NovelToon NovelToon
Istri Lugu Sang Cassanova

Istri Lugu Sang Cassanova

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Nelramstrong

Siapa sangka, menabrak mobil mewah bisa berujung pada pernikahan?

Zuzu, gadis lugu dengan serangkaian kartu identitas lengkap, terpaksa masuk ke dalam sandiwara gila Sean, cassanova yang ingin lolos dari desakan orangtuanya. Awalnya, itu hanya drama. Tapi dengan tingkah lucu Zuzu yang polos dan penuh semangat, orangtua Sean justru jatuh hati dan memutuskan untuk menikahkan mereka malam itu juga.

Apakah pernikahan itu hanya permainan? Atau, sebuah takdir yang telah ditulis untuk mereka?
Mampukan Zuzu beradaptasi dengan kehidupan Sean yang dikelilingi banyak wanita?

Yuk, ikuti kisah mereka dengan hal-hal random yang dilakukan Zuzu!

Happy Reading ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelramstrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah dari Bianca

Sean sempat terkejut dengan tindakan Bianca, namun tak membutuhkan waktu lama, sebuah senyuman miring terukir di bibirnya. Dia menghargai rencana licik wanita itu.

Zuzu memandangi amplop itu, namun tidak berniat untuk mengambilnya. Dia menoleh ke arah Sean, meminta pendapat. Namun, pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun. Meskipun otaknya sudah mulai kehilangan kendali akibat sentuhan intim sang sekretaris.

Melihat keraguan di wajah Zuzu, Bianca menolehkan wajah ke arah Sean. "Tuan Muda, bagaimana? Mungkin hadiah dari saya ini murahan, tapi saya menyiapkannya dengan setulus hati."

Wanita itu memandang Sean dengan ekspresi penuh arti, bahkan ia mengigit bibir bawah, sebagai sebuah tanda.

Sean menekan pipi bagian dalamnya dengan lidah, berusaha terlihat sedang berpikir. Dia kemudian berjalan mendekati kedua wanita itu dengan ekspresi datar.

Sebelah tangan merangkul pinggang istrinya, sedangkan tangan yang lain mengambil amplop dari tangan Bianca.

"Kamu memang sekretaris yang perhatian, Bianca. Karena terlalu sibuk, saya hampir melupakan hal sepenting ini. Terima kasih. Kami pasti akan menggunakannya sebaik mungkin," jawab Sean, nada suaranya terdengar dibuat-buat. Dan Zuzu bisa merasakan ada yang tidak beres di antara atasan dan bawahan itu.

"Sama-sama, Tuan. Ini sudah menjadi bagian dari tugas saya," jawab Bianca, matanya tak berkedip saat memandang wajah Sean.

Keduanya saling melempar senyuman, dan Zuzu yang menyadari itu, melipat tangan di depan dada. Dia mencium bau-bau persengkongkolan di belakangnya.

Bibir Zuzu mengerucut saat mengamati wajah Bianca yang terlihat sumringah. Sorot matanya menunjukkan tekad juga rasa penasaran yang besar.

'Kita lihat saja nanti, apa kamu bisa mengambil Sean dariku!' batinnya.

---

Setelah jam kerja usai, Zuzu segera pulang bersama Sean untuk mengemasi barang-barang mereka. Mereka berniat pergi berbulan madu pada hari itu juga.

"Zuzu, kamu yakin mau pergi bulan madu ke tempat itu?" Sandrina duduk di tepi ranjang, mengamati menantunya yang tengah berkemas. Mata mengikuti setiap gerakan Zuzu.

Zuzu yang tengah memasukkan pakaian ke dalam koper, terdiam sejenak. Dia menghela napas panjang, lalu menoleh ke arah mertuanya. "Aku gak yakin, Ma. Tapi… aku gak punya pilihan lain. Aku harus mengetahui rencana mereka."

Sandrina menopang dagu sambil menyilangkan kaki. Tubuhnya sedikit membujuk, saat memperhatikan wajah Zuzu yang terlihat gelisah. "Jadi, apa rencana kamu?" tanyanya.

Zuzu tertegun sambil mengetuk-ngetuk dagu. "Aku nggak tahu," jawabnya sambil mengedikan bahu, pasrah. "Tapi, akan aku pikirkan saat di jalan nanti."

Zuzu hendak menutup koper, saat tiba-tiba sandrina bangkit dari duduknya. "Tunggu dulu. Sepertinya kamu melupakan sesuatu," kata wanita itu sambil berjalan menuju lemari pakaian.

Zuzu bangkit berdiri, dia membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidung mancungnya sembari memperhatikan sandrina yang mengobrak-abrik isi lemarinya. "Mama cari apa?" tanya Zuzu, bingung sekaligus penasaran.

"Kalian itu mau bulan madu…" Sandrina membalikkan tubuh dan mengangkat dua tangan yang memegang lingerie sambil tersenyum penuh arti. "Jangan lupa bawa baju dinas kamu, Zu."

Kening Zuzu berkerut saat mengambil salah satu lingerie dari tangan mertuanya. "Ma, aku seperti baru lihat pakaian dalam ini di lemari."

Sandrina terkekeh kecil. "Iya. Tadi pagi Mama belanja ke mall, dan membeli lingerie baru untuk Mama. Terus Mama keinget kamu, jadi sekalian saja Mama belikan."

Zuzu manggut-manggut, mulutnya sedikit terbuka. Sebelum matanya membelalak lebar, dia terkejut. "Mama, lingerie macam apa ini? Kenapa ada ekor dan telinganya? Seperti…"

Sandrina tertawa geli melihat ekspresi menantunya. "Kamu coba saja nanti, Zu. Suamimu pasti akan semakin tergila-gila saat melihat kamu memakainya."

