Maid Pribadi Tuan Muda Anderson

💝.....

💝.....

💝.....

"Ah malam ini kan gak masak! karena tuan, nyonya dan tuan muda akan makan malam di luar, apa aku boleh keluar rumah gak ya? aku ingin sekali ke pasar malam yang ada di belakang Mansion ini, lumayan jauh sih tapi kan lumayan bisa JJS sampai malam buat cuci mata sekalian ingin tau suasana daerah sini, apa aku harus minta izin nyonya, apa ke Bi inah aja ya? ke Bi inah aja dulu deh," monolog Azkia setelah mengetahui tuan dan nyonya nya akan pergi makan malam di luar.

Azkia yann telah membersihkan diri dan berpakaian biasa keluar dari kamar dan berniat untuk menemui Bi Inah, niat nya minta izin keluar mansion, sesampainya di dapur atau lebih tepatnya di tempat istirahat para maid untuk sekedar makan atau berbincang-bincang, tapi Kia tak menemukan Bi Inah, dan tak ada 1 orang pun di sana sekedar untuk menanyakan keberadaan Bi Inah, Kia pun bergegas menyambangi kamar Bi Inah saja.

Tok.. tok.. tok..

"Siapa?"

"Ini Kia Bi!"

"Kia!" Bi Inah terkejut karena gak biasanya maid di sini menyampangi kamarnya.

CEKLEK

"Ada apa Kia?" tanya Bi Inah setelah membuka pintu kamarnya.

"He.. he.. maaf Bi Kia ganggu, anu Bi aku mau minta izin keluar boleh gak?"

"Keluar? keluar kemana Kia?" lagi Bi Inah bertanya.

"A-anu Bi, Kia ingin ke pasar malam yang ada di belakang Mansion ini, boleh gak!" dengan Gugup Kia memberanikan diri meminta izin.

Bi Inah mengerutkan dahinya, "sama siapa ke sana nya? dan kamu tau dari mana ada pasar malam?" lagi Bi Inah bertanya.

"I-itu Bi tadi siang kebetulan saya dengar dari para security gerbang rumah ini saat sedang makan siang katanya ada pasar malam."

"Apa kamu tau tempat nya di mana? dan kamu mau sama siapa ke sana nya?" lagi Bi Inah bertanya dengan keherannannya.

"Emm.. belum tau Bi he.. he.. dan kayanya sendiri Bi!" sahut Kia sambil cengengesan dan garuk kepala yang tak gatal.

"Ya ampun Kia.. kalau tak tau jangan pernah pergi sendiri, kamu kan gak tau seluk beluk kota ini, di sini tuh kota keras Kia, kalau kamu ada apa-apa gimana? emang kamu mau banget ke sana?" lagi Bi Inah bertanya dengan rasa khawatir nya.

"Maaf Bi, Kia cuma ingin hiburan dan ingin tau di luar sana, Kia udah lama kerja di kota ini tapi belum pernah keluar," sahut kia sambil menundukkan kepala dan meremas tangan satu sama lainnya.

"Ya sudah, kalau gitu kamu tunggu di ruang istirahat saja, nanti Bibi yang antar kamu ke pasar malam? kamu gak keberatan kan?" lagi Bi Inah bertanya.

"Wah beneran Bi, terimakasih banyak ya Bi, kalau gitu aku tunggu Bibi di ruang istirahat." air muka Kia berubah jadi bahagia saat Bi Inah mengatakan akan mengantarnya dan langsung memeluk erat Bi Inah.

Kia pun meninggalkan kamar Bi Inah menuju ruang istirahat, dan Bi Inah bersiap-siap.

Sedangkan tuan Darren dan nyonya Andini sudah berangkat dari setengah jam yang lalu.

Tak butuh waktu lama, Bi Inah pun sudah siap, dan langsung menghampiri Kia yang sudah menunggu.

"Kia.. yuk? mau sekarang berangkat nya?"

