NovelToon NovelToon
BERTUKAR NASIB

BERTUKAR NASIB

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Mengubah Takdir / Si Mujur
Popularitas:39.2k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.

Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.

Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.

Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !

Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 * PERTEMUAN TAK TERDUGA **

"BRUK... !!!"

Tiba-tiba Gisela menabrak seseorang saat dia melintas keluar toko.

"Aduh, maaf... !" ucap Gisela.

Tampak seorang perempuan tua berpakaian lusuh sedang berdiri menatap ke arah Gisela.

Sorot matanya sangat tajam menusuk ke dalam kedua mata Gisela yang berbinar-binar ceria.

"Maaf aku tak sengaja...", ucap Gisela.

Perempuan tua itu masih memandangi Gisela dengan tatapan asing lalu tersadar cepat sembari berkata.

"Apa sebelumnya kita pernah bertemu ?" tanyanya.

"Umm... !?" gumam Gisela dengan kedua bola mata mengerling cepat. "Kurasa tidak...", sambungnya.

Gisela memasang wajah sumringah sambil tersenyum ramah.

"Oh, begitu, ya..., baiklah, mungkin aku salah orang", kata perempuan tua itu sembari membalas senyuman milik Gisela kepadanya.

"Ya...", sahut Gisela.

"Kalau begitu aku permisi karena ada yang harus aku beli dari toko", kata perempuan tua itu berpamitan kepada Gisela.

"Ya...", jawab Gisela dengan anggukkan kepala ringan.

Perempuan tua itu menoleh sebentar ke arah Gisela, menatapnya ragu-ragu lalu melangkahkan kakinya masuk ke toko didepannya.

Gisela bergegas pergi, melanjutkan langkah kakinya hendak kembali ke toko makanan kucing yang sekaligus tempat penitipan kucing.

"Perempuan tua itu berbau aneh", celetuk Amur setelah mereka berjalan agak jauh dari toko.

"Kenapa kau berkata demikian ?" tanya Gisela.

"Entahlah, aku mencium bau yang menyengat dari tubuh perempuan tua itu, seperti bau kemenyan kristal", sahut Amur.

Gisela segera menghentikan langkah kakinya lalu terdiam sesaat.

"Kemenyan ???" tanyanya seraya menoleh ke arah Amur dengan pandangan selidik.

Gisela lalu memutar badannya, menghadap ke arah toko makanan kucing yang terletak di hadapannya.

Berdiri termenung dengan tatapan serius sepertinya dia sedang memikirkan kata-kata Amur yang baru saja diucapkannya.

"Bukankah hal yang sewajarnya saja jika ada orang masih memakai kemenyan pada tubuhnya, mungkin dia ingin menghilangkan bau badan", ucap Gisela.

"Tapi, ini berbeda, dan sangat misterius, sulit diucapkan arti dari rahasia bau kemenyan kristal itu", kata Amur.

"Mengapa ?" tanya Gisela yang masih menatap jauh.

"Sebab hanya seorang dukun yang identik mengenakan kemenyan kristal sebagai aroma wangi tubuhnya sedangkan orang biasa sangat jarang menggunakannya", sahut Amur.

"Dukun tua...", ucap Gisela kembali berpikir serius.

"Ya, mungkin saja tebakanku ini salah, tapi, aku tahu kalau kemenyan kristal hanya dipakai oleh para dukun sakti", kata Amur.

"Suatu kebetulan ataukah hanya kita menebak saja, aku juga merasakan hal yang sama denganmu, hanya saja aku menepisnya", kata Gisela.

"Apa pendapatmu kalau begitu, Gisela ?" tanya Amur.

Gisela segera memalingkan muka ke arah Amur, memandang sejenak lalu berucap kembali.

"Apa kau ingin kita mengikutinya ?" tanya Gisela.

"Ya, kurasa itu bukan ide yang buruk buat kita, mungkin saja kita akan mendapatkan petunjuk penting dari wanita itu", sahut Amur.

"Pendapatku juga sama denganmu, alangkah baiknya jika kita ikuti saja dia, mungkin saja kita akan memperoleh petunjuk berharga dari wanita tua", lanjut Gisela.

"Kita ikuti dia...", kata Amur lalu terbang mendahului Gisela.

Gisela mengikuti gerakan tubuh Amur yang terbang di depannya.

Gerakan Amur sangat cepat dibandingkan dengan gerakan langkah kaki milik Gisela yang harus mengimbangi gerakan tubuh harimau putih itu.

"Cepatlah sedikit, Gisela ! Kita jangan sampai kehilangan jejak wanita tua itu !" kata Amur.

"Yah..., aku akan mencoba mengejarmu...", sahut Gisela.

Nafas Gisela terengah-engah cepat ketika dia mencoba berlari mengikuti gerakan Amur.

"Tolong pelankan langkah kakimu, aku tidak bisa mengejarmu cepat, Amur !" kata Gisela.

Gisela sepertinya tidak mampu lagi bergerak sebab terhalang oleh berat tubuhnya yang gemuk.

"Hosh... Hosh... Hosh... !" desah nafasnya terdengar berat.

Gisela memandang ke arah toko yang jaraknya agak dekat namun dia masih merasakan kelelahan akibat berlari jauh.

"Cepatlah sedikit, kita harus mengejarnya kalau kita sampai terlambat nanti kita kehilangan dia", ucapnya.

"Ya... Ya... Ya...", kata Gisela.

"Ayo, Gisela !" ajak Amur sembari terbang cepat.

