Iblis Yang Merindukan Cahaya
Terkadang… Dunia ini tak sesederhana yang terlihat. Dimana langit yang berganti siang dan malam, sama seperti dunia ini yang juga punya sisi terang dan gelap, yang saling berdampingan tanpa bertabrakan satu sama lain.
Begitu pula dengan alam semesta… Dengan ratusan planet dan galaksi yang membentang luas memenuhi alam semesta ini. Menyimpan misteri dan teka-teki yang tak pernah bisa dipecahkan oleh umat manusia sejak ribuan tahun lalu. Dimana jauh ribuan cahaya di sana, alam semesta menyembunyikan sebuah kehidupan yang tak pernah terjangkau oleh kehidupan umat manusia.
Tempat dimana misteri alam semesta tersembunyi di dalamnya dengan sangat rapat. Seperti bagian bumi yang terbagi menjadi siang dan malam seperti itulah semesta ini berjalan.
***
Yarialain Slavia Putri, perempuan berusia 17 tahun dengan rambut hitam panjang yang di kuncir kuda dan iris mata coklat terang itu baru saja turun dari angkot yang mengantarkannya sampai rumah sakit, masih dengan seragam sekolahnya, Ria tidak langsung pulang kerumah selepas sekolah.
Ria Pun masuk menuju ruangan yang ada di lantai tiga dengan lift bersama pengunjung lain. Lift Pun berhenti setelah sampai di lantai tiga, pintu lift langsung terbuka memperlihatkan orang-orang yang menunggu giliran turun. Saat tidak sengaja Ria menyenggol seseorang, tapi saat ia berbalik pintu lift sudah tertutup membuat Ria tidak bisa melihat orang itu yang menurutnya aneh memakai jubah panjang di hari yang panas ini.
"Aneh..." gumamnya sendiri, tapi langsung ditepisnya dan mulai melanjutkan perjalanan.
Sampai di depan kamar yang ia tuju Ria tidak langsung masuk saat teringat sesuatu.
"Oh ya kenapa tadi gue nggak bawa buah tangan ya" gumamnya pada diri sendiri.
"Tapi... lagipula nggak mungkin dia makan kan" Ria tertawa miris mengingat kebodohannya yang selalu berharap bisa membawakan buah tangan untuk orang yang ada di dalam sana yang padahal tidak tahu kapan akan bangun.
Sambil membuang nafas kasar Ria mendorong pintu itu dan masuk ke dalam, memperlihatkan ruangan yang cukup luas dan diujung sana terbaring seorang laki-laki yang dikelilingi alat medis.
"Hai Kevin, gue... dateng lagi" sapa Ria sambil tersenyum kecut, Ria meraih tangan laki-laki yang dipanggilnya kevin itu dengan tangan kecilnya.
Hening, hanya ada suara dari monitor yang mengisi keheningan ruangan itu, mati-matian Ria berusaha menahan air matanya yang selalu tumpah setiap kali menjenguk Kevin yang tak kunjung siuman.
"Hei... apa lo nggak capek tidur terus?" tanya Ria dengan lesu, terlihat jelas raut kesedihan di wajahnya itu.
Dua minggu yang lalu Kevin mengalami kecelakaan saat hendak menjemput Ria dari tempat les, dan karena kecelakaan itu membuat Kevin dinyatakan koma sampai sekarang, sementara orang tua Kevin tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka di luar negri Ria lah yang selama ini menemani Kevin selama di rumah sakit. Dan karena Ria dan Kevin sudah berteman sejak kecil membuatnya merasa sangat bersalah dengan keegoisannya.
"Apa lo nggak mau bangun? Apa Lo benci sama gue? Lo tahu, sejak lo masuk rumah sakit gue selalu nangis sendirian tiap kali turun hujan, lo tahu kan gue takut sama petir"
"Dan lo malah gk ada disana" nada suara Ria mulai melemah saat mengatakannya. Mengingat malam-malamnya yang sunyi dan menakutkan saat hujan disertai petir datang.
Sejak kedua orang tua Ria meninggal karena kebakaran rumah saat umurnya 12 tahun Ria hidup sendiri di rumah warisan orang tuanya, dan itu bukan hal yang mudah bagi Ria yang tidak terbiasa hidup sendiri, apalagi ia harus bekerja untuk mendapatkan uang untuk sekolahnya.
Saat itulah sosok Kevin, teman masa kecilnya, satu-satunya orang yang selalu ada untuknya menjadi penyemangat dan alasan hidupnya. Orang yang kini tak lagi menemaninya dan menceramahinya dengan ribuan petuah saat Ria tengah stres dan melakukan hal-hal bodoh.
***
Sementara itu tepat di lantai 2 seorang laki-laki bertubuh gempal tengah berjalan dengan panik sambil beberapa kali menengok kesana kemari.
"Sialan! Tidak bisakah aku mendapatkan tubuh yang lebih baik dari ini? Dia pasti menghabiskan waktunya hanya untuk mengumpulkan semua lemak ini”
Dengan napas tersengal pria bertubuh gempal itu berusaha mencari cara untuk kabur tanpa ketahuan.
"Sudah selesai main kejar-kejarannya?" tiba-tiba seseorang bertanya pada pria gempal itu yang entah sejak kapan ada di belakangnya.
"cih!"
***
BUM!!
Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang cukup keras dari lantai dua membuat alarm keamanan menyala, dan orang-orang mulai panik. Sementara itu Ria yang masih menemani Kevin juga ikut terkejut dan panik saat gedung rumah sakit ikut berguncang oleh ledakan yang cukup besar itu.
