Kedua keluarga nya sudah bertemu dan sudah memastikan tanggal pernikahan.Namun siapa sangka,dan tak ada yang bisa menduga.Mempelai wanita beserta keluarga nya meninggalkan resepsi pernikahan yang hanya menunggu beberapa jam lagi dilaksanakan.
Dua hari sebelum nya,calon pengantin mendatangi apartemen pemberian orang tua,namun pihak ketiga dari mereka lebih kuat.Mereka melakukan hal yang se harusnya tidak terjadi.
Yesha kamania jatuh ke dalam hasrat calon suami nya Lucky Yudhasoka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ♍Virgo girL 🥀🌸, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Serangkaian pengobatan sudah Yesha lakukan di rumah sakit,Yudha selalu menemani ke ruangan apapun dan kebetulan dokter di sana mengerti dengan keadaan itu.
Lega rasanya bagi Yudha dan Yesha sudah konsultasikan kepada ahli nya.Selanjutnya adalah pengambilan hasil sementara pengobatan masih berlanjut,mereka juga bercerita kepada dokter jika Yesha masih menyusui anak nya namun dokter menganjurkan untuk tidak stress ataupun tertekan akan sesuatu.
"Ikat rambut mu Yesha". Ucap Yudha,ia menarik anak rambut dari kening ke belakang telinga Yesha.
Awalnya Yesha terkejut,ia pun membenarkan nya kembali.
"Aku ingin potong rambut saja". Ujar Yesha.
Yudha belum juga bereaksi,ia masih fokus menyetir namun mendengarkan.
"Rambut ku jelek,di bagian yang lain bahkan botak,nanti pasti bagian itu tidak tumbuh. Aneh rasanya jika tidak sama panjang,ini tak berbentuk".
Senyuman merekah di bibir Yudha,benar ia mendengarkan.
Yesha diam memandang ke depan.
"Tapi itu nanti saja,aku tahu kau tidak akan mengantarkan ku kali ini,ponsel mu terus bergetar".
Melirik ke bawah lalu Yesha berpaling melihat kaca diluar sana. Layar di ponsel Yudha tertera Sekre Marsha.
Tahu akan hal itu Yudha menepikan mobil nya dan menarik rem.
"Hallo..."
...
"Semua sudah ada di sana,mana mungkin aku lupa menumpuknya di map. Kau tanyakan pada Boy,ia pas..."
...
"Coba berikan ponsel nya pada Boy".
"Boy,kau bisa menghandle kan.Hal semacam ini sudah biasa kita kerjakan bukan,semua nya sudah aku siapkan,kalau pun salah satu hilang bukalah di lap... "
...
"Astaga,oke aku akan ke sana".
Panggilan berakhir,Yudha meletakan ponsel nya kembali dan melihat jalanan,ia akan putar balik dan ke kantor.
"Bawa pulang aku dulu!". Celetukan Yesha membuat Yudha tidak jadi menginjak gas,ia melihat jam di tangan nya.
"Sebentar Yesha,meeting sudah di mulai".
"Bawa aku kembali setelah itu kau boleh pergi,atau tinggalkan aku di salon terdekat biarkan aku pulang sendiri!".
Nada bicara Yesha terdengar marah,namun Yudha menepis prasangka itu karena ia tahu Yesha sedang tak enak badan.
"Aku tidak bisa meni..."
"Aku bisa sendiri!". Ucap Yesha singkat.
Yudha menggeleng,kedua tangan nya sudah siap memutar kemudi dan akan berbalik arah,tanpa meminta persetujuan istrinya ia mengencangkan sabuk pengaman Yesha dan mengunci pintu permanen dari pintu nya.
Dengan sekali gerakan mobil berputar arah,beberapa kali kepala Yesha hampir terbentur sandaran jika bukan tangan Yudha yang menghalangi. Bola mata Yesha hampir keluar kala Yudha mulai mengebut,jalanan sudah mulai gelap, lampu-lampu mulai menyala. Yesha yang enggan namun tak bisa menolak untuk mengikuti suami nya pun akhirnya pasrah namun bibir nya tak bicara sepatah kata pun.
Tujuh menit,ya hanya tujuh menit sampai di depan gedung nan tinggi menjulang. Yesha baru menyadari ini tempat Yudha bekerja,tubuh Yesha maju dan mendongak.
"Ini bukan milik ku,ini milik saudara Ayah. Aku disini hanya kepala bagian tidak lebih". Ucap Yudha.
"Aku tidak bertanya". Jawab Yesha.
