Seorang laki-laki yang berhasil mendapatkan pujaan hatinya dengan kelicikan yang dia lakukan
Di baca aja ya, silahkaaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bengkel Mobil
"Apa nggak kenyang, Rin?." Adrian bertanya setelah menyadari Airin sudah cukup banyak makan selama di perjalanan menuju bengkel
Istrinya terus saja mengunyah, menghabiskan beberapa jajanan dari yang manis sampai pedas, tidak lupa dengan beberapa botol minuman kemasan.
"Udah, habiiis." Airin tersenyum lebar, ia mengambil beberapa lembar tisu untuk membersihkan bibir dan kedua tangannya.
"Kenyang banget, hahaha. Kamu kenapa nggak ikut makan?."
"Ngeliatnya kenyang duluan."
"Hahaha, padahal enak, lho."
"Gue baru inget, gue pernah liat lo makan banyak begini, jangan-jangan karena lo menstruasi juga?."
"Haha, waktu di kantin, ya? Iya, itu aku lagi menstruasi..."
"Bawaannya laper, pengen makan terus."
"Haduh, ada-ada aja. Sekarang mau beli apa lagi?."
"Hm, nanti aja, deh..."
"Eh, aku mau jus, jus strawberry. Kita beli ya." Airin memohon, tangannya mengguncang lengan Adrian, "Iya, apa pun, yang penting lo senang."
"Aaah, baiknya suami aku, makin sayang." Airin mendekat, ia memeluk manja lengan Adrian. Laki-laki itu pun tersenyum dan mencium puncak kepalanya,
Tiba di tempat tujuan, Airin terperangah saat menginjakkan kakinya di sebuah bengkel mobil besar dengan banyak montir ahli dan berpengalaman yang di miliki Adrian.
Kedatangan mereka malam itu, mengundang perhatian beberapa mekanik. Ya, sebab ini lah kali pertama Airin berkunjung sejak mengenal Adrian.
Adrian langsung membawa Airin ke ruangannya, setelah itu ia kembali untuk memberikan makanan serta minuman yang akan ia berikan kepada anak buahnya.
Di dalam ruangan Airin melihat-lihat. Ia takjub, ruangan Adrian terlihat bersih dan semuanya tertata rapih. Jajaran miniatur motor dan mobil, terlihat kinclong tanpa sedikit pun debu yang menempel.
Senyum Airin mendadak muncul. Ia mendapati banyak bingkai foto disana. Foto-foto Adrian bersama motor dan mobil kesayangannya.
Di foto lain menunjukkan, lelakinya itu tampak tersenyum sambil bersandar pada motor sport berwarna merah hitam. Sepertinya, momen di foto itu menunjukkan Adrian yang sedang mengikuti balapan bersama teman-temannya.
Ya, Airin mengenal jelas beberapa laki-laki disana, mereka teman dekat Adrian di SMA yang juga menyukai bidang otomotif seperti suaminya itu.
Sepintas Airin baru menyadari, tidak heran jika Adrian mendirikan sebuah bengkel, ia sangat menyukai kendaraan. Tidak heran juga, suaminya ini semakin menekuni bidang otomotif di jenjang kuliahnya.
Airin terkekeh, ia ambil satu bingkai foto yang menggambarkan sosok Adrian kecil dengan motor sport yang Adrian duduki. Lelakinya itu terlihat bergaya dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.
"Lucu banget, masih kecil udah tau gaya."
"Tapi, apa ini motornya Papa, ya?..."
"Apa hobi Papa sama Adrian itu sama?."
Puas melihat-lihat, Airin mendudukkan bokongnya pada sofa yang ada disana. Airin bersandar, ia usap perutnya yang sesekali menimbulkan nyeri dibawah sana.
Airin menoleh kearah pintu. Suaminya itu belum juga kembali. Mungkin kah ia sibuk? Airin mulai bosan, ia pun lupa tidak membawa ponselnya.
Airin memutuskan untuk mencari Adrian. Jika memang lelakinya itu sedang sibuk, ia bisa meminjam ponselnya untuk bermain game.
Kaki Airin menelusuri barisan mobil yang sedang dalam perbaikan. Ia perhatikan satu persatu mobil itu, siapa tahu Adrian berada disana. Sesaat kemudian Airin menghentikan langkahnya saat mendengar suara seseorang.
Airin terdiam, memperhatikan seorang mekanik yang sedang berbaring di kolong mobil, ia sedang memperbaiki bagian bawahnya.
"Mana kunci pas nya?."
"Eh? Kunci pas?." Airin berjongkok, mengambil sebuah benda yang di minta mekanik tersebut dan memberikannya tepat ditangan orang itu.
Airin menoleh, "Apa dia bareng temennya disini? Tapi temennya dimana?."
"Kunci torsi deh, bawa sini." Mekanik itu kembali mengeluarkan tangan, meminta benda yang di maksud.
"Kunci torsi yang mana? Aku nggak tau?." Airin mulai bingung, ia memilih-milih benda apa yang harus ia ambil.
"Mana? Cepet, dong."
Akhirnya Airin mengambil benda secara asal. Entah lah itu benda yang benar atau tidak, yang jelas benda itu terlihat mirip dengan sebelumnya. Ia berikan benda itu tepat ditangan mekaniknya.
"Kok yang ini? Bukan."
Orang itu tiba-tiba mengeluarkan diri dari kolong mobil, membuat Airin terkejut sampai terduduk dibawah. Keduanya saling terdiam, mereka saling melempar pandangan,
"Cewek ini siapa? Dia...cantik."
"Duh, jangan-jangan dia marah aku salah kasih alat?."
