NovelToon NovelToon
Gairah Cinta Sang Mafia

Gairah Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Romansa / Sugar daddy / Chicklit
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Arsenio Wickley, seorang mafia yang berusia 39 tahun. Semenjak kejadian kekasihnya pergi karena kesalahan pahaman, semenjak itu Arsenio menutup hatinya untuk semua wanita. Tapi, kehadiran seorang gadis mengubah pendiriannya. Clara datang kepadanya, dan berniat menjadi sugar baby Arsen. bukan karena uang tapi karena ia butuh kasih sayang yang tidak ia dapat dari orang tuanya.
" Om, aku mau jadi sugar Baby om" ucap Clara sambil menatap wajah Arsen.

" Apa kau tahu, apa yang dilakukan Sugar Baby?" Arsen mendekati wajah Clara, membuatnya sedikit gugup.

" Memang apa yang harus aku lakukan?" tanya Clara yang penasaran, ia hanya tahu sugar baby itu hanya menemani makan, dan jalan-jalan.

" kau harus menemaniku tidur, apa kau mau?" Arsen semakin memojokkan tubuh Clara.

" tidak!! aku tidak mau.." Clara berlari saat mendengar ucapan Arsen.

" Dasar bocah ingusan" ucap Arsen seraya menggelengkan kepala.

Nantikan kisah kelanjutannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hukuman Liam

Di kantin kampus, Jodi melamun, matanya kosong menatap gelas yang ia aduk-aduk. Di sampingnya, Vanya sibuk dengan ponselnya, tampak tidak peduli dengan apa yang sedang dipikirkan Jodi. Namun, Jodi tak bisa menahan perasaannya lagi. Tanpa menoleh, ia bertanya dengan nada cemas,

"Kenapa dia tidak jujur padaku?"

Pertanyaan itu seolah menggantung di udara, merayap perlahan menuju perhatian Vanya.

Vanya hanya diam, matanya masih tertuju pada layar ponselnya. Melihat itu, Jodi kembali bicara dan kali ini dengan nada tajam.

"Pasti kau tahu siapa pria itu?"

Jodi menatap Vanya dengan tajam, seakan mencoba mencari jawaban tersembunyi di balik ekspresi datar temannya.

"Maaf Jod, aku tidak bisa memberi tahumu. Kalau sebenarnya Clara berhutang pada pria itu..." Vanya menyelesaikan kalimatnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.

"Berhutang?" Jodi langsung terkejut, mulutnya ternganga. "Berapa? Kenapa Clara tidak minta bantuanku?" suara Jodi semakin meninggi, tak bisa menahan amarah yang tiba-tiba muncul.

Vanya terkejut mendengar Jodi berteriak. Cepat-cepat ia menoleh, wajahnya terlihat bingung dan cemas. "Aduh... mulutku keceplosan," Vanya menampar bibirnya dengan cepat, berusaha memperbaiki kata-katanya.

"Tunggu! Vanya! Jawab!" Jodi menggoyangkan pundak Vanya dengan sedikit kasar, menunjukkan ketidaksabarannya.

Vanya menghela napas panjang, akhirnya menyerah pada rasa ingin tahu Jodi. "Oke, aku akan cerita, tapi kau harus janji tidak akan marah," katanya hati-hati. Jodi mengangguk cepat, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Pria itu... Clara terjebak dalam hutang besar padanya. Aku tidak tahu persis berapa banyak, tapi aku bisa pastikan itu bukan hal kecil. Itu sebabnya Clara terpaksa menutupi semuanya," Vanya berkata dengan suara pelan, matanya kembali menunduk, menghindari tatapan Jodi yang semakin tajam.

Jodi bangkit dari tempat duduknya dengan cepat, wajahnya merah karena marah. "Aku akan menemuinya dan membayar semua hutang Clara! Tidak ada yang boleh memanfaatkan dia seperti itu," kata Jodi dengan penuh tekad, berbalik dan siap pergi.

Vanya menahan lengan Jodi, membuatnya berhenti sejenak. "Tunggu dulu! Kau tahu di mana dia tinggal? Clara sudah diusir dari rumahnya, dan aku tak tahu dia sekarang di mana," ucap Vanya dengan ragu.

Jodi tampak bingung dan frustrasi, wajahnya mengerut kesal.

bruk..

 Ia menendang kursi di depannya dengan keras. "Sial," keluhnya, lalu bergegas keluar dari kantin tanpa menoleh lagi ke arah Vanya.

Vanya hanya bisa melihat Jodi pergi dengan kebingungan, sambil bergumam pelan. "Kenapa dia marah? Clara kan bukan kekasihnya... atau mungkin..." Pikirannya terhenti sejenak, seolah sebuah pemahaman baru muncul dalam benaknya.

