NovelToon NovelToon
Bayi Kembar Sang Kapten Dirga

Bayi Kembar Sang Kapten Dirga

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Ibu susu / Ayah Darurat
Popularitas:33.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Sepuluh bulan lalu, Anna dijebak suaminya sendiri demi ambisi untuk perempuan lain. Tanpa sadar, ia dilemparkan ke kamar seorang pria asing, Kapten Dirga Lakshmana, komandan muda yang terkenal dingin dan mematikan. Aroma memabukkan yang disebarkan Dimas menggiring takdir gelap, malam itu, Anna yang tak sadarkan diri digagahi oleh pria yang bahkan tak pernah mengetahui siapa dirinya.

Pagi harinya, Dirga pergi tanpa jejak.
Sepuluh bulan kemudian, Anna melahirkan dan kehilangan segalanya.

Dimas dan selingkuhannya membuang dua bayi kembar yang baru lahir itu ke sebuah panti, lalu membohongi Anna bahwa bayinya meninggal. Hancur dan sendirian, Anna berusaha bangkit tanpa tahu bahwa anak-anaknya masih hidup. Dimas menceraikan Anna, lalu menikahi selingkuhan. Anna yang merasa dikhianati pergi meninggalkan Dimas, namun takdir mempertemukannya dengan Kapten Dirga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. kenapa kamu begitu peduli, Kapten?

Siang itu, suasana panti lebih tenang dari biasanya. Angin berembus pelan lewat jendela, membawa aroma kayu dan suara anak-anak bermain di halaman. Anna sedang mengganti popok bayi laki-laki, sementara bayi perempuan tidur di boks kecil di sampingnya.

Dirga berdiri di dekat pintu, bersandar dengan tangan bersedekap. Ia memperhatikan Anna, tapi ada sesuatu yang lain di balik tatapannya kewaspadaan.

Setelah beberapa menit, Anna menyadarinya.

“Kapten?” tanyanya pelan tanpa menoleh.

“Ada sesuatu?”

Dirga tidak langsung menjawab. Ia mendekat, lalu menaruh map laporan bersegel di meja kecil dekat boks bayi.

“Mengenai Dimas,” katanya pelan tapi tegas.

“Dia sudah dipecat dari markas, tadi pagi aku melihatnya mengambil semua barangnya, dengan raut yang tidak normal. Tidak terima, tidak stabil, dan … aku tidak suka cara dia memandangmu terakhir kali di rumah sakit.”

Anna berhenti bergerak, tangannya yang menggenggam kain kecil ikut menegang.

“Aku … sudah terbiasa, Kapten,” ucap Anna pelan.

“Mereka selalu membuatku takut.”

Dirga maju selangkah, nada suaranya berubah tajam.

“Tidak ada alasan bagimu terbiasa diperlakukan seperti itu, Anna.”

Anna menunduk, ada bekas trauma di matanya, dan Dirga melihat itu. Dirga menghela napas, lalu menurunkan tubuhnya sedikit agar sejajar dengan Anna.

“Aku tidak bisa mempertaruhkan keselamatanmu,” katanya serius.

“Dan … aku tidak akan mempertaruhkan keselamatan anak-anak kita.”

Anna terbelalak kecil, menatapnya.

“Kapten … maksudmu?”

Dirga menatap lurus ke matanya.

“Ayo pindah ke rumah dinasku, Anna. Setidaknya sampai situasi aman.”

Anna memeluk bayi di pangkuannya lebih erat.

“Aku … tinggal di rumah Kapten?” suaranya kecil, bingung.

“Rumahku besar, aman, dan penjagaanku berlapis,” Dirga berusaha menahan nada resminya.

"Kau tidak akan tinggal sekamar denganku. Kau punya ruangmu sendiri. Dua kamar bayi juga ada. Aku tidak akan melanggar batasmu.”

Anna terdiam cukup lama.

“Kapten … aku tidak ingin merepotkanmu,” katanya lirih.

“Panti ini juga aman. Ada Bu Ratih, ada Bu Ratna...”

Dirga memotong, suaranya lebih dalam daripada biasanya.

“Tidak cukup aman.”

Anna menatapnya, sedikit terkejut. Dirga berdiri tegak kembali, menempatkan dirinya sebagai pelindung.

“Dimas sudah mengancammu di rumah sakit. Dia sudah tahu kamu mungkin tinggal di sini. Itu cukup untuk membuatku tidak bisa tidur malam ini kalau kau tetap di sini.”

Anna terdiam, matanya menyapu kedua bayinya dengan napasnya berat. Ia memikirkan tangis mereka, ketakutannya kehilangan kembali, dan semua yang telah ia lalui.

“Aku … aku takut,” akhirnya ia mengaku, suara bergetar.

Dirga mengangguk pelan.

“Kalau begitu jangan hadapi ketakutan itu sendirian.”

Anna mengangkat wajahnya.

“Kenapa … kenapa Kapten begitu peduli?”

