Seorang gadis yang di paksa orang tuanya untuk menikah muda untuk melindunginya dari masa lalu yang terus menganggunya. Namun siapa sangka jika gadis itu di jodohkan dengan seorang pemuda yang menjadi musuh bebuyutannya. Lalu bagaimana pernikahan mereka akan berjalan jika mereka saling membenci?mungkin kah cinta akan tumbuh dalam diri mereka setelah kebersamaan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Gisel terus saja memukuli Revan karena ia sudah membuatnya takut sepanjang jalan.
Hingga motor berhenti di persimpangan lampu merah Gisella masih meluapkan kekesalannya.
"Stop Sel, bahaya ini nanti dimarahin kendaraan lain."seru Revan mencoba mempertahankan keseimbangannya.
Saat di lampu merah, Gisel masih terus memukuli Revan dan tanpa mereka sadari di dalam mobil ada yang mengamati mereka.
"Itu bukannya Revan.. dia boncengan sama siapa?"
"Brengsek, katanya nggak ada yang boleh naik di jok motornya tapi sekarang apa. Gue harus cari tahu siapa cewek itu."gumamnya sendiri.
Ia segera mengambil ponsel yang mengambil beberapa foto mereka. Ia akan cari tahu siapa gadis yang ada di belakang cowok yang begitu ia cintai namun selalu cuek kepadanya.
Tak lama lampu berganti hijau, Revan melesat meninggalkan mobil itu yang masih saja berhenti hingga terdengar klakson - klakson dari kendaraan lain yang menginginkan agar ia segera jalan.
Motor sport itu berhenti tepat di sebuah rumah mewah 2 lantai dengan halamannya yang begitu luas. Gisella menatap kagum pada rumah itu. Meskipun rumahnya juga terbilang mewah dan papa Rizal juga seorang pe bisnis terkenal namun ia tidak menyangka jika Revan memiliki rumah yang lebih mewah darinya.
"Ini rumah lo?"tanya nya saat turun dari motor.
"Bukan,rumah ayah dan bunda."sahutnya.
Gisella berdecak kesal,"bukannya itu sama saja toh Revan juga tinggal dirumah ini,"pikirnya.
Saat di dalam rumah Gisella semakin terpana dengan interior rumah tersebut. Semua tampak mewah dan elegan. Barang - barang pun tersusun dengan rapi dan semua terlihat sangat mahal. Hampir sama dengan barang yang ada dirumahnya. Mungkin mama dan bunda sering pergi bersama dan selera mereka pun sama. "Sayang, kalian sudah sampai?"seru bunda Diana yang membuat Gisella terjengat kaget. "Eh..iya bun. Bunda apa kabar?"tanya Gisella seraya mencium punggung tangan calon mertuanya itu. Bunda Diana memeluk hangat tubuh kecil Gisella seraya tersenyum.
"Bunda baik sayang, seperti yang kamu lihat, bagaimana test nya hari ini lancar?"
"Alhamdulillah bun, semua yang aku pelajari semalam keluar semua dan aku berharap bisa dapet nilai yang sempurna."
"Bunda yakin kamu bisa jadi yang terbaik sayang, dari dulu kamu dan Revan selalu bersaing dalam nilai."tawa kecil bunda Diana.
"Iya bun, dan sampai saat ini aku belum bisa jadi yang lebih baik dari Revan."ujarnya seraya melirik ke arah Revan yang hanya diam saja.
"Tidak apa - apa sayang, yang penting nilai kamu tidak turun. Kamu belajar yang giat bunda yakin kamu bisa jadi yang terbaik."
"Sayang kamu makan malam di sini aja ya nanti biar nanti bunda yang hubungi mama kamu."
Gisella pun mengangguk kecil, "kamu istirahat dulu sayang di kamar tamu bawah dan Revan kamu juga istirahat dulu sayang."
"Iya bun, kalau gitu Revan naik dulu ya bun."
Setelah Gisella dan Revan masuk ke kamar masing - masing Diana meraih ponselnya dan menghubungi Sinta. Ia begitu senang karena sahabatnya itu memperbolehkan Gisella makan malam di rumahnya. Usai berbincang dengan sahabat di telepon Diana bangkit lalu menuju dapur untuk memasak makan malam.
Tak lama Gisella keluar dari kamar dengan tubuh yang lebih segar. "Bunda sedang apa?"tanya nya saat melihat bunda Diana sibuk di dapur. "Bunda sedang masak untuk makan malam kita sayang. Kamu butuh sesuatu?"
"Aku boleh bantuin bunda masak? Aku bosen di kamar terus."ujarnya berdiri di samping bunda Diana. "Boleh dong sayang, sini."
