Menikah dengan pria yang membuat hidupnya bagai di Surga membuat Ayu benar-benar bucin dan berjanji untuk tidak akan menikah lagi jika suaminya meninggal dunia duluan atau sebaliknya ia tidak akan membiarkan suaminya menikah lagi jika ia yang meninggal duluan. Namun apa boleh di kata kebahagiaannya tak berlangsung lama, Ayu meninggal setelah melahirkan putri pertamanya. Seperti Janjinya ia pun menjadi arwah penasaran untuk menjaga suaminya dari godaan wanita lain. Namun siapa sangka bayi mungilnya masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu membuat ia harus merelakan suaminya untuk menikah lagi dengan adiknya Hera. Awalnya ia tidak keberatan karena ia tahu benar Hera, pribadinya yang sangat baik bagai malaikat membuatnya mengikhlaskannya hingga ia rela melepaskan suami tercintanya. Namun kehadiran seorang wanita tua di rumahnya membuatnya sadar jika Heralah penyebab kematiannya???, lalu bagaimana kelanjutan hubungan Hera dan suami Ayu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perang Terbuka
Malam itu hujan turun dengan deras nya, petir menyambar-nyambar seolah langit sendiri ingin membongkar rahasia yang selama ini tersembunyi.
Ayu menatap curiga ke arah Hera yang sedang melakukan ritual aneh.
"Apa yang kamu lakukan Hera??"
Hera memalingkan wajahnya. Tatapannya begitu tajam dan menusuk. Ayu mundur beberapa langkah. Ia bisa merasakan jika adiknya itu bisa melihatnya.
"Kamu bisa melihat ku???"
Hera menarik ujung bibirnya seolah mengiyakan ucapannya.
Mardi si hantu gondrong kocak muncul dari pada kemari dengan gayanya yang konyol seperti seorang sutradara film.
"Ada apa besti," ucapnya sambil melirik kearah Hera
Ayu menatap Mardi dengan kaget.
"Sepertinya yang kamu ucapkan itu benar deh, Hera main dukun, lihat saja apa yang dilakukan malam-malam begini??" ucap Ayu dengan wajah penuh curiga
"Gue bilang juga apa, muka antagonis kayak dia tuh emang cocoknya jadi nenek sihir, dia tuh nggak cocok jadi peri ataupun malaikat seperti yang lo bangga-banggain selama ini," sahut Mardi sinis
Ayu menutup mulutnya, ia terlihat begitu shock.
Hera tetap diam memperhatikan keduanya. dia hanya tersenyum saat melihat kemarahan Mardi yang menatapnya penuh kebencian.
Iya tak peduli dengan kehadiran kedua makhluk itu.
Setelah Reina tertidur, Adi masuk kamar. Hera masih duduk di ruang tamu dengan tatapan kosong. Ayu mengintai dari balik pintu, sementara Mardi duduk santai di langit-langit, kakinya menggantung.
Tiba-tiba, Hera mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya—sebuah cincin tua berukir. Hera menggenggam cincin itu kuat-kuat dan berbisik pelan, hampir tak terdengar.
“Tenanglah… sebentar lagi semuanya milik kita.”
Ayu merinding. Kita? Maksudnya siapa?
Hera kemudian menelepon seseorang. Suaranya lembut, penuh rayuan, namun terdengar licik.
“Ya… Adi mulai percaya padaku. Ayu sudah tak ada, tinggal menyingkirkan sedikit halangan. Percayalah, sebentar lagi harta dan anak itu jadi milik kita sepenuhnya.”
Ayu merasa dadanya panas, seolah arwahnya terbakar api cemburu dan marah.
“Jadi bener! Hera yang selama ini aku kira malaikat… ternyata dalang semua ini.”
Mardi mendesah, “Hadeh, plot twist kayak sinetron jam sembilan malem. Gila sih, ini kakak lo beneran jahat.”
Horor yang Mengintai
Malam itu, Ayu mencoba memperingatkan Adi. Ia membuat lampu kamar berkedip-kedip, menuliskan pesan di cermin dengan embun: “JANGAN PERCAYA HERA.”
Adi yang baru keluar dari kamar mandi terlonjak kaget melihat tulisan itu. Ia mengusap cermin, tapi tulisan muncul lagi.
“Ya Tuhan… Ayu?” bisiknya, nyaris tak percaya.
Namun sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, Hera tiba-tiba masuk membawa segelas susu hangat.
“Kenapa, Mas? Kok pucat gitu?” tanyanya lembut, seolah polos.
Adi panik, buru-buru menghapus cermin dengan handuk.
“Enggak… cuma… kaget sama petir tadi.”
