(***) Peony surgawi adalah seorang gadis yatim piatu . dia tinggal bersama seorang Bibi penjual bunga yang bernama Aura Herawati , dia tidak mempunyai anak dan suami . Peony tinggal bersamanya semenjak usia delapan tahun .
***
Al gozali Matthew adalah seorang anak laki laki kecil yang sejak lahir telah di tinggal pergi ibunya mengejar kemewahan duniawi . dia tumbuh menjadi anak laki laki yang dingin dan datar seperti Ayahnya Al Gibran Matthew .
semenjak di khianati oleh istrinya ,Al Gibra Matthew sangat membentengi diri dengan namanya wanita .Semenjak sang istri pergi bersama laki laki yang lebih kaya darinya ,karena kehidupan Matthew saat itu masih kalang kabut .
suatu hari Al tanpa sengaja bertemu dengan Piony . melihat kelembutan kesabaran dan kebaikan Piony Al menginginkannya sebagai temannya . karena selama ini kehidupan anak berumur lima tahun itu sangat abu abu .
apakah Matthew akan mengabulkan permintaan Al putra . perubahan apa yang akan terjadi pada Al Gibran Mat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Peony mengalihkan wajahnya ketika mendengar denting notifikasi dari telepon genggamnya yang ada di saku celananya .
"Tuan Muda , Saya ijin untuk melihat pesan sebentar ."
Al menoleh ke arah Peony ." Kamu lihat saja Pey , tidak perlu minta ijin padaku , kita kan berteman ."
Peony tersenyum melihat Al juga tersenyum polos padanya .memang seperti niat Al menginginkan peony , yang butuh teman , dan sejauh ini benar benar menganggap Peony sebagai teman bukan sebagai pengasuh .
Peony mengerutkan kening ketika melihat nomor baru sebagai si pengirim pesan . Padahal awalnya Peony berharap itu pesan dari Bibi Aura .
"Kamu sengaja bermain main dengan saya ? Saya tidak suka menunggu terlalu lama . Cepat ke sini , atau kamu akan tahu akibatnya ."
Peony terpaku ngeri membaca chat pada layar benda pipih itu . Dia langsung bisa menebak jika itu adalah nomor kontak sang majikan , Matthew .
"Ekhm...Tuan Muda . Mungkin Tuan Matthew sudah berada di meja makan . Mari kita ke bawah sekarang ." Ajak Peony pada Al .
"Baiklah , Ayo kita pergi ."
Tepat ketika mereka berada di depan lift , Peony melirik Al ."Ehm..Tuan Muda sepertinya saya melupakan sesuatu . Bisakan Tuan Muda turun lebih dulu dengan pelayan lain . Nanti saya akan segera menyusul ke bawah , bolehkan Tuan Muda?"
"Kamu melupakan apa?"
Peony diam sejenak ."Oh itu saya lupa ponsel dan beberapa benda yang lain , Anda pergilah terlebih dahulu ."
"Oh ,baiklah kalau begitu . Jangan lama lama ya . Aku akan tunggu di bawah ."
"Baik ,Tuan Muda ."
Peony menatap pintu lift yang tertutup sambil tersenyum . Dia membalas lambaian tangan Al untuknya . Tepat ketika pintu lift tertutup sempurna . Peony menghembuskan napas lega . Jantung gadis itu mulai berdisko di dalam sana . Merasa ngeri harus menemui Matthew ke kamar sekarang .
"Baiklah ,tenang ,Peony . Dia tidak mungkin akan menggigitmu ,atau memakanmu . Tenanglah dia juga manusia , bukan harimau ." Peony bergumam di sela langkahnya menuju kamar Matthew .
Wajah Peony begitu kaku . Dia sudah membayangkan wajah Matthew . Mata tajam itu menatapnya dengan tatapan menusuk seperti biasa .
"Huft...."Peony menarik napas dalam sebelum mengangkat tangan untuk mengetuk pintu kamar sang majikan .
Tok....tok....tok
"Masuk ."
Dengan perlahan Peony membuka handel pintu kamar Matthew . Tentu saja gadis itu bergerak dalam keraguan . Rasa ngeri melingkupi benak dan hatinya saat ini .
"Saya tidak suka orang lamban ,bergegas ."
Peony terlonjak saat dengar suara berat itu menyapa indera pendengarannya . Dia memang bergerak pelan karena takut .
"Maaf, Tuan . Saya ijin masuk ." Peony bergerak semakin masuk ke dalam kamar yang luas itu .
Kepala gadis itu tertunduk , tak berani bertatapan dengan mata tajam Matthew . Jantung Peony semakin berdetak tak karuan ketika dia mulai melihat kaki ranjang . Merasa tak melihat keberadaan kaki Matthew . Peony perlahan mengangkat kepalanya .
Gadis itu akhirnya melihat keberadaan sang majikan . Yang sedang berdiri di dekat dinding kaca pembatas balkon . Matthew yang sedang membelakanginya , sehingga Peony hanya melihat punggung lebar itu .
Hening , Matthew tak mengeluarkan suara dan itu membuat Peony bingung serta tidak tenang .
"Ehm , maaf Tuan . Apa sebenarnya yang perlu saya bantu ?" Akhirnya Peony memberanikan diri untuk bertanya .