Pertanyaan itu membuat ruangan terasa hening. Dirga menunduk sebentar, bukan ragu tetapi mencari kata yang paling tepat.

“Kau ibu dari anak-anakku.”

“Itu sudah cukup untuk membuatku menyeret seluruh dunia kalau perlu, agar kalian aman.”

Anna menutup mulutnya, menahan tangis. Bahu kecilnya bergetar, tetapi kali ini bukan karena ketakutan, melainkan karena lega. Dirga melanjutkan, lebih hati-hati.

“Tinggallah bersamaku. Bukan sebagai tanggunganku … tetapi sebagai seseorang yang harus aku lindungi.”

Anna menunduk, kemudian mengangguk perlahan, hampir tidak terdengar.

“Baik … Kapten. Aku … ikut.”

Dirga menghela napas lega, ekspresi kerasnya melunak sesaat.

“Terima kasih sudah percaya padaku, Anna.”

Ia mendekat dan mengambil bayi perempuan dari boks, menggendongnya dengan keahlian yang kini mulai terbentuk. Bayi itu membuka mata sebentar, lalu tertidur kembali di dada Dirga.

“Siapkan barangmu,” katanya pelan.

“Kita berangkat malam ini.”

Anna melihat sosok Dirga yang tenang sambil menggendong anak mereka dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa tidak sendirian lagi.

Malam mulai turun ketika mobil Dirga memasuki sebuah kawasan berpagar tinggi dengan penjagaan ketat. Lampu-lampu jalan di area itu begitu rapi, menunjukkan tempat tersebut bukan perumahan biasa.

Anna yang duduk di kursi belakang menggenggam kedua bayinya erat. Matanya menatap keluar jendela, sedikit gugup melihat betapa terbatasnya akses masuk.

“Kapten … ini tempat apa?” tanyanya pelan.

Dirga yang menyetir menjawab tenang,

“Kompleks perwira utama. Hanya orang berkepentingan yang bisa masuk.”

Anna langsung terdiam. Ia hanya mengetahui Dirga seorang kapten, tetapi tidak pernah membayangkan status sebenarnya sebesar itu.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar berwarna putih keabu-abuan, modern, minimalis, dan sangat rapi. Dua prajurit berjaga memberi hormat.

“Selamat datang, Kapten,” ucap mereka.

Dirga mengangguk singkat. Anna tertegun. Dalam hidupnya, belum pernah ada orang memberi hormat pada seseorang yang berjalan di depannya. Dirga membuka pintu belakang, menunduk pada Anna.

“Pelan-pelan, aku bantu bawa tasnya,” ucap Dirga, mengambil barang bawaan kecil milik Anna. Ia tidak menyentuh bayi-bayi itu dulu, memberi Anna ruang. Anna turun perlahan sambil menggendong bayi laki-laki. Pandangannya menyapu rumah besar itu.

“Kapten … rumah ini terlalu besar untuk saya,” gumamnya ragu.

Dirga meliriknya sebentar.

“Bukan hanya untukmu,” jawabnya pelan.

“Tapi untuk mereka juga.” Anna menunduk, terharu sekaligus bingung harus berkata apa.

Begitu pintu dibuka, Anna terpaku.

Ruang tamu luas, dengan warna netral yang hangat. Ada rak buku besar, sofa empuk, dan beberapa foto Dirga bersama timnya saat bertugas. Semua tertata rapi, terlalu rapi untuk ukuran rumah seorang pria lajang.

“Maaf kalau terlalu sepi,” kata Dirga sambil meletakkan barang-barang Anna.

“Aku jarang sekali di rumah.”

Anna menelan ludah.

“Tidak … ini indah sekali.”

Dirga tersenyum tipis jarang sekali ia melakukannya.

“Kamar untukmu ada di lantai dua. Dua kamar bayi sudah dipersiapkan sejak siang tadi.”

Anna menatapnya cepat.

“Kapten menyiapkan kamar bayi?”

Dirga mengangguk tanpa merasa itu hal besar.

“Aku tidak ingin kalian kerepotan. Bayi-bayi itu masih kecil. Mereka butuh kenyamanan.”

Anna menggigit bibirnya, menahan emosi baru yang muncul di hatinya, dia begitu dihargai. Saat Anna hendak naik tangga, bayi perempuan tiba-tiba menangis di gendongannya.

Dirga spontan mendekat.

“Tunggu … sini, biar aku bantu.”

Dengan hati-hati, ia mengambil bayi kecil itu dari pelukan Anna. Gerakannya natural, lembut, seperti seseorang yang diam-diam sudah belajar menggendong sejak lama.

Anna terpaku.

“Kapten … terbiasa gendong bayi?”

Dirga mengangkat bahu kecil.

“Tidak, tapi aku belajar cepat kalau itu tentang anakku.”

Bayi perempuan langsung diam di dada Dirga, matanya terpejam kembali.

Anna ikut terpaku. Ada sesuatu yang hangat menusuk dadanya.

“Kapten…” Anna memanggil pelan.

“Terima kasih.”