Zuzu menunduk, dan melihat cup bra yang nampak seperti batok kelapa yang biasa digunakan Umi-nya di desa ketika mengulek sambel. 'Pakaian apalagi ini? Semenjak menikah, aku sering melihat pakaian yang nggak masuk akal seperti ini,' batin Zuzu. Namun, dia tidak memiliki pilihan lain selain menerima pemberian mertuanya.

"Aku akan membawanya," kata Zuzu.

"Ini, simpan juga yang warna merah ini. Kamu mungkin akan membutuhkan lebih dari satu lingerie nanti," ujar Sandrina, ikut memasukkan pakaian dalam ke koper. Memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Zuzu, apa kamu sudah siap?" Tiba-tiba pintu terbuka dan sosok Sean muncul. Suara pria itu datar, namun terdengar seperti terburu-buru.

Sebelum Zuzu sempat menjawab, Sandrina sudah lebih dulu bangkit dan menjawab pertanyaan putranya, "Sudah siap!" Dia tersenyum penuh arti ke arah Sean yang berdiri di ambang pintu dengan ekspresi bosan.

Zuzu bergegas menutup resleting koper lalu berdiri tegak. "Semua pakaian yang mungkin kita butuhkan sudah aku masukkan ke dalam koper, Sean," tutur Zuzu, sambil mengangkat kopernya.

"Apa kita akan berangkat sekarang?" tanya Zuzu, matanya mengerjap di balik kacamata berlensa putih itu.

Melihat wajah lugu Zuzu, perasaan Sean digelayuti rasa bersalah. Dia mengajak wanita itu bulan madu hanya karena ingin mengikuti permainan Bianca. Ada keinginan untuk membatalkan rencana tersebut, namun hal itu hanya akan membuat istrinya kecewa.

"Ya sudah. Ayo!" ajak Sean. Dia berbalik dan hendak melangkah pergi. Namun, tangannya tiba-tiba disambar dengan cepat oleh sang ibu.

"Sean, di mana matamu? Apa kamu nggak lihat, koper yang dibawa istrimu bahkan lebih besar dari tubuhnya. Kenapa kamu nggak ada inisiatif untuk membawakan koper itu?" gerutu Sandrina, sambil memindahkan koper di tangan Zuzu pada tangan putranya. Gerakannya lembut, namun tegas.

Zuzu tersenyum lebar, hatinya terasa hangat mendapatkan perhatian dari ibu mertuanya.

Sean menggaruk kening sambil menghela napas pasrah. "Ya sudah, ayo cepat!" Pria itu menyeret koper berukuran besar tersebut dan melangkah lebih dulu meninggalkan kedua wanita itu.

Sandrina merangkul tubuh Zuzu, mengajaknya berjalan berdampingan keluar dari kamar. "Ingat, Zu. Terkadang kemarahan nggak cukup membuat kita menjadi seorang pemenang. Otakmu harus cerdik untuk menghadapi orang-orang seperti mereka," petuah Sandrina sembari berbisik.

Zuzu mendengarkan dengan seksama, sesekali dia mengangguk sebagai tanggapan. Setiap kata yang diucapkan ibu mertuanya, terasa seperti nasihat berharga yang tak boleh dia lupakan.

"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan hubungi Mama. Kalau sampai Sean berani menyakiti kamu, lapor langsung pada Mama. Mama ada di pihak kamu," kata Sandrina lagi, memberikan keyakinan juga dukungan penuh pada menantunya.

Mereka telah tiba di samping mobil. Sandrina membukakan pintu untuk Zuzu. Tatapannya tertuju kepada Sean yang sudah duduk di belakang kemudi.

"Sean, Zuzu, kalian harus semangat bulan madu, ya. Pokoknya, Mama pengen cepet-cepet punya cucu. Kamu harus segera hamil, Zu. Kalau perlu, kamu minta jatah setiap jam sekali pada Sean."

Mata Zuzu membulat, wajahnya terasa panas saat menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan pipi yang bersemu merah, merasa malu.

"Sudah, Ma. Kami harus segera berangkat!" kata Sean, merasa tak sabaran.

"Hati-hati!" jawab Sandrina sambil menutup pintu mobil dengan pelan. Dia melambaikan tangan saat mobil putranya mulai melaju perlahan meninggalkan area rumah.

Sementara itu, di dalam sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan. Seorang wanita duduk memerhatikan kepergian mobil Sean. Dia kemudian menepuk bahu supir dan berucap, "Ikuti mobil itu, Pak. Jangan sampai kehilangan jejak!" titahnya, lalu mengenakan kacamata hitam sambil mengulas senyuman penuh arti.

Bersambung…

1
EndHa
masih kurang kak bacany.. kek.ny bab ini pendek bgt yaa .. 🤭
Nelramstrong: bab 19 bisa dibaca ulang, ya. aku baru revisi dan tambahkan beberapa part 😁😁
total 1 replies
EndHa
menanti sean bucin dg zuzu..
Nelramstrong: sabar, ya 😁
total 1 replies
EndHa
siapa yg berani nolak perintah tuan david.. 🤣
Nelramstrong: 😅😅😅😅😅😅😅
total 1 replies
EndHa
semangat zuzu,, qm si polos yg cerdik.. tebas semua ciwi² penggoda suami.mu..
Nelramstrong: Semoga bukan dia yang tumbang 😅
total 1 replies
EndHa
oalah zu,, ikan bakar lebih menggoda yaa 🤭
Nelramstrong: Zuzu tahu aja author nya juga lagi pengen ikan bakar 😂
total 1 replies
EndHa
Haii kakak... aq ikuti kisah zuzu,, baru baca noveltoon nih,, masih bingung.. hehe
Nelramstrong: Makasih, kak 🥰
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!