Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutiah Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Pagi ini Mia sudah lebih baik dari kemarin meskipun masih sedikit lemas badannya tapi yang terpenting ia sudah tidak merasakan pusing lagi, setelah sholat subuh ia mulai beraktivitas seperti biasa di dapur memasak nasi goreng untuk sarapan anak dan suaminya, sedangkan untuk bekal siang masak ayam goreng dan tumis tauge tahu.
Walaupun keringat dingin masih keluar Mia berusaha untuk beraktivitas seperti biasanya, ia paksakan untuk sarapan nasi goreng meskipun sedikit untuk mengisi tenaganya di pagi hari sebelum berangkat kerja.
Setelah selesai mengantarkan Zahra ke sekolah, Mia pergi ke kantornya dan tiba saat 5 menit sebelum jam kantor dimulai. Setelah menscan jempolnya ke mesin absen Mia berbalik badan hendak naik ke lantai atas menuju ruangannya tapi tiba-tiba ada yang bersuara, "Selamat pagi Mia, sudah baikan?" Ternyata pak Aris di pojok yang sedang duduk sendirian tersenyum menyapanya,
Mia terkejut melihat Aris ada di sana, lagi apa fikirnya. Tapi kemudian Mia mengangguk dan tersenyum "Assalamu'alaikum pak, selamat pagi.. Alhamdulillah sudah lebih baik" Mia menghentikan langkahnya menyapa balik dengan mengucapakan salam kepada Aris.
"Wa'alaikumsalam, syukurlah kalau sudah lebih baik" Aris mengangguk dan tangannya mempersilahkan Mia untuk melanjutkan langkahnya
Ternyata saat masuk ke ruangannya teman-temannya sudah lengkap semua duduk di tempatnya masing-masing dan ia yang paling terakhir datang, Santy dan Nina kompak bersuara "Alhamdulillah..mbak Mia sudah sehat?"
Mia mengangguk dan tersenyum "Alhamdulillah.."jawabnya dengan lirih sambil berjalan ke tempatnya. Mia mulai mendudukkan diri di kursinya, dan menyalakan komputernya tapi seperti ada yang berbeda di meja kerjanya sedikit berantakan dan berpindah posisinya. Nina yang seperti mengerti apa yang difikirkan Mia, bersuara,
"kemarin pak Aris yang duduk di tempat mbak Mia, pekerjaan mbak Mia juga dihandle sama pak Aris, data payment harian yang kemarin sudah diinput semua sama pak Aris minta dikasih tahu caranya sama mbak Santy " Nina menjelaskan
Mia mengernyit heran, lalu Santy menimpali "iya mbak, pak Aris ternyata sebaik itu loh orangnya sangat peduli, kemarin menawarkan bantuan dan minta diajari untuk menggantikan tugasnya mbak Mia. Jarang-jarang nggak sih ada boss seperti itu?"
Mia mengangguk mengiyakan, "jadi nggak enak aku.."
"Mia tolong kamu cek lagi ya data inputan yang kemarin, ternyata hasilnya setelah ditarik laporannya ada selisih dengan manualnya" imbuh Bu Ita yang menghampiri Mia sambil menyerahkan laporan harian manual.
"Baik Bu.." Mia menjawab sambil membereskan barang-barang di atas mejanya ke posisi semula. Dan benar saja saat mulai mengeceknya ternyata hasilnya tidak cocok dengan laporan manualnya, dan ini harus dicek lagi satu persatu yang artinya sepertinya akan butuh waktu lebih lama daripada input data itu sendiri. Hah..Mia menghembuskan nafas panjang ternyata yang dimaksud dibantuin tuh malah bikin tambah pusing ya..entah Santy yang tidak detail saat menjelaskan atau memang pak Aris nya yang input datanya tidak teliti. Jadilah Mia yang tadi pagi sudah tidak merasakan pusing, tiba-tiba sekarang kepalanya mulai jadi berat. Semangat Mia!! Ia seperti menyemangati diri sendiri di dalam hatinya.
Mia memilih ke pantry untuk membuat teh panas siapa tahu bisa menormalkan kepalanya yang mulai berat, saat Ia mau ke pantry ternyata Aris juga keluar dari ruangannya, dan melihat Mia berjalan ke arah pantry membuat Aris mengurungkan niat awalnya yang mau ke ruangan Antony, memilih berjalan mengikuti Mia ke pantry.
"Lagi ngapain?" Suara bass Aris sangat mengagetkan Mia yang sedang menuangkan air panas dari dispenser ke cangkir yang sudah berisi teh dan gula, hingga tak terasa air panas itu menyiram sebagian tangan Mia. "Auh uh.." Mia merasakan kepanasan di tangannya dan meniupnya.
