Dor,,, dor
"Dasar wanita bodoh" ucap Alex.
"K-kenapa?"ucap Saviera terbata-bata.
"Sayang, apakah masih lama? aku sudah tidak sabar untuk menikmati harta kekayannya ini loh" ucap Alexsa.
Saviera dan Lexsa merupakan sahabat, akan tetapi Alexsa tidak pernah senang dengan apa yang Saviera dapatkan.
"K-kau menusuk ku Lex-sa" ucap Saviera terbata-bata.
"Kau itu adalah perempuan bodoh yang pernah aku temui,, hahahah" tawa Alexsa menggema di ruangan itu.
Dor,,,
Tembakan terakhir, berhasil membuat Saviera kehilangan nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suci Aulia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapat
Di perusahaan, Laura sekretaris Gunawan merasa aneh dengan sikap atasannya yang tiba-tiba meminta ia dan beberapa menejer untuk melakukan rapat. Padahal baru beberapa hari kemaren Gunawan mengadakan rapat.
"Ada apa ya?" ucap Laura.
Sebenarnya ada rasa takut di dalam hati Laura, ia takut kalau Gunawan mengetahui semua yang telah ia lakukan di belakang Gunawan.
"Buk Laura ada apa ini? Kenapa tiba-tiba kita rapat?" tanya Doni selalu menejer keuangan.
"Ia buk, padahal baru beberapa hari yang lalu kita mengadakan rapat" ucap Joni selaku menejer pemasaran.
Sedangkan beberapa menejer lainnya juga merasa kebingungan. Mereka merasa tidak memiliki masalah di proyek.
Sedangkan tiga orang lainnya yaitu Laura, Doni dan Joni merasa cemas karna rapat yang di lakukan secara mendadak. Mereka takut rahasia mereka terbongkar dan mereka berakhir di penjara.
Laura sendiri tidak dapat menjawab pertanyaan dari rekan-rekan lainnya, karna Gunawan tidak menyebutkan akan membahas apa.
"Lebih baik kita tunggu saja pak Gunawan datang" ucap Laura.
Sedangkan Gunawan dan Saviera baru saja sampai di perusahaan. Saviera melihat gedung tinggi itu untuk kedua kalinya. Ia selalu tersenyum melihat nama perusahaan itu.
"Kamu kenapa?" tanya Gunawan melihat putrinya tersenyum tanpa alasan.
"Apa papa sangat bucin dengan almarhum mama?" tanya Saviera.
"Sangat,,, emangnya kenapa?" tanya Gunawan tidak paham dengan maksud Saviera.
"Pantasan saja, nama perusahaan papa beri dengan nama Emely Group,,, jangan-jangan baju papa ada juga sablonan foto almarhum mama di sana" tebak Saviera asal.
"Kok kamu tau sih kalau papa memiliki baju yang ada foto mamamu?" ucap Gunawan tidak malu-malu terhadap putrinya.
"Huff,,, sudah lah pa,,, ayok kita masuk" ucap Saviera tidak ingin menebak lagi. Karna baginya dengan pengakuan papanya barusan sudah membuat ia merasa sangat malu karna bisa-bisanya papanya itu mengakui kebucinanya itu kepada anak kandungnya.
"Kenapa memangnya? Apa salah kalau papanya itu bucin dengan mamanya?" ucap Gunawan yang di dengar oleh supirnya.
"Permisi tuan, mungkin maksud nona itu tua tidak perlu mengakuinya cukup tuan dan almarhum nyonya yang tau, itu menurut saya sih tuan" ucap supir itu.
"Mungkin, ya sudah saya turun dulu" ucap Gunawan mengikuti anaknya yang baru saja turun dari mobil.
Di dalam perusahaan, semua bawahan Gunawan menunduk hormat kepada dirinya. Saviera yang melihat itu cuma tersenyum sekilas pasalnya di antara mereka ada beberapa orang tikus yang sedang bermain.
Para bawahan Gunawan merasa kagum dengan sosok gadis cantik yang berdiri di samping atasan mereka. Ada yang menduga kalau Saviera itu calon sekretaris baru atasan mereka, ada juga yang menduga kalau Saviera seorang gadis liar yang sedang merayu atasan mereka.
Sedangkan Laura sudah menunggu Gunawan di depan ruangan atasannya.
Saat Gunawan datang Laura langsung menundukkan kepalanya memberikan hormat, saat ia mengangkat kepala ia dikejutkan dengan kehadiran sosok gadis cantik di samping atasannya itu.
Di dalam ruangan Gunawan menduduki kursi keagungannya. sedangkan Saviera langsung duduk di sofa yang tersedia di ruangan sang papa.
"Bagaimana persiapan rapat?" tanya Gunawan.
