Sejak malam pernikahan, Clara Wu telah diracun oleh pamannya—racun yang membuatnya hanya bisa bertahan hidup lewat penawar yang diberikan setiap minggu.
Namun setiap kali penawar itu datang, bersamanya hadir obat perangsang yang memaksa tubuhnya menjerit tanpa kendali.
Tak sanggup menanggung hasrat yang dipaksakan padanya, Clara memilih menyakiti diri sendiri, melukai tangannya agar tetap sadar.
Tiga tahun ia bertahan dalam pernikahan tanpa cinta, hingga akhirnya diceraikan dan memilih mengakhiri hidupnya.
Ketika Adrian Zhou kembali dari luar negeri dan menemukan kebenaran tentang siksaan yang dialami istrinya, hatinya hancur oleh penyesalan.
Apakah Adrian akan mampu mencintai istri yang selama ini ia abaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Perjalanan
"Clara, kau ingin ke mana? Aku akan pergi bersamamu?" tanya Andrian.
"Perusahaan! James sudah beberapa hari tidak masuk kerja. Aku yakin mereka pasti penasaran dan cemas. Aku ingin periksa semua keuangannya dan proyek yang mereka terima. Mulai detik ini aku ingin mengambil posisinya. Demi papaku," jawab Clara.
"Jangan khawatir! Aku tahu perusahaan itu adalah peninggalan papamu. Kane telah mengutus seorang manajer kami untuk menggantikan James Wu untuk sementara. Ada beberapa karyawan yang tidak bisa digunakan. Telah dipecat tanpa toleransi. Mereka semua adalah kaki tangan Jordan dan Jordy," kata Andrian.
"Terima kasih karena sudah banyak membantu. Kali ini kalau kau tidak mengulurkan bantuan, mungkin perusahaan itu sudah menjadi milik dia sepenuhnya," ucap Clara.
"James dan keluarganya memiliki total 10 persen di perusahaan. Sementara sahamku ada 8 persen. Delapan persen ini aku akan serahkan padamu. Dan sekarang kau telah menjadi pemegang saham terbesar dengan 12 persen," kata Andrian.
"Kau tidak menginginkan saham itu?" tanya Clara.
"Dulu aku bekerja sama dengannya karena ada sebabnya. Mereka juga harus memberiku 8 persen agar aku bisa bekerja sama dengan mereka tanpa ragu. Sebenarnya semua itu hanya untuk melindungi perusahaan. Tapi karena kesibukanku di luar negeri, aku tidak begitu memperhatikannya sehingga ada kesalahan yang terjadi. Karyawan yang tidak seharusnya dipertahankan malah bekerja selama dua tahun. Yang jujur dan setia malah dipecat," ungkap Andrian.
"Kenapa kau ingin melindungi perusahaan kami? Saat itu kau baru mengenal James?" tanya Clara.
"Bisnis... harus cari keuntungan juga. Lagi pula aku menanam modal untuk sebuah proyek, tentunya aku ingin lebih," jawab Andrian.
"Benar juga! Kau adalah seorang pengusaha, mana mungkin tidak mengambil keuntungan," ucap Clara.
"Alasan aku menjadi salah satu investor adalah untuk melindungi perusahaan itu demi dirimu. Agar di masa yang akan datang kau masih memiliki bisnis yang bisa kau kelola," batin Andrian.
Malam hari.
Andrian berada di ruang baca, ditemani oleh Kane yang berdiri tegap di dekat rak buku besar berwarna gelap. Cahaya lampu kuning temaram membuat suasana ruangan terasa tenang namun dingin, memantulkan bayangan Andrian yang sedang membaca laporan.
"Perusahaan keluarga Wu, apakah baik-baik saja?" tanya Andrian sambil menutup buku di tangannya.
"Tuan, ada masalah keuangan, sebelumnya Jordy dan Jordan gagal dalam beberapa proyek sehingga perusahaan hampir bangkrut. Mereka benar-benar luar biasa menyembunyikannya dengan baik. Tapi pada akhirnya manager keuangan harus berkata jujur setelah kita paksa," jawab Kane dengan nada serius.
Andrian menghela napas, wajahnya tampak tak puas.
"James Wu dan dua orang putranya sama sekali tidak berguna. Proyek Nanjing berikan saja pada Clara. Setelah dia kembali bekerja, biarkan dia yang memegangnya."
Kane tampak sedikit ragu.