Dirga menatapnya, bukan dengan ketegasan seorang komandan tapi ketenangan seorang pria yang mulai kehilangan pertahanannya.

“Katakan itu nanti saja,” ucapnya lirih.

“Yang penting … kalian aman dulu.”

Setelah Anna menidurkan kedua bayinya di kamar khusus, ia keluar ke koridor dan mendapati Dirga berdiri di sana, menyandarkan bahu pada dinding.

“Sudah selesai?” tanyanya lembut.

Anna mengangguk.

“Aku … masih canggung. Ini pertama kalinya aku tinggal di tempat sebesar ini.”

“Kau tidak harus takut,” kata Dirga.

“Ini rumah kalian juga sekarang.”

Jantung Anna berdegup aneh.

“Kapten … boleh aku tanya satu hal?”

“Tanya saja.”

Anna menatap lurus ke matanya, sesuatu yang sulit ia lakukan biasanya.

“Kenapa Kapten begitu berusaha … melindungi kami?”

Dirga tidak menghindar.

“Karena aku tahu rasanya kehilangan seseorang yang harusnya bisa aku lindungi.”

“Tapi aku tidak akan mengulanginya lagi.”

Anna terdiam.

“Mulai sekarang, Anna…”

“Kau dan anak-anak adalah tanggung jawabku. Dan aku tidak akan biarkan siapapun menyentuh kalian.”

Ada getaran halus di dada Anna.

“Terima kasih,” bisiknya nyaris tak terdengar.

Dirga mengangguk, lalu berbalik menuju kamarnya.

“Istirahatlah, besok kita bicara lebih banyak.”

Sebelum pintunya tertutup, Dirga sempat melihat Anna berdiri sambil memegang dadanya, seperti berusaha menenangkan hati yang tiba-tiba berdetak tidak karuan.

Dirga tersenyum tipis tanpa sadar.

“Aku tidak akan biarkan siapapun menyakitimu lagi, Anna,” gumamnya pelan di balik pintu.

1
Dew666
🍡🍡🍡🍡
sri hastuti
horeee akhirnya ,hancur para pengkhianat itu, bagusss thor.
ayo basmi habis semuanya , biar kapten dirga dan anna bahagia
aamirandah ksh balasan yg setimpal dan berat 🙏💪
Lisa
Puji Tuhan misi penyelamatan Anna berjln dgn lancar..good job Dirga basmi smua keluarga Asmir..moga Anna segera pulih kembali pada kedua anaknya
iqha_24
menegangkan ceritanya 👍
Rohmi Yatun
haduuhh deg2an banget ni.. lanjut tboor🙏
Nar Sih
pertempuran sgra di mulai ,👍kapten sgra selamatkan anna
iqha_24
apakah nanti ada flashbacknya kk author knp keluarga Asmir segitu bencinya dengan keluarga Kapt Dirga
iqha_24: Ok kk Author makasih
total 2 replies
Lisa
Syukurlah Mayor Kevin dtg tepat waktu..ayo basmi Asmi & komplotannya itu..Dirga cpt selamatkan Anna..
Dew666
❤️‍🩹⭐️
sri hastuti
bagus kapten dirga ,ayo lawan mereka ,pengkhianat semua ,gulung komplotan mereka , ayo kalian ana sm kapten hrs bahagia ,saatnya menang atas kejahatan
kejahatan jangan dibiarkan terlalu lama thor , 🙏🙏🙏
Amel_
yeeesss akhirnya mayor Kevin sdh tiba , saatnya kehancuran kalian , lanjut lagi kak
Hikaru Natsumi Rei
kak author sehari up nya cuma sekali kah??
tiap jam berapa ya kak??
cerita nya aku suka banget🥰🥰🙏
Hikaru Natsumi Rei
cerita nya sangat menarik 💜💜💜
berharap update nya jangan lama2 🤭🙏💕
Hikaru Natsumi Rei: 🤭 oke kakak,, tetap semangat,, jaga kesehatan juga ya💪
total 2 replies
Lisa
Ayo Kak Author percepat langkah Mayor Kevin utk menghancurkan keluarga Asmir itu..segera bebaskan Anna..
iqha_24
sadis amat Asmirandah, tunggu pembalasan harus lebih sadis lg dong kk Author
Nar Sih
asmirandah bnr,,perempuan iblis ,ayo dirga cpt selamat kan anna ,kasihan sakit semua kasihan juga sikembar
sri hastuti
ayolah thor cpt dibongkar kejahatan para pengkianat, kasihan si kembar ,tumpas semua para pengkhianat itu, biar dirga sm anna bahagia dengn bayi2 nya 🙏🙏🙏
Nar Sih
tetap waspada dirga ,musuh mu sangat berbahaya ,semoga rencana mu berhasil
iqha_24
hmm tarik napas bacanya
Wulan Sari
semoga kapten Dirga berhasil dengan misinya yaaa kasihan Anna dan anak2nya, tolong Thor di buat bahagia nt akhirnya trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam 🙏
Wulan Sari: iya betul kasihan
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!