"Persiapannya sudah ok pak,,,, kalau boleh saya tau bapak mau bahas tentang apa pak?" tanya Laura ingin memastikan tujuan rapat mendadak kali ini.
"Siapa atasannya? Kau kah atasan di sini?" sela Saviera muak melihat Laura.
Laura yang mendapat perkataan sedemikian rupa langsung menatap ke arah Saviera. Ia tidak menyangka gadis yang di bawa atasannya bisa membuat dirinya malu di depan atasanya.
"Permisi nona,,, saya sedang berbicara dengan atasan saya" ucap Laura berusaha ramah kepada Saviera.
"Tidak perlu kau bertanya, lebih baik kau segera keluar dan segera siapkan rapatnya" ucap Saviera mengusir Laura.
"Ma,,," ucapan Laura terpotong.
"Benar apa yang di katakan Saviera, lebih baik kamu segera mempersiapkan rapat" ucap Gunawan.
"Baik pak" ucap Laura pasrah.
Laura keluar dari ruangan Gunawan sebelum itu ia memberikan tatapan permusuhan terhadap Saviera. Sedangkan Saviera yang melihat tatapan Laura cuma bisa tersenyum mengejek.
"Awas saja kau nanti" gumam Laura di luar ruangan Saviera, lalu pergi untuk menyiapkan rapat
Ia yakin kalau Saviera itu adalah seorang gadis penggoda.
Sedangkan di dalam ruangan Gunawan, saat ini Saviera sedang menyiapkan alat buktinya. Ia tidak ingin satu orang pun lolos dari cekamannya.
"Sudah jam 9 ayok kita keruang rapat" ucap Gunawan yang melihat jam di tangannya.
"Baik lah" ucap Saviera lalu mengikuti langkah kaki Gunawan.
Didalam ruangan rapat, semua orang merasa heran sekaligus bingung dengan rapat mendadak yang di buat oleh atasan mereka namun ada beberapa orang yang merasa ketakutan.
Saat Gunawan memasuki ruangan di ikuti oleh Saviera di belakang Gunawan, membuat Laura menatap Saviera penuh rasa benci.
"Silahkan duduk" ucap Gunawan.
Saviera masih berdiri karna tidak ada kursi yang di sediakan untuknya, ia yakin ini ulah sekretaris papanya.
"Gue bikin kaki lo bengkak karna kelamaan berdiri" gumam Laura senang melihat Saviera berdiri di samping Gunawan.
Gunawan yang melihat Saviera masih berdiri dan juga tidak ada kursi kosong untuk Saviera membuatnya cukup emosi, tapi ia tidak ingin rapat kali ini tertunda karna emosinya.
"Laura kamu berdiri, biarkan Saviera duduk" ucap Gunawan memerintah sekretarisnya.
Laura yang di suruh berdiri langsung membelalakkan matanya, pasalnya ini kali pertama atasannya itu menyuruh dirinya berdiri dan membiarkan orang lain duduk di tempat duduknya.
"Loh kok belum berdiri,,,, saya suruh berdiri ya berdiri" tegas Gunawan membuat seisi ruangan merasa takut kalau atasannya itu emosi.
Dengan terpaksa Laura berdiri dan menyerahkan tempat duduknya kepada Saviera.
"Hmmm,,, saya rasa kalian merasa kebingungan karna saya mengadakan rapat secara mendadak" ucap Gunawan tidak ingin buang-buang waktu lagi.
Tidak ada yang menjawab, tapi anggukan kepala bawahan Gunawan menandakan kalau mereka memang lagi kebingungan.
"Saya tidak ingin menunda-nunda, rapat kali ini akan di ambil alih oleh Saviera" ucap Gunawan lalu mempersilahkan Saviera untuk memulai rapat.
Para bawahan Gunawan merasa bingung, kenapa seorang anak gadis yang usianya masih muda yang di perintahkan atasan mereka untuk memimpin rapat kali ini.
"Saya tidak mau basa-basi,,, Laura, Doni dan Joni apa kalian tidak memiliki masalah dengan perusahaan?" ucap Saviera langsung.
Deg,,,,
Ketiga orang yang di sebutkan namanya itu merasa jantung mereka berdetak kencang, pasalnya anak gadis yang di bawa atasannya itu menyebutkan nama mereka serta mempertanyakan apakah mereka memiliki masalah dengan perusahaan.
"K-kami tidak memiliki masalah dengan perusahaan" ucap Doni meskipun sedikit gugup.
"Saya juga tidak ada masalah dengan perusahaan" ucap Laura berusaha terlihat tenang.
"Kalau kalian tidak membuat masalah tidak mungkin perusahaan mengalami kerugian puluhan miliar" ucap Saviera dengan tatapan tajamnya.
"Ke-kerugian? Kami tidak tahu soal itu" ucap Joni angkat suara.