Aris meringis seperti ikut merasakan panasnya tangan Mia "Sorry..sorry.." sambil berjalan ke arah Mia hendak mengambil tangan Mia untuk dilihatnya.
Tapi Mia menarik tangannya ke belakang dan menggeleng "nggak apa-apa pak, ini saya lagi mau bikin teh" Mia kaget berfikir kenapa tiba-tiba ada pak Aris.
Aris melanjutkan melangkah maju ke arah Mia, yang membuat Mia seketika menjadi gugup berhadapan dengan bossnya sedekat ini berdua di pantry tidak ada orang lain lagi, Mia reflek mundur ke belakang
"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu ?" Mia berbasa-basi untuk menetralkan keadaan
Aris seperti bingung mau ngomong apa, "Ehm..Boleh saya minta sekalian dibuatkan teh juga ?"
"Boleh pak, suka yang manis atau nggak?"
"Jangan terlalu manis, karena yang buatnya sudah manis nanti diabetes, bahaya.." sambil tersenyum Aris menjawab setengah bercanda fikirnya supaya Mia tidak terlalu tegang.
Mia tersenyum kikuk sambil bergumam "pak Aris bisa aja.." Lalu Mia mengambil cangkir satu lagi, mengisinya dengan teh celup dan gula lalu berjalan ke dispenser untuk mengisi air panas ke dalam dua cangkir dengan hati-hati supaya kejadian kesiram air panas tidak terulang lagi. Setelahnya diaduknya sampai dirasa gulanya sudah larut, Mia menyerahkan teh itu kepada Aris dengan sedikit gemetaran karena efek grogi atau apa entahlah Mia tidak mengerti.
Mia mengangguk hendak pamit ke Aris untuk kembali ke ruangannya, tapi Aris malah mengambil duduk di kursi yang ada di dekat meja pantry mengajaknya mengobrol, "jadi kemarin kamu kenapa, sudah ditest belum yang dibilang Santy jangan-jangan kamu lagi hamil?"
Mia langsung menggeleng cepat "nggak mungkin pak, hanya kecapean dan masuk angin"
Mia baru mau berjalan ingin kembali ke ruangannya, "Kenapa nggak mungkin?" Tapi Aris bertanya lagi
"Ya..nggak mungkin, baru lima hari suci habis dapet" sahut Mia
Aris menarik salah satu kursi di sampingnya untuk Mia, lalu dengan matanya menyuruh Mia untuk duduk "Ooh..kamu ada rencana menambah anak?" Pertanyaan apa ini, Aris seperti aneh pada dirinya sendiri
Mia akhirnya duduk dengan menggeser kursinya agar lebih jauh dari Aris, "nggak ada pak, sudah cukup, saya sangat bersyukur sudah dikasih sepasang" jawab Mia menunduk dengan kedua tangannya memegang cangkir teh
"Ehm.. hidup tuh aneh ya..padahal saya yang bertahun-tahun mengharapkan isteri saya hamil tapi belum dikasih juga, sedangkan banyak para wanita yang mudah untuk hamil seperti menahannya atau malah menolaknya? Bukannya itu anugerah, rezeki kan..?" Aris menghembuskan nafasnya
Mia seperti tak menyetujui, "bukan bermaksud menolak anugerah atau rezeki dari Tuhan, tapi memiliki anak tuh tanggung jawabnya sangat besar lahir batin. Jangan sampai orang tua banyak memiliki anak padahal tidak sanggup mengambil tanggung jawab yang besar itu, kasihan ke anak-anaknya."
"Iya sih.." jawab Aris sambil manggut-manggut
"Maaf pak saya permisi mau melanjutkan pekerjaan" Mia berdiri hendak beranjak menuju ruangannya
"Kenapa buru-buru?, padahal tehnya aja belum diminum" Aris seperti mau menahan Mia karena masih ingin mengobrol, fikirnya kapan lagi ada kesempatan berdua.
Tapi Mia menjawabnya dengan memberikan alasan, "Di ruangan saja diminumnya pak, bisa sambil menyelesaikan pekerjaan"
Aris seperti baru teringat, "Oh iya, kemarin saya mengerjakan tugas kamu, ada yang salah tidak coba kamu cek ya ?!"
"Iya pak, terimakasih. Maaf saya sudah merepotkan kemarin, ini saya belum selesai lagi mengecek ulang karena masih ada selisih" ucap Mia berbasa-basi sopan kepada Aris
Akhirnya Aris mengangguk dan mempersilahkan Mia untuk kembali ke ruangannya, sedangkan ia masih duduk meminum tehnya sambil termenung sendirian.