Mereka pun akhirnya masak bersama dengan di selingi obrolan - obrolan ringan. Suasana dapur terlihat lebih rame dari biasanya hingga tanpa mereka sadari di belakang mereka ada ayah Derry yang memperhatikan interaksi mereka. "Seru banget sih acara masaknya."seru ayah Derry berjalan mendekat.
"Ayah..tumben pulang nggak salam dulu."
"Ayah udah salam bun,tapi kalian terlalu asyik hingga tidak dengar saat ayah masuk."
Ayah Derry tersenyum kepada Gisella.
"Ayah apa kabar..?"tanya nya seraya mencium punggung tangan Derry.
"Kamu semakin cantik, Revan beruntung bisa menikah dengan kamu." Gisella tersipu.
"Ayah bisa aja, mungkin karena aku pake baju bunda waktu muda makanya ayah seperti melihat bunda waktu muda." Balasnya.
Mereka semua tertawa, ayah Derry mengacak lembut rambut Gisella. Terlihat mereka begitu saling menyayangi, tak ada jarak di antara mereka dan tak ada rasa canggung di hati Gisella. "Ayah mandi dulu setelah itu kita makan malam bersama."ujar bunda Diana.
Bunda Diana dan Gisella menyiapkan makan malam di meja. "Sayang,tolong kamu panggil Revan ya di kamarnya. Kamarnya ada di lantai 2 sebelah kanan tangga."perintah bunda.
"Iya bun." Gisella melangkah menaiki tangga.
Sesampainya di depan kamar Gisella menghela napas panjang untuk menetralkan detak jantungnya yang tiba - tiba berdegup kencang.
Tok tok tok...
"Revan, bunda sudah menunggu kita untuk makan malam. Ayo turun." Tidak ada jawaban.
"Revan...elo denger nggak sih? Revan..? Teriaknya lagi dari luar namun tetap tak ada sahutan. Gisella berdecak kesal, "kemana sih nih anak. Apa masih tidur ya. Masak gue harus masuk. Atau gue turun aja tapi nanti kalau bunda tanya. Ck bikin kesel aja sih ni anak."gerutunya pelan dengan terus mengetuk pintu kamar Revan. "Revan gue masuk ya.."
Tetap tidak ada jawaban akhirnya Gisella memberanikan diri untuk mendorong pintu tersebut. Kamar itu tampak sepi, tidak ada Revan di ranjang besar itu. Namun tak lama pintu kamar mandi terbuka. Gisella menoleh dan seketika matanya melotot dan berteriak keras "aaaaaaa..."teriaknya lalu membalik tubuhnya memunggungi Revan.
"Ck..kenapa sih elo teriak - teriak..berisik banget. Lagian elo ngapain masuk kamar gue? Nggak sopan banget lo jadi cewek."amuknya.
"Gue juga sebenarnya ogah masuk kamar elo. Tapi bunda nyuruh gue buat panggil elo untuk makan malam. Tapi karena nggak ada sahutan makanya gue masuk. Jadi nggak usah geer deh lo." Kesal Gisella balik,ia merasa matanya ternodai oleh pandangan di depannya meskipun ia sering melihat tubuh kakaknya namun rasanya jelas berbeda. Melihat dada bidang Revan yang di basahi oleh air membuat tubuhnya terlihat begitu..ya begitu lah.
"Gue akan pake baju, elo mau terus berdiri di situ? Atau emang mau lihat gue pake baju?"godanya yang berhasil membuat wajah Gisella semakin memanas. Dengan gerakan cepat ia berlari menuju pintu.
"Cepatan bunda sama ayah udah nunggu."teriaknya sebelum benar - benar menghilang. Revan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Gisella dan senyum tipis terbit di wajah tampannya. "Lucu."gumamnya pelan.
Di bawah, Gisella duduk lalu mengambil gelas dan meminum air hingga gelas itu kosong.
Bunda Diana dan ayah Derry saling pandang.
"Sayang kamu kenapa kaya abis lihat hantu."tanya bunda Diana. Gisella menjawab dengan napas ngos - ngosan.
"Iya bun, aku abis lihat setan telanjang."celetuknya membuat ayah dan bunda kembali saling pandang merasa bingung. "Maksut kamu setan apa nak?"kali ini ayah Derry yang bertanya. Dengan wajah polos Gisella kembali menjawab "itu yah, aku lihat Revan baru keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian pinggang ke bawah. Aku kaget, padahal aku udah sering kak Marcel hanya menggunakan handuk tapi kalau lihat Revan kok rasanya beda ya."aku nya.
Mendengar pengakuan Gisella sontak kedua paruh baya itu pun tertawa terbahak - bahak dan tanpa mereka sadari juga Revan mendengar itu di ujung tangga.
Senyum tipis menghiasi wajahnya...
"Dasar bocah.."gumamnya pelan.