Putri Daniella menyukai Pangeran Felix dan ingin menikah dengannya. Tapi kehadiran sopir pribadinya Erik Sebastian merubah segalanya. Pemuda desa itu diam-diam mencintai putri Daniella sejak kecil. Seiring waktu, terungkap jika Erik adalah putra mahkota yang sesungguhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunnyku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumor Hubungan Putri dan Sopirnya
Flashback ke kemarin sore: Di sudut taman istana, di bawah pohon willow yang daunnya menjuntai, Alecia berbicara pelan dengan Erik, suaranya serius.
"Jujur padaku, selama sebulan terakhir ini, kalian terlihat begitu dekat dan akrab, lebih dari sekedar hubungan sebagai sopir atau pengawal dengan Putri Daniella," katanya, matanya menatap tajam, penuh kekhawatiran.
"Apa maksudmu? Lebih bagaimana?" tanya Erik, suaranya rendah, hatinya was-was.
"Beberapa pekerja perempuan mulai bertanya-tanya saat kamu gendong Tuan Putri Daniella ke kamarnya, lalu ketika Putri pergi bersamamu memancing," kata Alecia, suaranya penuh peringatan.
"Mereka menerka-nerka apa yang terjadi di antara kalian. Apalagi rumor mulai berkembang dari mulut ke mulut. Mereka heran, dengan karakter dan sikap Tuan Putri selama ini, kenapa Putri Daniella membiarkan kamu seperti itu padanya, kalau tidak ada hubungan spesial di antara kamu berdua." cecar Alecia.
"Sebagai sopir sekaligus pengawalnya, apakah menurutmu aku berlebihan? Apa yang kulakukan untuk Putri Daniella itu di luar kewenangan dan tugasku?" tanya Erik, hatinya terasa terpojok.
"Kamu punya perasaan dan suka padanya kan? Aku bisa melihat itu, dari pancaran matamu, saat kamu menggendong Putri hari itu ke kamarnya," kata Alecia, suaranya tegas tapi penuh empati.
"Kamu tahu pasti meski aku menyukai Putri, itu tidak ada artinya. Aku cukup tahu diri dan ingat posisi serta statusku," tegas Erik, hatinya perih, tapi dia berusaha teguh.
"Baguslah. Kamu jangan lupakan itu. Meski kamu sudah jadi temanku. Tapi, dalam hal ini, aku tetap stafnya Putri Daniella. Aku akan melindunginya dari rumor ini supaya tidak bocor keluar," kata Alecia.
"Bayangkan apa yang akan terjadi padanya bila ini sampai ke media, diketahui publik. Aku gak bisa bayangkan. Kasihan banget Putri bila itu terjadi," sebut Alecia, matanya basah khawatir.
"Aku gak akan biarkan itu terjadi. Aku janji," kata Erik, suaranya penuh tekad.
"Meski aku juga sedih bila Putri terus bersama Pangeran Felix. Walaupun itu impian Putri, memiliki kekasih dan menikah dengan Pangeran Felix, tapi Pangeran itu punya wanita lain di hatinya. Cepat atau lambat, suatu hari nanti, itu akan membuat Putri menderita," jelas Alecia.
"Kalaupun hubungan Putri dengan Pangeran Felix kandas, tidak berarti kamu yang harus jadi penggantinya," sebut Alecia, suaranya tajam.
"Aku gak mungkin bisa gantiin Pangeran Felix di hatinya. Jadi kamu tenang saja," kata Erik, hatinya sakit tapi tulus.
"Kamu harus menghindari terlihat dekat dan akrab dengannya di lingkungan istana dan di luar istana. Batasi interaksi berlebihan dengannya," pesan Alecia.
"Maaf bila aku harus ngomong kasar, tolong tahu dirimu siapa. Kamu hanya sopir, dari desa jauh di sana. Kamu bukan keluarga bangsawan, tidak dari keluarga kaya atau terpandang. Hanya anak petani, jadi kamu ingat itu baik-baik. Jangan pernah lupa asal usulmu itu."
"Aku gak mau Putri dipermalukan melalui pemberitaan di media. Aku juga gak mau lihat Putri Daniella dan kamu jadi hujatan, cercaan, dan caci maki publik. Putri dan kamu harus bahagia dengan jalan masing-masing," tambah Alecia, suaranya penuh harap tapi tegas.
Kembali ke masa kini: Di bawah pohon ek, Daniella tiba-tiba berkata, "Nanti aku akan main ke lahan pertanian dan rumahmu. Boleh kan?" suaranya santai, tapi ada rasa ingin tahu di matanya.
"Boleh saja, tapi rumah saya jelek," kata Erik, suaranya rendah, hatinya hangat tapi khawatir, rumor yang dibicarakan Alecia membuatnya takut Daniella terlibat skandal.
"Aku cuma lihat saja. Bukan mau nginap dan tinggal di rumahmu," ketus Daniella, tapi ada senyum kecil di bibirnya, hatinya penasaran ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan Erik.
Saat hendak pulang, Daniella tiba-tiba meminta, "Ayo naik," katanya, menepuk pelana di belakangnya.
"Maaf, Tuan Putri, maksudnya naik ke punggung kuda, duduk di belakang Tuan Putri?" tanya Erik, wajahnya kaget, hatinya berdegup kencang, antara senang dan takut.
"Iya," jawab Daniella singkat, matanya menantang.
"Tapi, lebih baik saya jalan saja," kata Erik, suaranya pelan, teringat peringatan Alecia.
"Kenapa? Takut atau kesal tadi aku marahin kamu?" tanya Daniella, alisnya terangkat, suaranya setengah bercanda tapi penasaran.
"Bukan begitu, gak mungkin saya kesal kepada Tuan Putri karena perkataan tadi. Siapalah saya ini kalau harus ngambek pada seorang putri raja. Saya ini hanya sopir, rakyat jelata," ungkap Erik, suaranya tulus tapi ada nada pilu, hatinya perang antara tugas dan perasaan.
"Ah, gak usah drama dan lebay gitu. Kalau gak mau ya sudah. Aku juga gak mau maksa kamu," kata Daniella, suaranya ketus tapi ada kelembutan di matanya.
"Aku mau kembali ke istana memacu kuda kencang. Kamu itu pengawalku kan? Mau biarin aku pulang sendirian? Gimana kalau terjadi sesuatu padaku?"
"Kalau kamu bersikeras gak mau, terserah saja," tambahnya, memacu Bass pelan, wajahnya pura-pura cuek.
"Tuan Putri benar, saya harus bertanggung jawab melindungi Tuan Putri. Maaf, saya tidak bermaksud mengabaikan tugas saya. Hanya saja..." Erik tak melanjutkan, hatinya berat, rumor di istana membuatnya takut.
"Tidak mungkin aku ngomong semua ini kepada Putri Daniella. Memberitahukan padanya rumor yang beredar di antara para pekerja dan staf istana," batinnya.
Erik menarik napas panjang, akhirnya naik ke pelana, duduk di belakang Daniella, tangannya ragu-ragu memegang pinggang gadis itu untuk keseimbangan.
Hatinya berdegup kencang, senang bisa begitu dekat, tapi takut gossip akan membesar. Daniella memacu Bass, kuda itu melaju kencang, angin menyapu wajah mereka, tawa Daniella bergema, "Pegang erat, jangan jatuh!" serunya, hatinya bebas.
Erik tersenyum kecil, hatinya penuh kebahagiaan meski tahu ini berisiko. Mereka kembali ke istana, kuda melaju di jalan setapak, debu beterbangan.
*******