"Aku hanya menjelaskan Yesha,turunlah. Security hanya di depan,ia tak akan kemari.Jadi aku tidak ingin kau sendiri di sini,ikut aku ke dalam".
"Di sini saja,aku tidak apa-apa!"
Menghela nafas berat,Yudha pun turun dari mobil dan melangkah lebar ke sisi pintu Yesha. Ia membuka pintu.
"Turun atau kau ingin aku gendong sampai ke ruang meeting?".
Kesal,tentu saja.Yesha akhirnya turun tanpa menerima uluran tangan suami tapi Yudha memaksa menggandeng nya karena kantor sudah sepi,tak ada karyawan berlalu lalang seperti pagi atau siang hari.
Memasuki lift khusus direktur utama,tidak mungkin jika Yudha hanya kepala bagian. Pikiran nya banyak pertanyaan dan Yesha sungguh tak percaya.
.
.
.
Ceklek!
Semua mata tertuju pada dua manusia,namun Yudha menggandeng Yesha dan membawa kursi milik nya ke sudut dekat jendela,ia juga kembali lagi ke meja nya lalu meraih botol mineral dan gelas.Meletakkan dan menuangkan air lalu tak lupa mengusap dan mencium kening Yesha.
Bukan hanya Yesha yang bola mata nya akan keluar,tapi seluruh peserta meeting di sana pun demikian.Yesha yang terkejut dan mereka yang lebih lebih terkejutnya di banding Yesha.
"Tunggu aku disini sebentar sayang".
Glek!
Yudha tersenyum dengan tatapan tajam Yesha,dan mereka tertegun mendengar ucapan Yudha,sang bos kaku dan dingin jika tak mengenali. Tapi tidak dengan Boy yang mengulum bibir menahan senyum.
Beberapa dari mereka mungkin salah tingkah,bak melihat drama Korea.Namun tidak dengan yang lain dan Marsha,gadis itu memutar bola mata nya jengah.
"Maaf semua,saya terlambat karena baru saja mengurus anak dan istri saya,terutama istri saya tercinta yang baru beberapa hari ini kami mengalami kecelakaan. Oiya,saya lupa.Wanita yang kalian lihat di depan sana adalah Yesha Kamania Yudhasoka,istri saya satu-satunya".
Lagi,semua mata melihat Yesha. Sontak Yesha tersenyum kaku,ia pun berdiri dan menunduk sebagai tanda hormat kepada semua yang ada di sana.
"Terimakasih sayang,kamu bersantai dan duduk lah di sana". Ucap Yudha kembali, lelaki itu pun memulai meeting nya yang tadi sempat tertunda karena file yang tertinggal.
Yesha yang duduk di ujung pun beberapa kali melirik Yudha,ia sama sekali tidak percaya jika suami nya hanya kepala bagian. Pertama Yudha memasuki lift direktur,kedua ia juga duduk di meja utama meeting,dan ketiga tadi ia bahkan masuk ke dalam ruangan direktur utama di lantai atas,hanya saja Yesha tak ikut masuk dan tak membaca siapa nama di atas meja di dalam sana.
Meeting terus berlanjut,mata Yesha beberapa kali bertubrukan dengan lirikan Marsha namun ia tak bergeming dan tersenyum sedikit pun.Bagi Yesha,Marsha hanyalah perempuan yang bisa mengganggu rumah tangga nya kapan pun.
'ssshhh entahlah'.
Gumam Yesha menepis kecurigaan,namun Yesha melihat memang Marsha sedikit agresif pada suami nya.Beberapa kali ia berdiri meletakkan kertas yang lain di depan Yudha.
Yesha memalingkan wajah nya saat Yudha menoleh.Lelaki itu tersenyum pada nya.
Beberapa menit tatapan Yesha tak beralih ke luar jendela nan jauh di sana,ia sudah mulai nyaman duduk dengan sesekali melihat ponsel nya tanpa tahu meeting sudah berakhir.
"Kau mengerti kan Sha hasil meeting sore ini?". Yudha menoleh ke arah jendela dan langit di luar sudah gelap,ia juga menatap sebentar Yesha yang masih betah dengan ponsel nya.
"Ehekmmm mungkin beberapa saya perlu konsultasikan dengan mu Yudha,ada sedikit yang tidak aku mengerti,barang kali kita besok bisa makan malam bersama,hanya berdua?".
Ucapan Marsha mampu membuat Yesha menoleh,sementara itu Boy dan Yudha memandangi nya lekat, harusnya Marsha tidak hanya mengajak Yudha karena Boy juga termasuk dalam team.
.
.
.
To be continue