Hera tersenyum samar. Ia menyodorkan susu itu. “Minum ya, biar tenang.”
Ayu menjerit tanpa suara, “JANGAN MINUM!”
Mardi pun ikut panik. “Bro, itu susu suspicious banget! Dari dulu kalo ada susu di film horor, pasti racun!”
Adi memandang susu itu ragu, tapi karena Hera menatapnya penuh perhatian, ia akhirnya meneguk sedikit. Ayu hanya bisa menjerit marah, sementara tubuhnya menabrak meja tanpa sengaja—membuat vas bunga jatuh pecah berkeping-keping.
Hera terlonjak kaget. “Astaga! Apa-apaan ini?”
Adi hanya terdiam, memandangi pecahan vas. Dalam hatinya, ia mulai merasakan ada sesuatu yang benar-benar tak beres.
Hera kembali melanjutkan ritualnya. Kali ini ia menyalakan ini berwarna hitam kemudian ia mulai melafalkan mantra dalam bahasa Jawa yang sama sekali Ayu tidak mengerti.
"Mantera apa itu??" tanya Ayu penasaran
"Sepertinya itu mantera pelet, kaya ajian jaran goyang gitu," jawab Mardi
"Yang bener lo??"
"Ih gak percaya, inget ya gue senior. Tuh liat aja dia bawa foto suami lo!" imbuhnya
Ayu menatap pemandangan itu dengan penuh amarah membara. Ia yang begitu terbakar amarah langsung berjalan menghampiri. Saat ia hendak menarik rambut adiknya Ia justru tembus begitu saja, tanpa bisa menyentuhnya.
"Loh kok gagal!" serunya
namun anehnya lilin-lilin itu tiba-tiba bergetar dan padam kemudian nyala lagi. Hera kemudian menoleh ke belakang seolah menyadari Ada hal ganjil yang terjadi.
Ia bisa merasakan kehadiran Ayu. Tatapannya begitu dingin dan menusuk.
"sepertinya kamu jadi hantu gentayangan ya kak, sayang sekali. Sepertinya kamu memang nggak rela Kalau Mas Adi jadi milikku. Tapi sayangnya sebentar lagi dia akan jadi milikku, lalu apa yang akan kamu lakukan??" ucapnya menantang Ayu
Kali ini Ayu benar-benar membeku.
"Dia benar-benar bisa melihat ku!"
Mardi menelan ludah mendengar ucapan sahabatnya.
"Hmm, udah di kasih tahu berkali-kali masih gak percaya juga. Asal lo tahu si Hera adik lo itu bukan wanita biasa!" seru Mardi
"Wonder woman maksudnya??" tanya Ayu membuat Ardi langsung menepuk jidatnya
"Ya ampun ayo kenapa kamu bod*h sekali, maksudnya dia itu bukan cewek lugu seperti yang kamu kira beg*!"
Hera tersenyum sinis mendengar percakapan kedua hantu di depannya.
"Emang ya, yang namanya penyakit bod*h itu susah nggak hilang-hilang, meskipun kamu sudah jadi hantu tetep aja bod*h," celetuknya
Mardi dan Ayu kompak menatapnya dengan tatapan menakutkan. Kali ini keduanya berubah menjadi sosok hantu yang menyeramkan.
Hera membeku, ia mulai takut melihat sosok hantu di depannya yang berubah menakutkan.
"Tidak apa-apa, jangan takut Hera, toh sebentar lagi mereka akan menghilang untuk selamanya, kita lihat saja siapa yang lebih kuat!" ucap Hera dengan nada sinis
"Buset sombong banget nih bocah, mari kita lihat seberapa kuat dukun yang melindunginya!" seru Mardi berapi-api
Tentu saja ya begitu terang saat mendengar tantangan dari Hera.
Hera berusaha terlihat santai. Bahkan saat Mardi berusaha menyerangnya.
Ia merogoh kantong celananya dan melempar sesuatu kepada hantu botak itu hingga ia menjerit histeris.
"Ayu lari!!"
akhir adi sm hera jd nikah apa g ada kejadian gmn2 gtu stlh nikah
nahh apa g di coba bunuh itu cucu mu
sama anak kesanyang mu hera
wahh apa jadinya yaaa
waduhh g abis2 ini drama pelet
itu istrimu mati bukan karna takdir tp di santet adek nya sndri ohh bang
msih g sadar kah kau kena pelet dr hera
maaf kk bunga aq bru baca
kndala quota
lha ounya rahasia apa kok brani smpe brani yaaa ahahaha
mardi mah ada2 aja mau ngis pun nangis aja lahh yu