Seorang gadis desa pergi merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Gadis cantik tersebut adalah Gendhis Lestari dia berusia 19 tahun. Dia memiliki seorang adik tampan bernama Farel yang saat ini masih duduk dikelas 2 SMP. Kedua orang tuanya berkerja serabutan penghasilan tidak menentu. Saat Gendhis mengirimi lamaran kerja di situs online ke beberapa perusahaan besar meskipun bermodal ijazah SMA. Setelah 2 hari kemudian Gendhis mendapat panggilan dari pihak HRD untuk melakukan interview di perusahaan raksasa di Jakarta. Dengan bermodalkan tekat yang kuat Gendhis langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya pak Hasan dan Bu Halimah dan adiknya Farel. Meskipun keluarganya berat melepas putri mereka pergi merantau tapi Gendhis berhasil menyakinkan kedua orang tuanya sehingga izin dari kedua orang tuanya berhasil ia kantongi. Hingga saat ini Gendhis sudah sampai di Jakarta dan sudah menyewa sebuah kamar kos kecil kos kusus untuk perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ersy 07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Bos Baru
Tanpa terasa sudah 1 Minggu Gendhis bekerja sebagai office girl. Saat ini semua karyawan dikumpulkan berjejer rapi termasuk para pekerja bagian kebersihan. Namum mereka berjejer dibagian paling belakang. Didepan mereka berjejer rapi para karyawan bagian staff. Sedangkan ada seseorang belum terlihat sejak tadi yaitu Gendhis. Putri temen Gendhis sejak tadi ia melirik ke arah pintu masuk berharap temannya segera datang. " Gendhis kenapa kamu belum datang juga, apalagi sebentar lagi ada penyambutan kedatangan bos baru. Aku enggak mau kamu terkena hukuman dari Bu Monika" batin Putri yang sejak tadi hatinya ketar ketir kawatir dengan nasib temannya. Dan benar saja tak lama datang sebuah mobil mewah berwarna putih mengkilap berhenti tepat didepan kantor. Keluarlah seorang pemuda tampan yang tak lain asisten pribadi sekaligus supir pribadi seseorang yang ada didalam mobil tersebut. Dan pria tersebut berjalan mengitari mobil dan membukakan pintu untuk seseorang. Dan keluarlah seorang pria tampan rupawan berwajah blesteran tubuh tinggi tegap expresi wajah datar tatapan mata tajam. Ia lalu segera melangkah masuk dan semua karyawan segera menunduk hormat kepada bos baru mereka yang tak lain adalah Kenzo putra pertama Jonathan Alexander. Semua mata tertuju kepada sosok tersebut, tatapan kagum sekaligus terpesona oleh ketampanan seorang Kenzo. Tepat didepan mereka Kenzo berdiri tegap menatap satu persatu para karyawan yang masih menundukkan kepala. "Selamat pagi, perkenalkan nama saya Kenzo dan mulai hari ini saya yang akan menggantikan adik saya Bu Nadia. Ada aturan yang harus kalian patuhi, saya tidak suka dengan karyawan yang datang terlambat atau tidak tepat waktu. Saya tidak akan memberikan toleransi terhadap karyawan yang datang ke kantor terlambat. Saya akan..." belum sempat Kenzo melanjutkan perkataannya tiba tiba Gendhis muncul dari balik pintu depan nafas ngos-ngosan. Semua mata tertuju kepada seorang gadis yang baru saja datang memakai seragam seorang office girl. Kenzo langsung menatap tajam ke arah Gendhis " Wah ternyata ada seseorang yang baru datang, begitu rajin sampai sampai jam kerja sudah dimulai sejak setengah jam lalu dia dengan seenaknya baru tiba dikantor. Sean kamu tau apa yang harus kamu lakukan saat ini" ucap Kenzo dengan suara dingin dengan tatapan tajam melirik kearah Gendhis. "Baik bos, siap laksanakan" jawab Sean patuh. Kenzo langsung pergi meninggalkan tempatnya, ia berjalan masuk kedalam lift menuju ruangan yang mulai hari ini menjadi ruangannya.
