancurkan Keseimbangan dan memaksa Semesta ke dalam anarki total, melanggar Hukum Dasar Bahamut. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya."
Di bawah, Araya dan Nina Yamada hanya bisa terdiam, pedang mereka tertahan di sisi tubuh mereka. Kekuatan yang terpancar dari Fujin begitu besar hingga membuat mereka, yang baru saja mencuri Katana Raja Iblis, merasa tidak berarti.
Araya menatap dingin pada sosok agung itu, pikirannya mengembara. Ia mengingat Legenda kuno yang pernah ia baca di perpustakaan terlarang.
"Fujin Shirayuki... dialah pemimpin sejati dari para Dewa Dewi, yang ditunjuk langsung oleh Sang Pencipta Agung, Bahamut."
Araya menyadari, mereka kini tidak hanya berada di tengah pertarungan melawan Iblis dan Dewi Kegelapan, tetapi juga di tengah konflik para Dewa yang menguasai takdir Semesta Animers.
Lizani Ishtar, yang tadinya dipenuhi amarah, segera mengubah ekspresinya. Ia memaksakan senyum ramah, mencoba mengabaikan aura dingin yang terpancar dari Fujin Shirayuki.
"Oh, Fujin," kata Lizani dengan nada yang dibuat-buat ringan, menurunkan sedikit tongkatnya. "Kau selalu melebih-lebihkan. Tentu saja aku tidak serius. Aku hanya sedikit... bosan. Kau tahu, aku hanyalah Dewi Kegelapan. Tugasku adalah menciptakan sedikit kekacauan, bukan? Aku hanya ingin melihat batas-batas chaos."
Lizani tertawa kecil, tawa yang terdengar sangat dipaksakan di hadapan Fujin. "Aku tidak benar-benar bermaksud menghancurkan Semesta Animers. Itu terlalu banyak pekerjaan! Aku hanya ingin menggoda dua gadis pencuri ini dan melihat seberapa jauh mereka bisa bertahan. Ritual itu tadi? Itu hanyalah teatrikal, aku bersumpah."
Ia mencoba menampilkan dirinya kembali sebagai Dewi yang nakal, bukan sebagai ancaman kosmik. Namun, di dalam hati, ia tahu bahwa kebohongan itu tidak akan mempan di hadapan pemimpin para Dewa. Araya dan Nina hanya menyimak, tahu sandiwara Lizani itu sia-sia.
Fujin Shirayuki tidak bereaksi terhadap tawa paksa maupun penjelasan Lizani. Ia hanya memandang dingin Dewi Kegelapan itu, matanya yang lembut kini seolah melihat menembus kebohongan.
Aura di sekitar ruangan menjadi sangat dingin. Dinginnya bukan seperti salju, melainkan dinginnya ruang hampa—tenang, menusuk, dan tak tertahankan. Bahkan energi gelap dari Gate of Darkness tampak sedikit mengerut di bawah tekanan aura Fujin.
Lizani terus mengoceh tentang 'teatrikal' dan 'kebosanan', tetapi saat ia merasakan suhu di ruangan itu turun drastis, senyum di wajahnya mulai memudar. Ia tahu sandiwaranya gagal. Keheningan dingin dari Pemimpin para Dewa itu jauh lebih mengancam daripada serangan langsung.
Araya dan Nina, meskipun merasakan aura dingin itu, tetap tegak. Mereka menunggu putusan dari sosok yang mengendalikan takdir Semesta Animers.
Fujin Shirayuki tidak memberikan satu pun respons verbal kepada Lizani. Setelah hening sejenak, ia sepenuhnya mengabaikan Dewi Kegelapan itu, memutar tubuhnya yang berbalut jubah putih elegan untuk menghadap langsung ke Gate of Darkness yang membeku.
Dengan aura dingin yang mengendalikan ruang, Fujin berbicara kepada pusaran energi gelap itu dengan suara lembut dan berwibawa.