BUM!!
Belum selesai guncangan akibat ledakan tadi kini ledakan lain muncul dan langsung merobohkan gedung utara rumah sakit. Para dokter dan perawat pun bergegas memindahkan semua pasien untuk keluar dari rumah sakit.
Berkali-kali Ria memencet tombol darurat tapi tidak ada perawat yang datang, melihat orang-orang diluar sana berlarian keluar, Ria tidak bisa diam saja meninggalkan Kevin.
"Dasar!" umpatnya kesal lalu mengambil kursi roda yang ada di pojok ruangan dan perlahan mengangkat tubuh Kevin yang berat baginya
"Ayolah Kevin... lo berat banget sih... kita harus keluar dari sini" setelah beberapa kali Ria bersusah payah mengangkat tubuh Kevin, akhirnya Ria berhasil mendudukkannya di kursi roda yang kemudian langsung didorongnya keluar.
BUM!!
Ledakan tadi pun kini terdengar lagi membuat tembok gedung mulai retak dan lantai yang bergetar hebat. Sementara itu Ria dan orang-orang yang membawa para pasien dengan kursi roda kini tak bisa melanjutkan perjalanan karena lantai didepan mereka sudah jebol.
"Bagaimana ini?"
"Kita tidak maju lagi sudah tidak ada tangga darurat lagi"
"Mama..."
"Ya tuhan tolong kami"
"Ck" Ria berdecak kesal sambil menggenggam kursi roda Kevin dengan erat membayangkan akhir hidupnya yang sungguh menyedihkan, padahal Ria selalu berharap bisa terus hidup dengan Kevin di dunia yang selalu Kevin kagumi.
Hingga tiba-tiba terdengar suara ribut helikopter yang langsung menurunkan petugas dengan pakaian penyelamat untuk membantu evakuasi.
"Semuanya menjauh dari retakan!" petugas itu memperingatkan sambil mengarahkan orang-orang menuju jalan evakuasi yang sudah dibuat oleh para petugas penyelamat. Namun nahas Ria yang hendak menarik kursi roda Kevin tergelincir membuat lantai di bawahnya hancur.
"Hah! Kevin!!" Ria pun berusaha mati-matian menarik kursi roda itu, tapi petugas malah menarik tangannya untuk menjauh tanpa memperdulikan orang yang sudah terlanjur jatuh ke bawah.
"Tapi temen saya pak!" tanpa mengindahkan permintaan Ria, petugas itu menarik dengan kuat lengan Ria membuat kursi roda itu lepas dari genggamannya.
"KEVIN...!!"
***
Semua orang pun sudah keluar dengan selamat, walaupun ada beberapa yang luka-luka. Sementara gedung rumah sakit sudah benar-benar hancur karena ledakan berkali-kali, pemadam kebakaran pun berusaha memadamkan api di reruntuhan bangunan yang terbakar.
"Pak pak! Tolong temen saya pak! Temen saya masih di dalem sana pak!" dengan panik Ria meminta tolong pada petugas untuk menyelamatkan Kevin yang entah ada di mana.
Tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi di gedung rumah sakit yang sudah terjamin keamanan dan keselamatannya itu, entah teroris, atau kesalahan teknis asal pengeboman itu. Pemadam kebakaran, polisi, sampai wartawan pun sudah memenuhi halaman rumah sakit.
"Pak lapor! Ada satu orang lagi yang baru saja keluar dari reruntuhan gedung" salah seorang petugas polisi mengabari kepala polisi yang terkejut mendengarnya.
"Apa?! Bagaimana bisa ada yang tertinggal?!" belum selesai keterkejutan kepala polisi itu mendapat kabar bahwa masih ada orang didalam sana, tiba-tiba dari balik reruntuhan dan kepulan asap api seseorang keluar dengan pakaian pasien rumah sakit dan langsung jadi pusat perhatian, begitupula dengan Ria yang matanya sudah sembab karena terus menangis.
Semakin dekat orang itu berjalan, semakin jelas wajahnya terlihat dibalik kepulan asap.
"Ce cepat! Amankan dia dan pastikan dia baik-baik saja!" titah kepala polisi itu dengan gagap, baru tersadar dari keterkejutannya. Polisi dan pemadam kebakaran yang mendengar perintah itu pun langsung bergegas mendekati korban, saat tiba-tiba para petugas itu terpental.
"A apa yang terjadi?" para petugas itu pun terkejut dengan apa yang baru saja mereka alami.
"Ke Kevin...?"
Dan betapa terkejutnya Ria saat menyadari kalau orang itu adalah Kevin, seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya Ria langsung berlari menghampiri Kevin dan langsung memeluknya.
"Kevin! Gue seneng banget lo udah sadar gue bener-bener khawatir lo nggak bisa keluar" ujar Ria sambil menangis di pelukan Kevin, saat Ria berharap Kevin akan membalas pelukannya, Kevin justru mendorong bahu Ria cukup keras membuat Ria jatuh ke atas tanah, hal itu pun sontak membuat Ria terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja Kevin lakukan.
Dan saat Ria menatap wajah Kevin dirinya dikejutkan oleh bola mata Kevin yang seharusnya berwarna coklat tua kini berubah menjadi merah terang dan menyala seperti hewan buas yang kelaparan dan siap menerkam siapa saja yang mengusiknya.
"Kevin…? Bukan, siapa lo?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments