NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jm 20

Arga merebahkan tubuhnya di atas kasur yang terasa dingin. Baru saja ia menenangkan ibunya dengan memberikan uang bonus dari kantornya. Emosi Ibu Mega sudah mulai mereda.

Ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja samping kasur. Dalam hati, ia berharap nama “Melati Istriku” muncul di layar, menandakan panggilan atau pesan masuk. Biasanya, paling tidak lima pesan dari Melati selalu menunggunya setiap hari:

“Jangan lupa makan siang.”

“Jangan lupa salat Zuhur.”

“Jangan lupa salat Asar.”

“Jam berapa pulang?”

“Hati-hati di jalan.”

Pesan-pesan itu kini hanya menjadi kenangan. Arga menatap layar ponselnya lama-lama. Baru sekarang ia sadar, selama tiga bulan terakhir hubungannya dengan Melati semakin renggang. Hampir tidak ada satu pun pesan yang ia balas.

Dengan hati gundah, Arga memberanikan diri mengirim pesan:

“Apa kabar?”

Tak lama, centang satu. Arga menunggu. Tak juga berubah jadi dua. Ia mencoba menelepon Melati, tetapi nada sambung tak terdengar.

“Sepertinya dia sudah memblokir nomorku,” gumamnya pelan.

Arga menaruh kembali ponselnya di samping kasur. Namun tak lama kemudian, ponselnya berdering. Ia refleks mengambilnya, berharap Melati yang menelepon. Sayang, harapannya pupus. Nama yang muncul di layar justru Mawar.

Sudah puluhan pesan dari Mawar ia biarkan tak terbaca. Berkali-kali teleponnya pun tak diangkat Arga. Kini ponsel itu terus berbunyi. Karena kesal, akhirnya Arga mengangkatnya.

“Arga, kenapa kamu?!” suara Mawar terdengar marah.

Arga menghela napas panjang.

“Aku baru pulang kerja.”

“Kenapa pesan dan teleponku dari tadi tidak kamu respon?”

“Hari ini aku sibuk sekali. Belum lagi kondisi rumah yang kacau.”

“Itu bukan alasan, Arga. Kamu harus memperhatikan aku. Aku ini calon istri kamu.”

Arga kembali menghela napas panjang. Padahal selama menikah dengan Melati, ia tak pernah mendengar nada menuntut seperti ini.

“Oke,” ucap Arga akhirnya. “Terus aku harus apa?”

“Setidaknya balas dong WA aku.”

“Ya, aku minta maaf.”

“Maaf saja terus. Kalau begini caranya, aku tidak mau memperkenalkan kamu ke keluarga Sukmana!”

Kali ini Arga mulai kesal.

“Jangan mengancam aku.”

“Aku tidak mengancam kamu. Kamu tahu, perusahaan tempat kamu bekerja itu salah satu milik keluarga Sukmana. Aku bisa bilang pada pemiliknya supaya kamu dipecat.”

Arga tak tahan. Ia langsung mematikan ponselnya. Ia menatap langit-langit kamar, dadanya terasa sesak.

“Aku pernah jadi tukang ojek,” gumamnya dalam hati. “Kamu kira aku tidak bisa hidup tanpa kamu?”

Suara ketukan pintu terdengar pelan.

Arga melangkah dengan malas, masih mengenakan kemeja kerja yang belum sempat ia lepas.

Sudah dua tahun seperti ini, tapi baru kali ini ia kehilangan semangat. Biasanya, sepulang kerja Arga langsung mandi dan makan malam—semua sudah disiapkan Melati. Sekarang, tanpa Melati, rumah terasa beku dan hidupnya seperti kehilangan arah.

“Arga,” terdengar suara Ibu Mega dari luar kamar.

Arga berjalan ke pintu, membuka perlahan.

“Ada apa, Bu?” tanyanya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah.

“Indra dan Tika mau bicara,” ucap Ibu Mega.

Arga mengerutkan dahi. Barusani Indra memanggilnya anak sial, sekarang malah mau bicara.

“Untuk apa, Bu?” tanyanya datar.

“Sudahlah, Ga. Sesama saudara jangan terus berantem,” ujar Ibu Mega lembut, mencoba menenangkan.

Arga menarik napas panjang. Dalam hatinya, ia tahu—kalau Indra yang berbuat salah, Ibu akan cepat memaafkan. Tapi kalau dirinya, amarah Ibu bisa bertahan berhari-hari.

“Ya, Bu,” akhirnya jawab Arga pelan, mengikuti ibunya menuju ruang tengah.

Di ruang tengah, Kartika dan Indra sudah duduk di sofa. Suasana hening.

Arga duduk di samping ibunya, hanya terdengar detak jam dinding yang menegaskan ketegangan di antara mereka.

“Arga, semua kekacauan ini gara-gara Melati,” ucap Kartika akhirnya, membuka percakapan bukan dengan permintaan maaf, tapi tuduhan.

Arga mendengus kecil. “Melati sudah tidak ada di sini, kenapa masih disalahkan? Harusnya Mbak Tika yang menggantikan peran Melati di rumah. Mbak juga kan nggak kerja, jadi ya masak, urus rumah...”