Gendhis yang menelan ludahnya yang sejak tadi nyangkut di tenggorokannya. Putri merasa kasihan saat melihat temannya dimarahi oleh bos baru mereka. Sedangkan Hilda tersenyum jahat saat melihat Genghis dimarahi bosnya dan tak lama pasti akan mendapat hukuman dari bos baru mereka. Sean setelah melihat bosnya pergi, ia langsung berjalan mendekati Gendhis yang saat ini sedang menundukkan kepalanya dengan tubuh bergetar ketakutan. " Buk, pak, maafkan anakmu ini yang mungkin saja hari ini terakhir bekerja disini" batin Gendhis takut dipecat. "Siapa nama kamu?" tanya Sean dengan nada sedikit ramah namun expresi wajah datar. "Nama saya Gendhis pak" jawab Gendhis pelan. "Sekarang kamu ikut saya!" perintah Sean langsung pergi berjalan dengan langkah lebar diikuti Gendhis dibelakangnya. Semua karyawan membubarkan barisan dan kembali bekerja. Ada seseorang yang sejak tadi melihat Gendhis dengan expresi datar namun dalam hati ia merasa kasihan. "Semoga kamu tidak dipecat" gumamnya dalam hati.
Gendhis terus mengikuti Sean hingga mereka masuk kedalam lift menuju lantai atas. Perasaan Gendhis saat ini benar benar tidak tenang, Gendhis melirik seseorang yang saat ini berdiri didepannya. Gendhis ragu namun penasaran dengan apa yang akan dilakukan bosnya saat ini. "Pak, boleh saya tanya sesuatu?" ucap Gendhis ragu ragu. Sean tanpa ragu langsung menjawab "Silahkan" jawab Sean. "Apakah saya akan dipecat sama pak bos?" tanya Gendhis pelan. Sean yang mendengar pertanyaan Gendhis tersenyum kecil namun tak terlihat "lucu juga nih orang" gumam Sean dalam hati. Setelah beberapa menit akhirnya lift tiba dilantai 30. Gendhis yang melihat pintu lift terbuka lebar, tiba tiba kakinya terasa kaku sulit untuk dilangkahkan. "Tunggu apa lagi, mari ikuti saya bertemu dengan pak Kenzo. Pak Kenzo paling benci jika harus menunggu terlalu lama" ucap Sean tegas. Genghis semakin gugup jantungnya berdegup kencang. " Ya Allah apakah ini akhirnya dari perjuanganku" gumam Gendhis dalam hati. Tubuhnya terasa terasa panas dingin akibat gugup sejak tadi. Sebenarnya Gendhis telat gara gara bangun kesiangan, kemarin waktu pulang kerja Gendhis kehujanan dijalan. Sampai kosan Gendhis langsung mandi air dingin. Malam harinya tubuh Gendhis menggigil kedinginan, ia demam tinggi namun tidak ada yang merawatnya. Gendhis menangis didalam kosan seorang diri dalam keadaan demam tinggi. Semalam ia tidak bisa tidur karena demam dan baru bisa tidur saat azan subuh. Hingga Gendhis baru terbangun kesiangan, saat melihat jam di ponselnya betapa terkejutnya jam menunjukkan pukul 7 pagi. Walau kepalanya masih terasa pusing berdenyut, Gendhis tetap memaksa pergi bekerja meskipun ia tau ia sudah terlambat masuk kerja. Dan benar saja tepat jam setengah 8, Gendhis baru tiba dikantor dan ada seseorang yang baru ia lihat hari ini.
"Jangan melamun nona, segeralah berjalan aku tidak mau menggendong anda" ucap Sean dengan nada sedikit ketus. " Eh ya pak, maaf" ucap Gendhis gelagapan ketahuan melamun. Segera ia berjalan mengikuti pria didepannya yang tak lain asisten pribadi bosnya. Saat ini mereka berdua sudah tiba didepan pintu berwarna coklat tua tertulis ruangan CEO. Disamping pintu ada meja sekertaris yang saat ini di duduki seorang wanita cantik yang bernama Dini. Sedangkan di sisi kiri ada satu ruangan yang tertulis ruangan asisten CEO. Sean langsung mengetuk pintu ruangan CEO dan terdengar suara bariton dari dalam mempersilahkan mereka masuk. Sean langsung membuka pintu perlahan dan mempersilahkan Gendhis masuk kedalam. Gendhis sedikit ragu saat masuk namun Sean langsung melotot tajam saat melihat Gendhis belum juga melangkah masuk. "Apa perlu saya gendong anda masuk kedalam nona Gendhis?!" ucap Sean dengan suara dingin. " Eh tidak perlu pak, maaf saya akan masuk" jawab Gendhis segera