Kia pun berdiri dari duduknya, "ayo Bi Kia udah gak sabar he.. he.. "

"Ya udah yuk, kita tanya mang Syarif dulu terus kita pinjam motor nya, soalnya kalau jalan kaki lumayan jauh dan akan memakai waktu lama, nanti kita pulang kemalaman."

"Iya Bi, Kia ikut apa kata Bibi saja."

Mereka pun melangkah menuju luar rumah, dan menanyakan tentang keberadaan pasar malam yang Kia maksud.

Setelah mendapat info akurat mereka pun bergegas pergi dan tak lupa meminjam motor mang Syarif.

15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai, itu waktu yang di tempuh pakai motor, kalau jalan kaki bisa memakan waktu 20-25 menit atau bisa lebih.

Kia begitu antusias begitu sampai, saking senang nya Kia sampai melupakan keberadaan Bi Inah.

"Kia... tunggu, jangan tinggalkan Bibi?"

"Eh.. maaf Bi saking senang nya aku melupakan Bibi, "

"Ya ampun ini anak! kamu jangan jauh-jauh dari Bibi ya."

"Iya Bi siap, ayo kita ke sana?" tunjuk Kia dengan semangat.

Bi Inah pun mengikuti Kia kemana pun, dia merasa mengantar anaknya di kampung, bedanya anak Bi Inah masih sekolah menengah pertama, melihat tingkah Kia yang antusiasme tinggi bisa di bilang Kia mungkin bisa di bilang tak pernah main, Bi Inah berpikir sesusah itu kah Kia sampai tak pernah ke pasar malam? pertanyaan itu terlintas saat memikirkan dan melihat tingkah laku Kia.

"Bi ayo kita naik bianglala yuk, aku pingin mencobanya,"

Lamunan Bi Inah berhenti saat Kia memanggilnya dan mengajak menaiki wahana bianglala mini, karena yang asli hanya ada di Dupan.

"Ah iya ayo Kia, apa kamu belum pernah menaikinya?" lagi Bi Inah bertanya seolah ingin tau lebih dalam tentang kehidupan Kia masa kecil.

Sebelum Kia bercerita mereka menaiki bianglala mini itu, setelah membeli tiket lalu naik dan baru Kia bercerita.

"Iya Bi ini pertama kali aku menaikinya, saat di kampung aku sering ke pasar malam tapi hanya main dan melihat Orang-orang menaiki wahana, cuma melihat pun aku senang, tapi sekarang Kia lebih senang karena bisa merasakan naik wahana ini."

"Bi Inah yang mendengar cerita Kia merasa sedih, ternyata sesusah itu kehidupan Kia dan keluarga nya, pantas saja anak ini semangat sekali dalam bekerja." monolog nya di dalam hati.

"Apa kamu mau menaiki semua wahana Kia?"

"Kia sebenarnya mau Bi, tapi waktu kita tak banyak, jadi Kia akan menaiki wahana yang Kia ingin sekali menaikinya."

"Ya sudah lain kali kita kesini lagi kalau ada waktu, terus setelah ini kamu mau naik apa?"

"Kia mau naik kora-kora Bi, Bibi mau ikut naik?"

"Ah kalau yang itu Bibi gak ikut naik ya Kia, karena naik itu berasa jantung mau copot, Bibi pernah naik saat Bibi pulang kampung mengantar anak bibi."

"Ah.. begitu ya Bi! ya sudah tak apa, Kia bisa naik sendiri, apa Bibi tak apa menunggu Kia?"

"Iya Kia tak apa kok, Bibi tunggu saja."

Setelah 3 putaran akhirnya turun dan menuju wahana yang Kia mau, yaitu wahana kota-kora.

"Bibi yakin nunggu aja? apa naik yang lain saja biar Bibi bisa ikut naik?"

"Gak papa Kia, kamu bersenang-senang lah."

"Makasih Bi." Kia merasa dia bersama Ibu nya yang mengantar.

Kia pun naik kora-kora, setelah itu wahana lainnya sampai jam 7 malam mereka pun pulang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...