Benar kata orang, tidak ada hal yang lebih menyakitkan kecuali tumbuh tanpa sosok ibu. Risa Ayunina atau kerap disapa Risa tumbuh tanpa sosok ibu membuatnya menjadi pribadi yang keras.
Awalnya hidup Risa baik baik saja meskipun tidak ada sosok ibu di sampingnya. Karena Wijaya—bapak Risa mampu memberikan kasih sayang penuh terhadapnya. Namun, di usianya yang menginjak 5 tahun sikap bapak berubah drastis. Bapak yang awalnya selalu berbicara lembut kini berubah menjadi sosok yang keras, berbicara kasar pada Risa dan bahkan melakukan kekerasan fisik.
“Bapak benci sama kamu, Risa.”
Risa yang belum terlalu mengerti kenapa bapaknya tiba tiba berubah, hanya bisa berdiam diri dan bersabar. Berharap, bapak akan kembali seperti dulu.
“Risa sayang bapak.”
Apakah Bapak akan berubah? Apa yang menyebabkan bapak menjadi seperti itu pada Risa? Ikuti terus kisah Risa dan jangan lupa untuk memberikan feedback positif jika kalian membaca cerita ini. Thank you, all💐
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hyeon', isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS 20
Hari ini mentari tampak hadir dengan terang. Tidak ada awan bendung yang menutupi langit biru. Tapi, perasaan Risa tak secerah mentari pagi. Hidupnya selalu hitam putih. Yang berjalan begitu saja tanpa adanya warna.
Risa yang sudah siap dengan seragamnya bergegas untuk keluar. Ketika menuruni tangga, matanya melihat bapak dan temannya–Alex. Risa tak begitu memperdulikan dua orang itu. Ia terus berjalan tanpa mau menyapa bapak dan Alex. Sebelum pergi, Risa mengambil dua bungkus roti yang ia simpan di dalam kulkas.
“Kamu sudah sembuh?” Risa melirik sekilas Alex yang bertanya.
“Iya, Om.” Setelahnya buru buru Risa berjalan keluar rumah. Baru saja Risa melangkah kakinya, terdengar bapak yang memanggil namanya. Risa pun berbalik menatap ke arah bapak.
“Ada apa?” Risa berdecak sebal karena bapak yang mengabaikannya. Melihat bapak tak kunjung bicara, Risa lantas berbalik dan segera pergi meninggalkan bapak yang masih tetap diam.
“Bodoh! Apa yang kau pikirkan, Wjaya? Sampai kapan kau akan begini?”
“Aku hanya bingung, Alex. Setiap menatap mata Risa, aku selalu teringat akan Nina.”
“Terserah. Jika kau masih ingin seperti ini, kenapa kau tidak membiarkan Alan membunuh putrimu?”
“ALEX!!” Alex hanya tersenyum mengejek melihat bapak yang tersulut emosi. Bapak lantas pergi meninggalkan sahabatnya itu.
“Semoga kau segera menemukan arah, Wijaya.”
*****
Saat ini, Risa tengah berjalan menuju kelasnya. Ketika berjalan, matanya tak sengaja menangkap sosok Jeff yang tengah berbicara dengan seseorang. Tak mau berlama-lama di sana, Risa segera melangkahkan kakinya.
Baru saja ia memasuki kelas, Lala dengan sengaja menabrak bahunya. Risa hanya diam melihat Lala yang menatapnya sinis. Tak ada habisnya Lala mengganggu dirinya.
“Hai, Ris. Kamu udah sembuh?” Sapa salah satu teman sekelas Risa.
“Iya.” Jawab singkat Risa yang kemudian mendudukkan tubuhnya pada kursinya. Terdengar bell masuk berbunyi, semua orang yang berada di luar tampak berbondong masuk ke dalam kelas.
Terlihat seorang guru memasuki kelas. Semuanya pun langsung duduk di bangkunya masing masing. Selama pelajaran, semuanya mengikuti dengan baik. Risa kembali fokus pada pelajarannya tanpa memikirkan insiden yang terjadi belakangan ini.
Ketika Risa sibuk mengerjakan tugas yang diberi oleh gurunya, terlihat Jeff yang lewat seraya menatap Risa. Sontak Jeff menghentikan langkahnya kala mendapati sosok Risa. “Dia udah sembuh?”
“Woi, napa malah berhenti?” Jeff pun sadar dari lamunannya kala lengannya disenggol oleh temannya. Jeff lantas berhenti menatap Risa dan pergi begitu saja tanpa berniat membalas ucapan temannya.
Tanpa sengaja Risa menangkap tubuh Jeff yang sudah lebih dulu pergi dari sana. Melihat Jeff yang mulai menghilang, membuat Risa mengalihkan pandangannya. Ia pun kembali fokus pada tugasnya. “Mungkin, ini yang terbaik.” Batin Risa.
Tiba tiba bell istirahat berbunyi. Semuanya langsung membereskan buku bukunya. Sebagian ada yang keluar menuju kantin. Dan ada juga yang menyantap bekalnya. Risa memilih untuk pergi ke rooftop. Tempat di mana ia selalu menikmati waktunya sendiri.
Namun, sebelum pergi ke rooftop, Risa menyempatkan ke kantin untuk membeli sebotol minuman. Setelahnya ia bergegas menuju rooftop.
