Ibu Guru Cantik "I Love You"

*Ku yakinkan hati bahwa cinta kita akan menyatu dalam ikatan suci

_________

Keyra Attala Haryanto*

"permisi pak kades"

"ya.. loh. Bu keyra tumben-tumbenan ke balai desa pagi-pagi, biasa sore"

"iya pak saya ada perlu"

"mari mari silahkan duduk, ada perlu apa ini? mau minta surat keterangan mau menikah" goda pak kades

"aishh.. pak kades bisa-bisa saja"

"loh.. bukannya sudah dilamar sama duren si duda keren"

wkwkwwkwkwkwkk 🤣🤣🤣

"astaga pak kades kok sekarang jadi BiGos ya" seruku

"apa BiGos" tanya pak kades pula

"biang gosip pak"

"wahahahahahhhhh...." pak kades pun tertawa terbahak bahak

"lah Bu Keyra gimana sih. ini bukan cuma satu dusun Lo, tapi sudah satu kecamatan tau, Bu keyra mau nikah sama pak Julian"

'apa maksud dari Julian menyebar gosip kayak gitu' batinku

"bukan pak, saya mau minta ijin keluar dari klinik, karena saya mau pulang ke kampung halaman saya pak"

"loh..loh.. kenapa Bu, apa gajinya kurang? nanti saya ajukan ke kecamatan"

"bukan-bukan masalah gaji pak, bapak saya membutuhkan saya merawat beliau, karena adik saya kuliah diluar negeri"

"ohhh... begitu ya sudah nanti saya ke kecamatan biar segera dicari pengganti Bu Keyra, karena kita sudah terbiasa dengan fasilitas konsultasi gratis" hahahaha...

"mohon bantuannya ya pak"

_________________________

Julian Attapasha

"tuan maaf... den Nanda dari kemarin belum makan, Sekaran badannya panas" tergopoh-gopoh Baby sister Nanda mendekati Julian ketika masuk rumah

"kenapa gak mau makan tidak seperti biasanya" jawab Julian

"maaf tuan, den nanda mencari ibu guru Rara disekolah, sudah 2 hari ibu guru Rara tidak masuk"

"segera panggil dokter"

"baik tuan"

"halo sayang" kulihat wajah anakku yang pucat, kepegang dahinya terasa panas

"papa, Nanda mau ketemu Bu guru cantik"

"iya sayang nanti papa telepon Bu guru ya, biar Bu guru papa jemput kemari"

"Nanda maunya sekarang papa"

"iya sayang"

"halo Panji, cari tau kenapa keyra guru Nanda tidak masuk 2 hari ini" titah Julian ke panji

"iya tuan"

Panji salah satu tangan kanan kepercayaan Julian, selain menjadi asisten Panji juga bodyguard utama keluarga Attapasha

*assalamualaikum.. halo mas* suara keyra dari seberang telepon, suara yang amat sangat kurindukan dan juga telah begitu masuk dalam hati dan pikiran anakku Nanda

*waalaikumsalam.. key maaf jika aku menggangu waktumu, kamu sekarang ada dimana*

*aku dikota mas*

*dikota?? untuk apa*

*aku habis dari kantor dinas pendidikan, ada apa mas*

*Nanda sakit badannya panas dari kemarin mogok makan, dia ingin bertemu ibu guru nya*

*sakit, kenapa mas gak bisa jagain anak mas sih, ya sudah nanti aku kerumah mas*

*biar sopir ku dikota yang menjemput mu key, share lokasi kamu Sekarang dan tunggu disana*

*iya mas*

segera setelah mendapat share loc dari keyra dan mengirim ke sopir Julian yang ada dikota.

"sayang makan dulu ya, papa sudah telpon Bu guru, Bu guru masih dikota sedang perjalanan pulang"

menggeleng itulah jawaban anakku, benar-benar keras kepala

"ayolah sayang kamu gak mau kan kalau sampai Bu guru marah liat kamu gak mau makan, mau papa suapin" bujukku lagi

dan tetap mendapat jawaban gelengan kepala darinya

"Nanda makan kalau ada Bu gur cantik"

hanya itu kata-kata yang diucapkan nya

drttttt.. drttttt... suara ponsel ku bergetar

*halo Panji ada apa?*

*maaf tuan ini tentang bu guru keyra,dari informasi yang saya dengar sudah dua hari ini beliau pulang pergi ke kota beliau mengurus surat pengunduran diri, dan akan pulang ke kampung halaman nya*

*APAAAA??* syok, aku terkejut mendengar informasi dari Panji,

*ya sudah, lakukan tugasmu*

*ya tuan*

kenapa key kamu menghindar dariku, belum ada penjelasan tentang laki-laki itu, kini kamu akan pergi dari sini, tidak akan pernah aku lepaskan kamu key, aku terlalu menginginkan mu

"maaf tuan Julian kalau tidak salah dugaan saya seperti nya tuan muda gejala tipes, panasnya sudah agak turun, nanti malam bila masih panas lagi tolong segera dibawa ke rumah sakit"

