Kevin terbangun dari komanya ketika seorang iblis merasuki tubuhnya dan melenyapkan jiwanya.
bersikap layaknya iblis yang hendak menghancurkan dunia, namun tidak bisa membunuh satu manusia pun.
Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.
Sanggupkah Ria bertahan dengan kepingan dihatinya? lalu apa sebenarnya motif sang iblis? akankah Kevin bisa hidup kembali dalam raganya yang perlahan hancur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Akhirnya mereka semua pun naik bianglala bersama dengan setiap kapsulnya diisi dua orang, Mita bersama Seli, Raka bersama Roy, dan tepat dibelakang mereka Ria bersama Kevin.
Sementara yang lainnya tengah bersenang-senang Ria dan Aron hanya saling diam, dengan suasana yang selalu canggung jika mereka hanya berdua saja.
Aron pun mengalihkan perhatiannya ke luar jendela yang menampakkan pemandangan pasar malam dari ketinggian seiring berjalannya bianglala yang terus berputar membawa mereka ke puncaknya.
"M… apa lo suka pemandangannya? gue selalu suka naik bianglala, karna gue bisa ngeliat pemandangan jauh dari atas, keliatan kayak kerlip kunang-kunang di malam hari" ucap Ria melihat Aron tengah memperhatikan ke luar, ia juga ikut melihat ke luar jendela dimana Aron melihat.
"Manusia terlihat seperti serangga menurutku" ucap Aron dengan santainya "aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, tapi yang kulihat adalah sekumpulan serangga bodoh yang tengah berdiri di jurang kematian"
"Gitu ya..." Ria memang tidak bisa tahu isi pikiran iblis di depannya sama sekali.
Aron pun menengok ke arah Ria yang tengah menunduk sambil meremas roknya sendiri.
"Walaupun lo keliatan kayak manusia tapi lo tetep iblis yang ingin ngehancurin bumi" ucap Ria yang dengan berat menerima kenyataan pahit itu lagi. Mati-matian Ria menahan agar air matanya tidak tumpah, Ria tidak ingin menangis di depan Aron dan dimaki-maki manusia lemah lagi.
DEGH!!
Saat tiba-tiba Aron merasakan perasaan yang sama lagi, tapi kali ini terasa lebih sakit dari sebelumnya, Aron pun meremas dadanya yang terasa sangat sakit seiring dengan tubuhnya yang melemah.
Melihat hal itu Ria pun terkejut dan mencoba membantunya.
"A Aron, lo kenapa? apanya yang sakit? lo nggak pengin muntah kan?" tanya Ria khawatir dan panik karena Aron yang terus meringis kesakitan.
Semakin Aron memaksakan diri semakin rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya, dan tanpa sadar Aron mendorong Ria agar menjauh darinya, rasanya ia semakin yakin kalau rasa sakit itu sebenarnya berasal dari Ria.
"Bawa aku turun dari sini!" pinta Aron yang sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakitnya.
"AKU BILANG BAWA AKU TURUN DARI SINI!!!" Aron pun membentak dengan keras pada Ria yang hanya diam saja karena bingung dengan apa yang tengah terjadi.
***
Akhirnya mereka berdua pun turun setelah putaran pertama.
"Mba, itu temennya nggak papa kan?" tanya petugas bianglala yang membantu mereka berdua turun tadi.
"Ah… itu… nggak papa kok pak biasa temen saya banyak makan pedes tadi, udah biasa kok" ucap Ria terpaksa berbohong, lagi pula ia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Oh… gitu ya kalo gitu saya permisi dulu ya" petugas itu pun kembali ke tugasnya lagi.
Setelah beberapa putaran mereka pun akhirnya turun dari bianglala.
"Waah… tadi itu seru banget!! lain kali kita naik bareng-bareng lagi ya!" ucap Raka dengan penuh semangat.
"Yah… ngeliat pemandangan dari bianglala emang yang terbaik!" timpal Mita yang tidak kalah senang dengan Raka.
"Heh? Ria lo tadi turun duluan ya, terus Kevin kemana?" tanya Seli melihat Ria yang memang tengah menunggu mereka sendirian.
"Oh iya gue juga liat lo tadi sama Kevin turun duluan, tapi kok lo nggak sama Kevin sih?" ucap Mita yang juga baru menyadarinya.
"Eeh… itu… sebenarnya Kevin…"
"Ah… gue tau, pasti Kevin kumat lagi kan makanya kalian turun duluan. Gue jamin pasti ingatan Kevin bakal balik lagi" ucap Raka memotong. Ria akhirnya tidak bisa berkata-kata lagi jika semuanya masih percaya.