“Huhh, kangen banget sama tempat ini.” Langkahnya berjalan mendekati pembatas antara lantai bawah. Ia meletakkan minumnya di bawah. Setelahnya Risa mulai memakan roti yang telah ia bawa dari rumah. Risa memakan dengan tatapannya lurus ke depan.
“Di sini rupanya.” Risa yang asik makan lantas menolehkan kepalanya kala mendengar suara seseorang yang tidak asing. Matanya menyipit melihat siapa orang itu.
“Jeff.”
“Gimana kabar lo?” Risa hanya diam dengan mulutnya yang masih penuh roti.
“Telen dulu rotinya.” Risa sontak menelan sisa roti yang ada di mulutnya habis. Jeff tersenyum tipis melihat tingkah Risa yang menurutnya lucu.
Risa berniat untuk pergi dari sana. Ia segera mengambil minumnya yang berada di bawah. Buru buru Risa berjalan cepat pergi meninggalkan Jeff. Namun, tangannya lebih dulu dicekal oleh Jeff. Netra keduanya saling bertemu.
“Kenapa menghindar?” Tanya Jeff dengan suara beratnya. Hening. Risa sama sekali tak berniat membalas pertanyaan Jeff. Cukup lama mereka saling terdiam dengan posisi Jeff yang masih terus memegang pergelangan tangan Risa.
“Gue tanya, kenapa lo ngehindar? Gue ada salah sama lo? Sorry soal waktu itu, gue nggak bermaksud untuk nyinggung perasaan lo. Gue cu–”
“Lo nggak salah, ini salah gue.” Potong Risa dengan cepat seraya melepaskan cekalan Jeff. Ia pun berjalan pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.
“Sa, se–nggak bisa itu untuk kita temenan?” Risa pun menghentikan langkahnya. Kepalanya menunduk dalam dalam. Air mata mulai jatuh tanpa izin. Tangannya meremat kuat botol yang ia pegang.
“Kita saling kenal aja udah salah. Apalagi untuk temenan.” Suara Risa terdengar begitu parau. Mulutnya bergetar menahan isak tangis.
“Tapi kenapa, Sa? Apa yang salah dari gue? Kenapa kita nggak bisa temenan?”
“Lo nggak salah, Jeff. Gue, gue yang dari awal salah. Hidup gue udah berantakan, akan lebih baik gue menjauh.”
“Lo salah, Sa. Gue sama sekali nggak masalah sama latar belakang lo. Kita kemarin kemarin baik baik aja, kenapa lo jadi gini?”
“LO NGGAK NGERTI GIMANA RASANYA DI POSISI GUE, JEFF!!” Bentak Risa seraya menuding wajah Jeff.
“Lo nggak ngerti dan nggak akan pernah ngerti.” Setelah mengatakan itu, Risa berjalan dengan cepat meninggalkan rooftop. Ia membuang botol minumnya kala melewati tempat sampah. Risa pun segera berlari seraya menyeka air matanya yang membasahi pipinya.
Di rooftop, Jeff masih diam mematung. Pikirannya kacau balau. Benarkah ini akhir dari pertemanannya dengan Risa? Apakah harus secepat ini? Baru saja dirinya bahagia ketika merasa dekat dengan Risa. Namun, sekarang? Semuanya hancur begitu saja.
“Kenapa, Sa? Kenapa harus gini? Tanpa gue sadari, gue jatuh hati sama lo, Risa..”
*****
Saat ini Risa berjalan dengan tatapannya yang datar. Ia terus berjalan menuju parkiran. Sesampainya, ia segera mengambil sepedanya. Namun, pandangannya beralih pada Jeff yang baru saja datang.
Lama mereka bersitatap, hingga akhirnya Risa memutuskan tatapannya itu. Ia bergegas mengayuh sepedanya pergi dari sana. Tanpa menunggu lama, dengan segera Jeff mengikuti Risa dari kejauhan.
Kini Jeff berada di belakang Risa lumayan jauh. Jeff terus mengendarai motornya dengan kecepatan pelan. Ia tidak mau Risa tahu akan dirinya yang mengikutinya. Tetapi, Risa sudah lebih dulu sadar akan keberadaan Jeff.
“Dia kira gue nggak tahu?” Jeff terkejut kala Risa yang tiba tiba menepikan sepedanya. Risa pun membalikkan tubuhnya menatap Jeff yang sudah berhenti. Tatapannya tajam seperti elang yang mendapatkan mangsa. Sontak membuat nyali Jeff menciut.
“Kenapa ngikutin gue? Mau jadi penguntit?” Tanya Risa dengan suara dinginnya. Entah kebetulan seperti apa, tapi jalanan nampak sepi. Hanya terdapat Jeff dan Risa.
Mata Risa terbelalak ketika melihat Jeff yang berlutut. Keningnya mengkerut tanda heran. Ia lantas berjalan menghampiri Jeff, memaksanya untuk bangun. Namun, Jeff malah menarik tangan Risa hingga membuat tubuh Risa jatuh ke dalam dekapan Jeff.
“Tolong jangan pergi, gue mohon.”
*****
HAPPY READING GAISSS👀✨
Maaf jarang update, heheee