"Gerbang Kegelapan," panggil Fujin. "Aku tahu kau tunduk pada Hukum Keseimbangan. Kau tidak akan terbuka melebihi batas ini tanpa paksaan. Katakan padaku," lanjutnya, nadanya menuntut kebenaran, "Apa yang telah Lizani lakukan padamu?"
Gate of Darkness bergetar pelan. Suara seramnya yang tadi dibekukan kini terdengar seperti rengekan lemah di dalam pikiran semua orang di ruangan itu, mencoba menahan diri, takut akan pembalasan Lizani.
Fujin merasakan ketakutan entitas itu. Ia menghela napas, dan aura putihnya memancarkan kehangatan sesaat, menembus lapisan dingin.
"Jangan takut, Gerbang," ujar Fujin, suaranya kini dipenuhi janji seorang Pemelihara. "Aku adalah yang ditunjuk oleh Bahamut. Di hadapanku, kebohongan tidak ada tempat. Bicaralah. Aku akan memulihkanmu."
Mendengar nama Bahamut dan janji dari Pemimpin Dewa, perlawanan Gate of Darkness hancur.
Setelah diyakinkan oleh otoritas dan janji Fujin, perlawanan Gate of Darkness runtuh. Pusaran energi gelap itu mulai bergetar hebat, dan suara seram yang tadinya dibekukan kini terdengar seperti keluhan yang sangat panjang, tumpang tindih, dan penuh kelegaan, seperti seorang anak yang akhirnya berani mengadu setelah lama diintimidasi.
Gate of Darkness (GD):
(Suara yang bernada rengekan, mengeluhkan rasa sakit dan paksaan) "...Dia memaksaku, Ibu Fujin! Dia datang ke sini dan mencolokku dengan sihirnya yang dingin! Dia bilang aku terlalu lambat! Aku sudah bilang padanya batasan alaminya, tapi dia tidak mau dengar!"
GD bergetar semakin hebat, memancarkan gelombang energi yang menunjukkan penderitaan. "Dia memaksa tuasnya berputar terlalu jauh! Dia bilang dia ingin 'menguji daya tahan' dan 'mempercepat proses'. Dia tidak membiarkanku beristirahat! Dia tidak menghormati Keseimbangan!"
"Dia ingin aku memuntahkan lebih banyak Iblis daripada yang bisa ditanggung oleh dimensi fana! Dia bilang aku harus melupakan aturanku sendiri! Dia membuatku sakit, Ibu Fujin!"
Lizani Ishtar mendengarkan pengakuan itu dengan wajah yang kini menunjukkan kemarahan yang tidak tertahankan, kesal karena tipuannya dibongkar oleh entitas yang ia paksa.
Araya dan Nina menatap Lizani dengan tatapan menghakimi. Pengakuan dari Gerbang itu menguatkan kesimpulan mereka: Lizani memang sengaja melanggar hukum kosmik untuk memicu anarki di Semesta Animers.
Setelah mendengarkan pengakuan dramatis dari Gate of Darkness, ruangan kembali sunyi, hanya ada dinginnya aura Fujin.
Araya memecah keheningan itu dengan nada yang sangat tenang, sarkas, dan menantang.
"Nah, Dewi Lizani," ujar Araya, pandangannya yang dingin tertuju pada Lizani. "Semua sandiwara Anda kini terbongkar. Gerbang Anda sudah mengadu. Jadi, apa yang akan Anda lakukan sekarang? Akan menyerang? Dengan Pemimpin Dewa tepat di sebelah Anda, dan senjata andalan Anda sudah kami sita?"
Araya menyunggingkan senyum sinis. "Aku penasaran, serangan 'teatrikal' macam apa yang akan Anda gunakan untuk keluar dari masalah ini?"
Fujin Shirayuki tidak memberikan satu pun kata, baik untuk Araya maupun untuk Lizani. Ia hanya terdiam, mempertahankan tatapan dinginnya pada Lizani, yang wajahnya kini pucat karena kemarahan dan ketidakberdayaan. Namun, sesaat kemudian, Fujin melirik sekilas ke arah Araya dan Nina, seolah mempertimbangkan peran dan keberanian mereka dalam situasi kosmik ini.