"Tuan, ada berita buruk. Para investor tidak dekat dengan Nyonya. Kalau tiba-tiba saja Nyonya menggantikan posisi James, takutnya ada pembantahan dari mereka. Mereka telah akrab dengan James selama ini. Walau Nyonya adalah putri kandung dari pemilik yang sebenarnya, tapi selama ini perusahaan dikelola oleh James Wu. Jadi sedikit sulit kalau ingin membuat mereka menerimanya."
"Asalkan Clara bisa selesaikan proyek yang dia dapatkan, ini cukup modal untuk membuat mereka menerima kehadirannya," kata Andrian.
"Maksud Anda adalah?" tanya Kane.
"Aku akan hadir saat rapat, dan ajukan permintaanku. Asalkan mereka terima, maka proyek besar Nanjing akan menjadi milik mereka," jawab Andrian.
Kane mengangguk paham.
"Mereka belum mengetahui hubungan Anda dan Nyonya, ini bisa membantu Nyonya mendapatkan posisinya."
"Hubungi manager perusahaan Wu, beritahu mereka aku akan datang untuk membahas masalah proyek," perintah Andrian, suaranya rendah dan tajam.
"Baik, Tuan," jawab Kane segera.
Andrian menambahkan, matanya menatap jauh ke arah jendela.
"Ada lagi, masalah kerugian akibat kegagalan Jordy dan Jordan harus disebarkan. Aku ingin mereka hilang kepercayaan terhadap James Wu dan bisa menerima permintaanku!"
"Segera saya lakukan," jawab Kane tanpa ragu.
***
Sementara itu di lantai dasar, Bibi Shu sedang menemani Clara yang duduk di sofa ruang tamu. Lampu hangat menerangi wajah Clara yang tampak lebih tenang dibanding sebelumnya, meski sisa luka batin masih terlihat jelas di matanya. Bibi Shu duduk di sampingnya, memegang tangan Clara.
"Nona, bibi akan bicarakan dengan Tuan Zhou agar bibi bisa tinggal di sini untuk menjaga Nona," ujar Bibi Shu dengan suara penuh kekhawatiran.
Clara menggeleng pelan, tersenyum lembut.
"Bibi, saat itu bibi bertahan karena butuh biaya untuk anak-anak. Dan sekarang Andrian telah membebaskan bibi dari mereka. Aku juga telah bebas. Bibi, sudah waktunya kembali ke keluarga dan berkumpul bersama mereka. Selama hidup bibi hanya untuk keluarga Wu. Sudah saatnya untuk diri sendiri dan keluarga."
Wajah Bibi Shu langsung memerah menahan haru. "Nona… tapi bibi tidak bisa berpisah denganmu," ujarnya dengan suara bergetar.
Clara menggenggam tangan tua itu lebih erat, mencoba memberi kekuatan.
"Bibi tenang saja, aku akan baik-baik saja dan tidak akan melakukan hal bodoh lagi. Penawar sudah ada dan aku akan membaik. Aku akan bekerja dengan giat dan melupakan masa lalu."
Mata Bibi Shu berkaca-kaca.
"Bibi senang melihat Nona sudah bebas dari Tuan Wu. Mereka sangat kejam sekali. Dan bibi merasa tidak berguna karena tidak bisa membantu Nona."
Clara menatapnya dengan penuh rasa sayang.
"Bibi merawatku dari aku masih kecil hingga dewasa. Bibi yang selalu masak untukku. Kali ini bibi harus memasak untuk keluarga. Aku yakin anak-anak bibi pasti sangat bahagia kalau bibi pulang."
Air mata menetes di pipi keriput Bibi Shu, namun senyum kecil muncul di wajahnya.
"Nona, jaga diri baik-baik. Mengenai Tuan Zhou, beliau sangat perhatian pada Nona. Hanya saja orang sebaik beliau malah harus bertahan hidup dengan kondisi jantungnya yang lemah. Jadi harus lebih banyak istirahat."
Clara menghela napas pelan, menatap ke arah tangga tempat Andrian biasanya muncul.
"Andrian menyelamatkan aku. Aku akan berusaha membalas budinya. Walau kami telah bercerai, tapi kami masih bisa berteman," jawab Clara dengan suara lembut namun tegas.
Clara kembali terbayang pesan masuk yang ia terima sebelumnya.
Ponselnya seolah menjadi lebih berat saat ingatan itu muncul.
Foto Andrian…
Foto yang memperlihatkan suaminya menemui seorang wanita di hotel Paris.
Bayangan itu masih begitu jelas di kepala Clara—tajam seperti pisau yang menusuk ulang ke dalam hatinya.