“Cukup, Arga. Jangan dilanjutkan,” potong Ibu Mega cepat, khawatir suasana kembali memanas.

Arga terdiam, menarik napas panjang. Ia tahu pola ini: setiap kali Indra yang bersalah, Ibu selalu mencari jalan tengah. Tapi kalau dirinya, Ibu bisa memarahi tanpa ampun.

Akhirnya Indra membuka suara, suaranya agak serak. “Arga, aku minta maaf atas perkataanku tadi.”

Arga menatap kakaknya lama. “Jangan minta maaf sama aku, Mas. Aku memang anak sial, kan?” nada suaranya getir. “Mas Indra harusnya lebih mikirin Ibu daripada Mbak Tika. Mas tahu nggak, betapa repotnya Ibu ngangkat jemuran pas hujan, atau bersihin lantai yang becek karena air masuk dari depan?”

“Cukup, Ga!” seru Ibu Mega dengan suara tegas, menghentikan Arga sebelum emosi meledak lagi.

Arga hanya bisa menghela napas berat. Suasana kembali hening, menyisakan pikiran masing-masing.

Yang terdengar hanya napas dan detak jam dinding yang berdetak teratur—dingin, menusuk, seolah waktu pun enggan bergerak di tengah ketegangan itu.

“ Kami sudah sepakat kalau kamu harus membawa Melati kembali ke rumah,” ucap Ibu Mega tiba-tiba, memecah kesunyian.

Arga terdiam.

Sepakat? Siapa yang membuat kesepakatan itu? Siapa yang memutuskan, dan kenapa hanya mereka bertiga? Kenapa dirinya tidak pernah dilibatkan?

“Aku sudah menceraikan Melati tiga kali, Bu,” ucap Arga akhirnya, nada suaranya menahan getir. “Bagaimana mungkin aku bisa membawanya kembali? Kalau Ibu sangat membutuhkan Melati, kenapa dulu Ibu terus mendorong dia untuk minta cerai? Kenapa Ibu membenci Melati saat dia jadi istriku, tapi sekarang malah menyuruhku membawanya pulang?”

Ibu Mega menarik napas panjang, matanya menatap kosong ke arah meja.

“Arga,” katanya perlahan, “kamu harus bawa Melati ke sini, bagaimanapun caranya. Tapi bukan sebagai istri.”

Ia berhenti sejenak, seolah kata yang akan keluar begitu berat di lidahnya.

“Rumah ini jadi berantakan karena Melati. Ibu yakin, dia main guna-guna supaya kita terus bertengkar.”

Arga hampir saja tertawa, tapi ia tahan.

Lucu rasanya—ibu, Indra, dan Kartika, yang selalu membanggakan diri sebagai orang berpendidikan, sekarang malah mempercayai hal yang tak masuk akal.

“Boleh saja,” ucap Arga akhirnya. Dalam hati, ada sesuatu yang bergetar—rindu yang belum padam, cinta yang belum mati. “Tapi dengan satu syarat.”

Ibu Mega menatapnya tajam, nada tidak senang jelas terdengar di suaranya. Biasanya Arga akan menuruti tanpa banyak bicara, apalagi sampai mengajukan syarat.

“Apa syaratnya?” tanyanya dingin.

“Tolong perlakukan dia dengan baik,” ucap Arga tegas. “Jangan pernah menghina Melati lagi.”

“Jadi kamu menuduh Ibu sudah merendahkan Melati?” suara Ibu Mega meninggi, matanya menatap tajam ke arah Arga.

Arga menarik napas panjang, berusaha menahan emosi.

“Sudahlah, Bu,” katanya pelan tapi mantap. “Kalau Ibu tidak setuju dengan syarat itu, lebih baik aku fokus mengurus Ibu saja. Aku bisa jamin makan dan kebutuhan Ibu tercukupi.”

Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada yang lebih dingin.

“Tapi aku tidak mau menjamin makan Mas Indra dan Mbak Tika. Dan satu hal lagi, Bu…”

Ibu Mega menatap anak keduanya itu dengan pandangan tercampur marah dan terkejut.

“Sebagai orang berpendidikan,” lanjut Arga dengan nada lirih tapi tegas, “jangan mudah percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal. Jangan menuduh tanpa bukti.”

1
partini
ini bisa ujungnya main 🐴🐴 ma kakak iparnya
partini
sehhh langsung aja 100jt ,,jodoh ini
partini
busehhhh kaka ipar nasfu bungtt,,hemmmm bisa kena ini kena jebakan KK ipar obat perangsang biasanya di pakai
Isranjono Jono
mati aja bu jangan lama2 hidup nanti dosanya segunung 😄😄
Isranjono Jono
wanita bodoh kau lapar tapi makanan mu kau kasih mertua sungguh bodoh maaf thor aku jadi setan hari ini🤭
Isranjono Jono
lawan2 kalau aku iparku gak ada yang berani sama aku coba kalau berani aku hancurkan dapur menyala kan aku thor🤭🤭
Desi Belitong
balas jangan bodoh hanya diam ujung2nya nangis
partini
good story
partini
👍👍👍👍👍
santi damayanti
ini harusnya rumah Risma
santi damayanti
ini harusnya rumah risma
SOPYAN KAMALGrab
ini. saya ga ngertii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!