Sementara itu, tak jauh dari sana, Sera sedang duduk bersama teman-temannya, Bella dan shelly. Wajahnya tampak puas, meski ada kekosongan di matanya. Bella melirik ke Sera dan tersenyum penuh arti.

"Sera, kau tahu siapa om-om yang bersama Clara tadi? Wajahnya tidak asing. Seperti aku pernah melihatnya," ucap Bella dengan rasa penasaran.

Sera mengerutkan kening, tapi kemudian mengangguk. "Ya, aku juga merasa begitu. Pria itu... bukan seperti pria biasa. Apalagi tubuh kekarnya.. ," ucap Sera dengan nada terkesan, matanya seolah merenung dalam memikirkan pria itu.

Bella mendekat dan berbisik pelan, "Pasti kau membayangkan tidur dengannya, kan?"

Sera tertawa pelan, "Hmm... mungkin saja," jawabnya santai, meskipun sangat jelas ia menginginkan Arsen. ingatannya kembali pada kejadian kemarin saya ia tidur dengan pria asing, dan Arsen sangat jauh sempurna dari pria itu.

Tiba-tiba, seorang pria datang dan duduk di samping Sera, merangkul bahunya dengan penuh percaya diri.

"Hai beb,"

Sera langsung menepis lengan Bobby, membuat Bobby bingung dan sedikit terkejut.

"Beb, kenapa? Kita baik-baik saja, kan?" Bobby menatap Sera dengan penuh keheranan.

Sera menarik napas dalam-dalam, matanya sedikit tajam. "Mulai sekarang, jangan cari aku lagi. Aku sudah bosan denganmu," ucap Sera dengan tegas, sambil berdiri dan memberi kode pada temannya untuk pergi.

Bobby tampak kesal, genggaman tangannya mengepal erat. "Sial, aku tidak akan membiarkan ini terjadi!" gumamnya, semakin marah melihat Sera yang menjauh.

****

Di Apartemen Arsen

Suasana di ruang tamu apartemen Arsen mendadak sunyi seperti kuburan. Tiga pria duduk berjejer di sofa panjang, masing-masing bungkam, tak berani bersuara. Aura kemarahan dari Arsen terasa begitu pekat, seolah-olah udara pun enggan bergerak.

Wajar saja. Baru saja Arsen nyaris menikmati momen intim bersama Clara, wanita yang belakangan ini mengusik pikirannya siang malam. Namun, momen itu hancur berantakan karena tiga makhluk tak tahu diri itu—Arion, Bastian, dan Liam—masuk begitu saja tanpa izin.

Arsen bersandar di kursinya, menatap tajam ke arah mereka. Matanya seperti pisau yang siap menyayat.

"Arion," ucapnya dingin. "Kartu kredit Daddy Sita, serahkan sekarang juga."

Arion tersentak. "N-no… Daddy… jangan yang itu. Itu satu-satunya harapan hidupku," lirihnya memelas seperti anak ayam kehilangan induk.

Arsen tak menggubris. Ia melirik ke arah Bastian. "Kau... Gajimu dipotong. Lima puluh persen. Tanpa negosiasi."

Bastian menunduk dalam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia tahu, melawan hanya akan memperparah nasibnya.

Lalu, pandangan Arsen beralih ke Liam yang justru masih bisa santai bersandar dengan kaki bersilang. Namun, tatapan Arsen yang kini dibubuhi senyum—senyum sinis yang membuat bulu kuduk meremang—membuat Liam mulai resah.

"Dan kau," suara Arsen serendah bisikan, "karena semua ini idemu, aku akan berbaik hati... memberikan hukuman yang spesial."

Liam langsung duduk tegak. "Arsen, kita itu sahabat, bro. Jangan kejam padaku. Lagian kalian kan bisa… melanjutkan lagi nanti setelah kami pergi."

Alih-alih membuat Arsen tenang, ucapan Liam malah membuatnya makin geram. Pria itu melirik Clara yang duduk terpaku di sebelahnya, wajahnya memerah karena malu.

"Buka bajumu," perintah Arsen datar.

Liam terbelalak. "Apa?! Kau gila, ya? Jangan karena kau gagal sama wanitamu, terus kau malah mau—oh tidak, Arsen! Aku sahabatmu! Sahabat!"

Ia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan, pura-pura ketakutan seperti gadis di film horor.

"Buka bajumu dan lari keliling apartemen. Tiga kali putaran," perintah Arsen lagi, kali ini lebih tegas.

"Aku lebih baik mati daripada lari tanpa pakaian!" seru Liam dengan ekspresi dramatis.