Peony hanya tak ingin jika Al menunggu terlalu lama di bawah . Matthew membalikkan tubuhnya dan menatap peony yang langsung menunduk . Pria itu memberikan tatapan tajamnya memperhatikan Peony .
Perlahan Matthew mengayun langkah , dia mendekat . Peony di buat semakin tak tenang , jantungnya bergerak semakin tak karuan di dalam sana .
"Astaga , apa yang ingin Tuan Matthew lakukan ? Dia tidak akan mungkin menonjok ku,kan ? Hukuman macam apa yang akan di berikan Tuan Matthew untuk ku ." Peony bertanya tanya di dalam hati dengan wajah ngeri .
Sangat terlihat jelas ekspresi Peony begitu ketakutan dan tertekan . Dia memilin jari jemarinya di bawah sana , berusaha mengurangi rasa gugup .
Kini Matthew berdiri tepat di hadapan Peony . Pria itu menunduk menatap Peony yang semakin menunduk .
"Angkat kepalamu ."
"H-hah? saya tidak berani ,Tuan ."
"Ini perintah , maka angkat wajahmu sekarang ."
Peony meringis , dia akhirnya dengan terpaksa mengangkat kepalanya secara kaku . Kini sepasang mata Peony berhadapan dengan d**a bidang Matthew yang tertutup kaos santai .
"Angkat lagi , tatap wajah saya ."
Peony terkesiap , dia tentu saja semakin merasa takut ."T-tapi , Tuan...
"Saya bilang , tatap wajah saya ."
Peony hanya bisa patuh dan pasrah . Gadis kecil itu mengangkat kepalanya . Sehingga kini dia saling bertatapan dengan Matthew .
Jantung Peony berdetak semakin tidak normal di dalam sana . Wajah tampan Matthew membuatnya kehilangan fokus . Belum lagi tatapan mata pria itu sangat mempesona .
Meski tajam dan mengerikan . Tetapi tidak bisa dipungkiri jika mata tegas Matthew benar benar mempesona .
"Tidak bisa , aku tidak bisa bertatapan terlalu lama . Aku bisa lemas kalau seperti ini terus ." Peony kembali berceloteh dalam hati . Gadis itu terus berusaha mempertahankan kewarasannya .
"Kau gadis kecil , apa kau sebenarnya ingin menggoda saya? Ingin memancing saya?"
Peony terkejut matanya sedikit membulat mendengar kalimat Matthew ." Apa maksud Anda ,Tuan ? Saya tidak paham ? saya menggoda dan memancing . maksudnya bagaimana?"
Matthew memandang Peony dengan senyum Arogan miliknya ." Tidak usah sok polos dan pura pura paham . Kau sudah berumur dua puluh dua tahun . Tidak mungkin tidak paham apa yang di maksud dengan menggoda pria dan memancing pria . Saya pria dewasa yang begitu matang . Apa kamu sekarang mencoba saya? Gadis kecil sepertimu ternyata punya keberanian juga ,ya?"
Kedua mata Peony berkedip beberapa kali . Dia mencerna maksud kalimat Matthew , sebelum akhirnya melotot dan menggeleng kuat .
"Tidak ,Tuan . Tidak! Saya sama sekali tidak begitu ,Tuan ." Peony mundur sambil menggeleng . Dia kembali menunduk .
Matthew tersenyum miring ,Pria itu kembali maju , memangkas jarak di antara mereka .
"Kejadian di kolam renang ,itu pasti kamu berpura pura tergelincir iya ,kan?" Matthew menunduk dan menatap Peony yang semakin menggeleng kuat .
"Tidak , saya tidak berpura pura ,Tuan? Sungguh! Mana berani saya seperti itu."
Matthew memiringkan kepalanya dan tersenyum sinis ." Kejadian tadi di taman , kamu juga pura pura oleng dan sengaja menarik kaos singlet saya . Sehingga kita jatuh dan berciuman . Kamu ternyata licik juga ya , gadis kecil ."
Wajah Peony memerah saat membayangkan kejadian ciuman tak sengaja tadi pagi . Apalagi hembusan napas hangat Matthew menyapa kulit pipinya . Pertanda jika jarak wajah pria itu begitu dekat dengan wajahnya .
"Saya terkejut ,Tuan . Jadi saya oleng . Bukan pura pura dan untuk masalah menarik baju Anda ...saya minta maaf . Saya benar benar tidak sengaja . Saya spontan melakukan itu , saya sungguh minta maaf .ini semua sungguh tidak di sengaja , bukan juga kepura puraan ."Peony berusaha menjelaskan . Dia menatap wajah Matthew dengan ekspresi kakunya .
"Bahkan itu adalah ciuman pertamaku , mana mungkin aku sengaja . Aku sudah menyiapkan ciuman pertamaku itu untuk suamiku nanti . Tapi ternyata semuanya hanya rencana , ciuman pertama aku telah hilang ." sambung Peony lesu di dalam hatinya .
secara kamar kan ad cctv nya
aku suka Thor Matt tersiksa
karena benci dan cinta itu terlalu tipis
bujang lapuk kah si Matthew thor
secara dia bilang dadanya masih rata