"Ya… hilang ingatan pasti bakalan sembuh kalo ditekan oleh trauma, tapi lo yakin Ri itu si Kevin nggak papa?" tanya Mita melihat sekelilingnya berharap menemukan Kevin.
"Gue harap sih gitu"
***
Sementara itu Aron yang berhasil menemukan kamar mandi umum pun langsung masuk dengan buru-buru tanpa memikirkan pengunjung pasar malam yang juga ada di sana terkejut dengan kedatangan Aron yang tiba-tiba seperti orang mabuk. Tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya Aron langsung memuntahkan semua yang ada di perutnya yang langsung terasa kosong.
Beriringan dengan rasa sakitnya yang berangsur-angsur membaik, Aron menatap pantulan cermin yang menampakkan wajahnya, atau lebih tepatnya wajah orang yang membuatnya jadi seperti ini.
"Kau…" dengan amarah yang memuncak Aron menatap cermin di depannya yang seketika itu retak dan hancur berkeping-keping dengan sendirinya.
"Seharusnya kuhabisi kau waktu itu juga" desisnya penuh amarah.
***
"Hei Ria, lo yakin Kevin nggak papa? dia belum balik-balik loh" ucap Mita yang tengah menikmati bakso bakarnya. Setelah puas naik bianglala mereka memutuskan untuk mencoba semua jajanan yang ada.
"Iya juga, udah lama nggak sih Kevin perginya" timpal Seli sedikit khawatir.
"Benar juga, Aron udah dari tadi ke kamar mandi, seharusnya dia udah balik sekarang ini, apa dia pulang duluan ya? lagi pula setelah kejadian di bianglala itu mana mungkin iblis kayak dia mau balik lagi ke sini" batin Ria.
"Kayaknya gue harus jemput Kevin deh, kalian nikmati aja jajanannya gue nyusul nanti!" ucap Ria yang langsung pergi begitu saja.
"E eh! Ria!" bahkan Mita pun tak sempat bicara dulu dengan Ria, rasanya aneh jika Ria seakan tengah menghindari mereka.
Begitu pula dengan Roy yang sudah menyadarinya dari awal, atau lebih tepatnya sesuatu yang ada di dalam tubuhnya lah yang lebih mengetahui segala hal yang terjadi dulu, sekarang, maupun besok. Tapi baik dirinya maupun yang ada dalam dirinya tidak punya keinginan untuk mencampuri urusan mereka sama sekali.
***
Setelah berkeliling pasar malam untuk mencari Aron yang belum ketemu juga, Ria pun teringat sesuatu.
"Eh, entar, dia kan iblis yang baru datang ke bumi, emang dia tau kamar mandi umum disini?" ucap Ria pada diri sendiri memikirkan bagaimana dan kemana Aron pergi.
"Akh… percuma juga kalo gue cari kalo emang dia udah pulang, keliling tempat ini sepuluh kali juga nggak bakal ketemu, bodoh banget sih gue" ucapnya lagi mengambil kesimpulan yang paling pasti, sambil menepuk jidatnya sendiri menyadari kebodohannya jika hal itu benar-benar terjadi.
Saat tidak sengaja ekor matanya menangkap sosok cowok yang ia kenal tengah bersama seorang cewek.
"Ayo dong Rama… aku mau yang itu…"
"Itu kan… Rama?" dengan jelas Ria melihat Rama tengah bersama cewek yang pastinya adalah Lily, mereka terlihat tengah bermain alat capit dengan senangnya, Lily pun selalu memeluk lengan Rama dengan erat.
Saat terbesit dalam benaknya, entah kenapa ia merasa tidak senang melihat mereka berdua akur seperti itu padahal ia tidak ada hubungannya sama sekali dengan mereka, dan jelas-jelas Lily bilang dia pacarnya Rama. Tapi, entah kenapa terasa sakit di dadanya.
"Gue lagi kenapa sih?!" tidak ingin berlama-lama melihat mereka berdua Ria pun segera pergi dari sana. Tanpa ia sadari Rama yang tengah meladeni Lily tiba-tiba firasatnya menyadari seperti ada seseorang tengah menatapnya dari kejauhan dengan perasaan aneh.
"Rama! kita coba yang disana juga yuk!" pinta Lily langsung menarik tangan Rama dan kemudian membuyarkan fokusnya yang tengah mencari seseorang yang tadi menatapnya dari jauh, tapi saat ia mencari keberadaan pemilik tatapan itu, ia tak menemukan siapapun selain pengunjung pasar malam yang berlalu lalang.
Bersamaan dengan Ria yang segera pergi dan menghilang dari sudut pandang Rama.
***