"Baiklah," Arsen berdiri, membuka laci kecil di dekat meja kopi, dan mengeluarkan sebuah pistol hitam. Ia menodongkan ujungnya ke arah Liam tanpa ragu.

Liam langsung melonjak dari tempat duduknya. "Oke! Oke! Aku hanya bercanda! Lihat? Aku buka, Tapi jangan tembak!"

Ia buru-buru melepaskan kaosnya, lalu melesat keluar apartemen sambil berteriak-teriak.

"Arion, Bastian!" seru Arsen. "Jaga dia. Jangan sampai kabur. Hitung sampai tiga putaran."

"Siap, Daddy!" jawab Arion cepat.

"Baik, Tuan!" sahut Bastian, langsung mengejar Liam ke luar apartemen.

Arsen mengembuskan napas berat, lalu menyandarkan punggungnya ke sofa. Baru saja ia hendak menenangkan diri, ia menyadari Clara di sebelahnya tampak pucat. Tubuh gadis itu sedikit menjauh darinya, seolah siap melompat keluar jendela kalau perlu.

"Kenapa? Takut?" tanya Arsen datar. Ia lalu memutar pistol di tangannya. "Ini cuma mainan," ucapnya lalu meletakkannya kembali ke dalam laci.

Clara menatapnya tak percaya, lalu tertawa kecil. "Oh... aku pikir itu sungguhan. Melihat mereka semua ketakutan,"

Arsen ikut tersenyum tipis, meski dalam hati, ia tahu senyum itu takkan bertahan lama jika Clara mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Seorang mafia yang hidup dalam lingkaran dunia gelap, penuh darah dan pengkhianatan.

Namun untuk sekarang, ia biarkan Clara percaya bahwa semuanya hanya lelucon. Biarlah kenyataan pahit itu menunggu. Karena saat ini, ia hanya ingin menikmati detik-detik langka bersama wanita yang perlahan-lahan mengisi kekosongan di hatinya.

****

Makan Malam yang Tak Biasa

Suasana makan malam di apartemen Arsen malam itu terasa berbeda. Setelah drama hukuman sore tadi, kini keempat pria—Arsen, Liam, Arion, dan Bastian—duduk berjajar di meja makan, menanti dengan sabar. Atau lebih tepatnya, dengan perut lapar. Sambil memperhatikan Clara yang masih sibuk menata makanan.

Clara baru saja menyelesaikan masakan hasil perjuangannya di dapur. Meski masih canggung, ia tetap dengan telaten menyusun piring-piring berisi hidangan lezat di meja makan. Ia merasa kasihan pada ketiga pria yang dihukum habis-habisan oleh Arsen—terutama Liam, yang sempat lari keliling apartemen dalam keadaan… ya, ‘minim kain’.

Arsen sendiri awalnya tak berniat mengizinkan mereka makan malam bersama. Namun, tatapan memohon dari Clara membuatnya luluh juga.

Begitu hidangan diletakkan, tanpa aba-aba, Liam langsung meraih sendok dan menyendok nasi serta lauk dalam jumlah mengerikan ke piringnya. Ia makan dengan lahap, seperti orang yang belum makan tiga hari tiga malam.

“Uncle lapar?” tanya Arion polos dari sebelahnya, sambil mengunyah perlahan.

Liam hanya melirik sekilas. “Kau pikir saja sendiri,” gumamnya, tak menghentikan gerakan makannya yang agresif.

Arsen, yang duduk di ujung meja, menatap Clara yang masih berdiri sambil memegang piring berisi kepiting saus tiram—masakan favoritnya.

“Duduklah, ayo makan bersama,” ujarnya pelan, nada suaranya jauh lebih lembut dibandingkan saat ia memerintah ketiga pria itu. Ia meraih tangan Clara dan menariknya agar duduk di kursi kosong di sebelahnya.

Clara menurut, walau pipinya sedikit merona. Ia tahu Arsen berbeda saat bersamanya. Lebih manusiawi, lebih… hangat.

Namun, Arion—yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Arsen—hanya bisa mengunyah sambil mencuri pandang. Pandangannya beralih ke Clara yang sedang menyendokkan kepiting ke piring Arsen. Tatapannya jelas penuh rasa ingin tahu.

Belum sempat Arion membuka mulut, suara dingin Arsen memecah ketegangan.

“Jaga pandanganmu… kalau kau tidak mau kehilangan kedua matamu.”

Arsen tak menoleh, tapi nada suaranya cukup membuat siapa pun ciut. Ia sedang sibuk memandangi Clara di sampingnya, tak suka jika orang lain—termasuk anak angkatnya sendiri—terlalu lama menatap wanita itu.