Mereka sama-sama berfikir, membuat suasana disana semakin canggung,
"Maaf." Ucap Airin,
Mendengar ucapan Airin, mekanik itu langsung bangun dan melepas sarung tangannya, ia bantu Airin untuk berdiri,
"Kamu nggak apa-apa?."
"Iya, nggak apa-apa."
"Tapi, kamu siapa, kenapa ada disini?
"Aku istrinya Adrian."
"Istri? Jadi dia istrinya Pak Adrian?."
"Rin?." Adrian muncul dari belakang, keduanya pun kompak terdiam, "Ngapain disini?."
"Aku nyari kamu." Airin langsung hampiri Adrian, jangan sampai suaminya itu salah paham,
"Bos, maaf. Saya nggak tau kalo istri Pak Bos disini..."
"Aduh, saya nggak sengaja nyuruh-nyuruh. Maafin saya, Bos." Ucap mekanik itu pada Adrian, Adrian pun mengangguk paham dan membawa pergi Airin dari sana,
Sedangkan mekanik itu, ia memperhatikan telapak tangannya, tangan yang membantu Airin berdiri.
Halusnya telapak tangan Airin membuat jantungnya berdetak kencang. Pertama kali bertemu Airin, membuatnya salah tingkah, "Sadar, Billy. Dia istri Pak Bos."
Airin terus memeluk mesra lengan Adrian. Entah lah, rasanya ia ingin terus dekat sengan lelakinya ini. Langkah kaki mereka pun terhenti tepat diruangan Adrian,
"Mau beli makanan?."
"Enggak. Aku bosen, lupa nggak bawa handphone. Kamu masih sibuk?."
"Iya." Adrian mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Airin, "Nih, pegang."
"Aku nggak mau ngegame."
"Terus?."
"Mau nemenin kamu boleh, nggak? Bantuin kamu."
"Aduh, jangan, Sayang. Nanti tangannya kotor, lecet."
"Adriaaan? Aku pengen tau kerjaan kamu."
"Ya udah, tapi ngeliatin aja, ya..."
"Jangan pegang-pegang alat, nanti tangannya lecet..."
"Dan jangan lama-lama, disini cowok semua."
"Ya ampun, banyak banget larangannya? Mending aku masuk lagi."
"Nah, itu lebih bagus."
Akhirnya Airin kembali memasuki ruangan Adrian. Di dalam, ia berbaring sambil membaca novel online. Paling tidak, itu bisa menghilangkan rasa jenuhnya sambil menunggu Adrian.
Beberapa jam berlalu, mereka baru tiba dirumah. Kedatangan mereka bersamaan dengan Tommy yang baru memasuki gerbang.
Mereka sama-sama turun dari mobil. Tommy hampiri mereka sambil membawa bungkus makanan ditangannya.
"Tommy?." Airin menyapa, Tommy pun tersenyum dan hendak mengusap kepala Airin, namun tangan Adrian menahannya lebih dulu. Tommy pun mengalah,
"Kamu dari mana?."
"Ikut Adrian ke bengkel."
"Ya ampun, emangnya kamu udah baikan? Gimana keadaan kamu? Perutnya masih sakit?."
Mendengar pertanyaan Tommy, Adrian mendengus sebal. Sepupunya ini masih saja menyimpan perhatian pada Airin,
"Enggak. Aku baik-baik aja."
"Syukurlah....ini, aku bawa martabak manis buat kamu..."
"Biasanya kalo datang bulan gini kamu lebih doyan makan, kan? Ambil."
Airin menerima makanan itu dengan senyum lebar di bibirnya, "Hehe, makasih, Tom."
"Iya, sama-sama."
"Masuk." Adrian meminta Airin untuk masuk lebih dulu, Airin pun mengangguk, mematuhi ucapannya.
"Mau sampe kapan?." Tanya Adrian pada Tommy
"Apanya?."
"Lo paham maksud gue, jawab aja."
"Oh, sampe gue bisa dapetin Airin lagi."
"Heh, gue saranin, mendingan lo bangun."
"Maksud lo gue mimpi? Itu bukan mimpi. Lo liat aja nanti." Tommy berbalik, niatnya untuk pergi lagi-lagi di tahan oleh Adrian, sepupunya itu menahan bahunya.
"Jangan cari masalah, lebih baik lo urus anak istri lo, dari pada sibuk ngerebut istri orang."
"Apa? Gue nggak salah dengar?..."
"Heh, Adrian? Lo yang cari masalah sama gue, apa perlu gue ingatin lagi, kalo lo yang ngerebut Airin dari gue?."
"Udah lah, gue bosen bahas masa lalu. Kalo lo masih ngotot dapetin Airin, apa bedanya lo sama gue?..."
"Bukannya lo bilang gue pengecut, bisanya ngerebut kebahagiaan orang? Ya, kan?..."
"Jilat ludah sendiri itu nggak enak." Adrian tersenyum sengit sebelum pergi meninggalkan Tommy.
Tommy terlihat kesal, kedua tangannya saling mengepal. Ia tidak tahan lagi, ucapan Adrian membuatnya tersinggung. Secara tidak langsung Adrian memberinya peringatan,
"Gue janji, gue bakal rebut Airin dari lo!."
"Ok. Semangat."
"Argh! Berengsek lo!." Emosi Tommy meledak, ia menendang mobil Adrian. Adrian hanya berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tinggalkan Tommy dan masuk kedalam rumah.
...•••••...
Bersambung.....
Yuk tinggalkan jejak biar aku semangat update biar kalian gak ketinggalan chapter selanjutnyaaaa makasih 💖💓
🧑 gak
👧aku cium y
🧑 ok
sumpah ini mereka knpa siihh 😭😭 mood bgt bacanya