"bagaimana bisa, makannya teratur, selalu makan makanan sehat dan higienis, bagaimana bisa kena tipes"

menjelang sore barulah keyra sampai dirumah

setengah berlari dia menaiki tangga menuju kamar Nanda, bahkan aku yang menunggu nya didepan pintu tidak dipedulikan nya

hanya menyapa dan menanyakan keberadaan Nanda

aku hanya menggeleng kan kepala ku, dan mengikuti nya dari belakang

"keyra jangan lari-lari ditangga, kamu seorang guru, bagaimana kalau jatuh" teriak ku ketika melihat keyra hampir jatuh di anak tangga kedua paling atas, dia membalikkan badannya dan tersenyum manis, membuat ku gemas

"halo sayang.." sapa Keyra ke Nanda

"Bu guru cantik"

"kenapa bisa sakit sih, kan jadi gak masuk sekolah" tanya nya dengan pura-pura marah

"Bu guru cantik gak ada disekolah Nanda juga gak mau sekolah"

"gak mau sekolah, yehhhh... nanti Nanda gak jadi anak pintar, Bu guru gak mau ya punya murid yang gak pintar, itu makanan nya siapa" tunjuknya ke nampan berisi makanan diatas nakas

"tolong bujuk dia key, dari kemarin belum makan sama sekali, keras kepala padahal badannya sudah lemas"

"sama seperti papanya keras kepala" ucapnya pelan namun masih bisa kudengar

"ngomong apa kamu key" tanyaku

"enggak ada" jawabnya singkat lalu mengambil nampan berisi makanan tersebut

"ayo makan sayang, ibu guru suapin ya"

kulihat anggukkan kepala anak ku, kemudian membuka lebar mulutnya

dengan telaten kerya menyuapi, mengelap sisa-sisa makanan dipinggir bibir nanda

hampir setengah bubur dipiring habis dimakan

"udah Bu guru, Nanda mau muntah"

"kenyang sayang, jangan dimuntahkan ya!"

"iya Bu guru" kulihat Nanda mengangguk kan Kepala nya

sebenarnya anak siapa sih dia kok malah nurutnya sama gurunya bukan papanya

setelah meminum obatnya perlahan matanya mulai terpejam seperti nya obat tidurnya mulai beraksi

"kenapa gak dibawa kerumah sakit sih mas" tanya kerya yang berjalan mengikuti ku keruang Kerja disebelah kamar nanda

"Nanda tidak suka bau disinfektan di rumah sakit, biasanya dia menangis tanpa henti, aku tidak tega key melihat anakku menangis" ucapku lirih. dan kurasakan tatapan dari keyra

"duduklah key" aku menepuk kursi disebelah ku agar keyra duduk disampingku

"a..apa Nanda pernah trauma denga rumah sakit" tanyanya dengan hati-hati mungkin takut menyinggung perasaan ku

"ya.. ketika Nanda dirumah sakit mamanya meninggalkan nya"

"maaf mas aku turut berduka"

"bukan itu maksud ku key, mama Nanda masih hidup tapi dia pergi dengan laki-laki lain.

"oh.. sekali lagi maaf mas"

"tak masalah itu masa lalu, dan aku sudah melupakan nya, prioritas ku saat ini hanya untuk Nanda"

"aku bangga mas, liat seorang laki-laki yang benar-benar menyayangi anaknya, dan memprioritaskan anaknya, kenapa mas gak cari pendamping hidup lagi, agar bisa merawat Nanda"

"bukankah orang nya sudah didepan mata, dan orang itu menolakku" jawabku sarkas

"maaf mas aku tidak bisa menerima mas di hatiku, dari 5 tahun yang lalu ada orang lain yang memilikinya"

"tak adakah celah untuk ku key, tidakkah kau menyayangi nanda"

"tentu saja aku menyayanginya mas, tapi tidak untuk jadi mamanya"

"apa kekurangan ku key, katakan" tanyaku lemah

kepegang kedua pipinya, kurasakan ada ketegangan di wajahnya, dan keyra berusaha untuk melepaskan tanganku dengan memegang kedua tanganku

kemudian ku genggam dua tangan itu kukecup kedua tangannya silih berganti

"aku mencintaimu key, aku menginginkan mu" bisikku parau

dan hanya mendapat gelengan kepala darinya

"aku mohon buka sedikit hatimu, bila bukan untuk setidaknya untuk Nanda" mohon ku lagi

kulihat matanya mulai berkaca-kaca dan luruh lah air mata yang semakin lama semakin deras dengan isakan tangis nya

"jangan seperti ini mas, kumohon jangan menguji kesetiaan ku" ucapnya lirih dengan isakan

spontan ku raih badannya sehingga berada di pangkuan ku dengan mudah kupeluk erat

"sungguh key aku mencintaimu setulus hatiku, bukalah sidikit hatimu untukku"

kuusap kepalanya, kudongakkan kepala nya agar menghadap kearah ku

"jangan menangis, kumohon, hatiku sakit melihat air mataku key"

kukecup bibir nya, tidak ada penolakan darinya, kulumat bibir itu, dan kusesapi

dengan penuh gelora rasa cinta ku yang menggebu padanya

hingga kehabisan nafas barulah kulepas ciuman kami

"jangan pernah lakukan lagi, ini untuk terakhir kali" ucapnya kemudian beranjak meninggalkan ku

kulihat punggung nya yang perlahan menghilang dibalik pintu.

apa kah dia marah padaku, bukankah dia menerima dan menikmati ciuman kami.

apa dia hanya merasa kasian pada ku