Liam yang mendengar ucapan itu langsung tertawa keras. “Bwahahaha—Uhukk! Uhukk!” Tawanya berubah jadi batuk tersedak. Ia tidak menyangka, Arsen bisa cemburu bahkan pada Arion.

“Ini azab untuk Uncle,” komentar Arion datar sambil menepuk-nepuk punggung Liam, seolah menyampaikan bela sungkawa.

Clara refleks bangkit dari duduknya dan menuangkan air ke dalam gelas. Ia segera menyodorkannya ke Liam. Tanpa pikir panjang, Liam meraihnya dan meneguk habis.

Arsen menatap kejadian itu dengan mata menyipit.

“Hukumanmu bertambah,” ucapnya pelan tapi jelas, masih dengan nada datar namun penuh ancaman.

Liam menoleh dengan napas masih tersengal. “Astaga, Arsen… Aku cuma—”

“Diam. Selesaikan makan kalian dan segera angkat kaki dari sini,” potong Arsen tanpa ampun, lalu menyuap makanannya dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa.

Clara hanya bisa menahan tawa. Melihat Arsen yang biasanya dingin dan penuh aura intimidasi, kini bersikap posesif dan kekanakkan karena cemburu, rasanya sungguh menghibur. Pria itu jelas-jelas sedang jatuh hati, tapi terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Sambil menyuap perlahan, Liam kembali bergumam pelan. “Huh... Daddy-mu benar-benar gila.”

Bastian, yang sedari tadi diam dan menyimak, tiba-tiba berbisik lirih sambil tersenyum tipis, “Bukan gila… tapi Tuan sedang kasmaran.”

Setelah makan malam, mereka semua bersiap pulang. Tapi , Sebelum pulang. Liam mendekati Arsen dan membisikkan sesuatu.

"Ada petunjuk dari kasus kemarin, bukti itu aku simpan di mansion, kembalilah malam ini"

Belum sempat menjawab, giliran Arion yang berbicara. " Dad, ada undangan peresmian perusahaan. baru, MC Corporation Minggu depan,"

"Ya.. cepatlah pergi," Arsen mengibaskan tangannya seperti mengusir anak ayam yang mengacau perkarangan nya.

"Ayo pergi kita sudah diusir, Daddy mu pasti tidak mau diganggu," ucap Liam kemudian berbalik sebelum keluar pintu.

"Terima kasih makanannya, cantik,"

Setelah mengucapkan itu, Liam langsung berlari kabur diikuti Bastian dan Arion.

"Uncle tidak takut mati!," jerit Arion sambil berlari.

1
☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄ🍎
jgn2 Clara mau kabur.. krn tau siapa sbnrnya arsen
vj'z tri
sera menyerahkan diri ke dewa kematian 🤣🤣🤣🤣🤣
☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄ🍎
keren... tp knp sera gk sekalian diseret aja.. biar kapok
Dhaa28: nanti kak, bakal ada balasan buat sera🙂
total 1 replies
vj'z tri
wuahhhhh ada yang langsung lega perasaan nya 🤭😁🥳🥳😘
vj'z tri
gak tahu ajj Mr Arsen dah nahan dari malam 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
shila fardell
gass thorrr...
shila fardell
crita mu oke thorr ... semangattt 🤗
vj'z tri
ketawan kan pura pura tidur 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri: iya kk sambil nunggu up coba baca karya yang satu lagi seru juga loh 🥳🥳
Yunita Samsung: seru banget ya cerita nya
total 2 replies
Dessy Rinda
lnjt kak thor,up nya jgn lm2 ya..seru ceritanya
Dhaa28: siap kak👍👍
total 1 replies
vj'z tri
auto lari keburu singa ngamok 🤣🤣🤣🤣🤣
Dhaa28: wkwkwkwk.
total 1 replies
vj'z tri
buahahahhaha jadi detektif nya belum sejam dah kebongkar Dady Arsen 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
jodi bisa tolong minggir sebentar itu yang punya Clara udah membara 😱😱😱
vj'z tri
😭😭😭😭😭😭😭😭😭 bersambung lagi 😭😭😭😭😭🤧🤧🥳
vj'z tri
huawasaaaa alarm bahaya berbunyi ....ayang beb langsung meluncur ✈️✈️✈️✈️✈️✈️🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
lanjut Thor 🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
lanjut Thor penasaran aku loh 🤭🤭🤣
Dhaa28: jadi semangat buat update 😆
total 1 replies
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
🤭🤭🤭🤭 ternyata selain aku Vanya juga mendukung 🤭🤭🤭
vj'z tri
lanjut gak pake lama 🥳🥳🥳
vj'z tri
kalau Deket clara ,auto amnesia ya ar🤣🤣🤣🤣
Dhaa28: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!