masuk kedalam namun sebelum masuk ia sempat melirik kearah Sean. " Permisi pak bos" ucap Gendhis berjalan pelan dengan langkah sedikit bergetar. Saat ini Gendhis benar benar merasa sangat pusing apalagi tadi ia tidak sempat sarapan apapun. "Duduk!" perintah Kenzo tanpa melihat. Gendhis perlahan mendudukkan b\*k\*ngnya dikursi yang berada di sebrang Kenzo. Saat tau seseorang duduk didepannya barulah Kenzo berhenti mengetik sesuatu di laptopnya. Ia menatap gadis didepannya dengan expresi datar. "Gendhis Lestari benar itu namamu?" tanya Kenzo dengan tatapan mata tidak lepas dari wajah cantik gadis didepannya meskipun saat ini wajah gadis didepannya terlihat pucat. " Wajahnya begitu pucat, apa dia sedang sakit?" gumam Kenzo dalam hati. "Kamu harus tau, saya orangnya sangat perfeksionis dalam hal pekerjaan. Salah satunya saya paling tidak suka dengan karyawan yang datang ke kantor tidak tepat waktu alias telat datang. Sekarang saya beri kamu kesempatan untuk menjelaskan alasan kamu berangkat kerja datang telat" ucap Kenzo menatap lekat wajah Gendhis. Entah mengapa ada perasaan aneh saat melihat wajah pucat gadis didepannya. Entah perasaan kasihan atau perasaan sedikit kagum dengan kegigihan Gendhis meskipun dalam keadaan kurang sehat ia tetap berangkat kerja. "Maaf pak sebelumnya, saya akui saya melanggar aturan kerja. Saya datang telat dan saya siap menerima hukuman apapun asal jangan pecat saya pak. Saya mohon tolong beri saya kesempatan sekali lagi bekerja disini pak. Saya karyawan baru disini, saya kerja baru satu Minggu disini. Kalau anda memecat saya, saya harus mencari perkejaan dimana lagi pak. Saya tulang punggung keluarga saya, saya jauh jauh datang dari kampung datang kesini untuk mencari kerjaan. Saya sangat bersyukur sekali saat perusahaan bapak menerima karyawan yang hanya lulusan SMA seperti saya. Saya mohon jangan pecat saya pak, saya akan melakukan apapun asal itu sesuatu yang bukan hal tidak baik" ucap Gendhis dengan mata berkaca-kaca. Kenzo menghembuskan nafas panjang, ia melirik kearah asistennya. " Kamu yakin dengan apa yang kamu ucapkan barusan, kamu akan melakukan apapun asal kamu tidak dipecat dari kerjaan ini?" tanya Kenzo memastikan. " Iya pak, asal apa yang saya lakukan bukan hal hal yang dapat merugikan saya" jawab Gendhis tegas. "Oke, kamu saya pecat!" ucapan Kenzo bagaikan petir disiang bolong. "Hah...?? maksud bapak saya dipecat dari kerjaan ini?" tanya Gendhis dengan suara bergetar menahan tangisnya. " Iya, kamu saya pecat " jawab Kenzo santai tanpa beban. "Huaaaa ibu bapak, Gendhis dipecat huhuhu..." tangis Gendhis pecah. Kenzo sebenarnya ingin sekali tertawa namun ia tahan. Gendhis langsung duduk kelantai dengan menangkup kan kedua tangannya didada dan tatapan mata sendunya membuat Kenzo sedikit merasa iba. "Pak, saya mohon jangan pecat saya" ucap Gendhis mengiba dengan wajah sedih. "Oke, kamu enggak saya pecat asal kamu menerima hukuman dari saya. Hukumannya adalah selama satu Minggu kamu bersihkan apartemen saya dan masakan saya selama seminggu. Bagaimana Gendhis apa kamu sanggup??" tanya Kenzo dengan expresi wajah datar. Genghis mendengar ucapan bosnya tertegun sejenak dan dengan anggukan pelan ia menjawab " Baik pak, saya terima hukuman saya" jawab Gendhis pasrah dari pada dipecat enggak apa apa ia bekerja dobel waktunya. Ini alamat apartemen saya, mulai hari ini kamu sudah bisa menjalankan hukuman kamu. Setelah pulang kerja langsung datang ke apartemen saya dan sandinya 6xxxxx. Saat saya datang nanti malam apartemen harus sudah beres dan hidangkan makan malam untuk saya, mengerti?!" tekan Kenzo dan Gendhis mengangguk " Mengerti pak bos" jawab Gendhis. "Sekarang keluar lah, lanjutkan pekerjaanmu" perintah Kenzo mengibaskan tangannya. Gendhis langsung keluar setelah berpamitan.