"Ya, Amur", sahut Gisela sambil terengah-engah.

Gisela memperlambat langkah kakinya ketika dia mengikuti Amur ke toko tadi yang dia singgahi.

"Tunggu, Gisela !" cegah Gisela.

"Apa kita tidak masuk ke dalam toko ?" tanya Gisela sembari memalingkan muka.

"Aku akan menyelinap masuk ke dalam toko terlebih dulu, memastikan keadaan di toko aman", sahut Amur.

"Baiklah, aku akan menunggu disini sampai kau kembali", kata Gisela lalu menyandarkan punggungnya ke sisi pintu.

"Tunggu sebentar...", kata Amur seraya terbang masuk ke toko menyusul wanita tua tadi.

Tampak tubuh Amur melesat ringan ke dalam toko, mencari-cari keberadaan wanita tua itu namun dia tidak juga melihatnya.

"Apa dia telah pergi ?" tanya Amur sambil berkeliling toko.

Amur terbang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan gesit sedangkan wanita tua yang dicarinya masih belum kelihatan.

"Mana dia ?" tanya harimau putih itu sembari terus bergerak cepat.

Suasana di dalam toko terasa hening meski ada sejumlah pelanggan terlihat sedang berbelanja disana namun masih saja suasananya berbeda.

Amur meningkatkan instingnya agar dia dengan mudah menemukan keberadaan wanita tua di dalam toko.

Mulai tercium aroma wangi yang menusuk tajam penciuman Amur dari asal kemenyan kristal yang menyebar luas di ruangan toko ini.

Amur segera memalingkan pandangannya ke arah wangi kemenyan kristal itu berasal.

Cepat-cepat harimau Serbia berwarna putih itu bergerak ke arah sumber wewangian tersebut.

Amur segera menghentikan laju tubuhnya ketika dia melesat jauh.

Tepat di dekat sebuah rak kaca di dalam ruangan toko itu, tercium kuat harum wangi kemenyan kristal.

Seorang wanita tua berpakaian kuno sedang berdiri di depan rak kaca sembari memandangi isi rak itu sedangkan seorang pelayan wanita melayani dirinya.

"Itu dia !" tangkap Amur dari balik rak toko.

Amur menatap tajam ke arah wanita tua dengan tatapan hati-hati.

Bau aroma kemenyan kristal tercium kuat dari tubuh wanita tua yang sedang bercakap-cakap.

"Benar, aroma kemenyan kristal memang berasal dari tubuh wanita tua itu, mungkinkah dia dukun tua yang dimaksudkan", ucap Amur mulai berpikir serius.

Terdengar suara orang bercakap-cakap serius dari arah rak kaca toko.

Amur terus memperhatikan ke arah dua orang wanita yang melakukan transaksi.

Pelayan toko mengeluarkan sesuatu dari dalam rak kaca lalu menyerahkannya kepada wanita tua berpakaian kuno.

Setelah lama keduanya berbicara kemudian wanita tua melangkah pergi dari dalam toko.

Aroma kemenyan masih tertinggal di sekitar ruangan toko, Amur bergegas menyusul wanita tua yang keluar dari dalam toko ini.

"Dia pergi...", ucap Amur seraya melesat kilat keluar toko.

Amur melihat wanita tua sedang berdiri di depan toko lalu berjalan kembali dengan langkah cepat.

"Wushhh... !"

Amur meluncur cepat keluar toko berusaha mengejar langkah wanita tua yang berjalan di depannya.

"Ayo, Gisela !" ajak Amur ketika dia berada diluar toko.

Gisela segera mengerti dan tanggap atas ajakan Amur, dia berlarian sembari mengikuti gerakan tubuh Amur yang mengejar langkah kaki milik wanita tua di depan mereka.

Dengan tubuh gemuknya membuat langkah kaki Gisela kurang lincah sehingga dia tertinggal jauh di belakang Amur dan wanita tua itu.

"Hosh... Hosh... Hos... !!!"

Gisela menghela nafas keras sembari membungkukkan setengah tubuhnya ke depan.

Sepertinya dia tidak kuat lagi untuk berlari mengejar Amur sehingga Gisela terpaksa berhenti seraya berpegangan pada tembok di dekatnya.

"Cepat sekali mereka bergerak, sampai-sampai aku tidak bisa mengejar...", keluh Gisela yang terengah-engah.

Gisela menyeka peluh keringat dari keningnya lalu berlarian kecil menyusul Amur yang melesat jauh.

"Rupanya Amur telah jauh di depan sana, mana mungkin aku bisa mengejarnya", ucapnya pasrah.

Gisela terus berlarian meski langkahnya tidak mampu mengejar cepat gerakan Amur serta langkah kaki milik wanita tua di depannya namun dia terus berusaha menyusul ketertinggalannya.

"Ya, ampun cepatnya, tidak bisakah mereka bersikap biasa saja", keluhnya.

Meski Gisela telah tertinggal jauh dibelakang Amur dan wanita tua itu, pada akhirnya dia mampu juga menyusul mereka berdua.

Tiba-tiba wanita tua berhenti di belokan jalan trotoar kemudian dia menciptakan sebuah lubang besar di depannya.

Sedetik kemudian...

Wanita tua itu menghilang dari pandangan saat dia masuk ke dalam lubang hitam ciptaannya itu.

1
Reny Rizky Aryati, SE.
💞💞💞
Tina Andara
hadir...
Anonymous
lanjut thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!