Lusiana Atmaja adalah seorang wanita keturunan konglomerat. Hanya saja karena satu kesalahan dia menikah dengan keluarga biasa dan menjadi pelayan keluarga suaminya.
Pernikahannya dengan orang biasa itu membuat keluarganya marah besar dan mengusirnya. Dia hidup dengan keluarga suaminya yang datang sebagai penolong.
"Lusiana, kau tak perlu cemas. Aku akan membahagiakanmu dan anak kita." Sayangnya ucapan Haris itu hanya pemanis di awal kisah rumah tangga mereka.
Lusiana harus hidup menderita dengan ibu mertua, adik ipar dan suaminya yang mulai tidak setia. Satu-satunya penyemangat hidupnya adalah Raymond Bobby Atmaja, putra kesayangannya.
Tapi sayang putranya itu mengidap penyakit mematikan yang dapat merenggut nyawanya kapan saja.
"Mama, saat aku dewasa kelak, aku pasti akan membuat mama bahagia. Aku juga akan melindungi mama," ucap pria manis kecil itu dengan wajah pucat diiringi oleh tangisan Lusiana disisinya.
Penasaran kisah selanjutnya?
Baca aja! Komen,vote,dan like juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indirani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Memalukan! Dasar pria mesum brengsek!" Lusiana masih memiliki rona merah di wajahnya saat mengingat bagian bawah Xavier yang mengeras dan sangat besar itu.
Pria di sampingnya yaitu Dallen, bolak-balik melihat antara jalanan di depan dan Lusiana di sampingnya.
Lusiana menarik napas panjang dan berusaha menenangkan diri. Dia meminta pada Dallen untuk menghentikan mobil di departemen store terdekat untuk membeli pakaian dan berganti baju di sana.
Dalam waktu yang relatif singkat Lusiana sudah kembali ke penampilannya yang menggunakan rambut wig bermotif keriting itu.
Dallen sudah tahu garis besarnya. Sahabatnya itu hampir saja dilecehkan oleh CEO dari King Xavier Corporation. Dia seharusnya masuk dan menghajar pria brengsek itu.
"Jemput anak-anak sekolah dulu. Mereka pasti sedang menunggu kita." Dallen mengangguk dan mengarahkan mobil membelah jalan raya menuju TK Cahaya Gemilang.
Ternyata anak-anak lain sudah pulang lebih dulu. Mereka melihat dua bocah kecil sedang mengobrol di depan tk ditemani oleh Bu Heni.
Lusiana dan Dallen pun turun menjemput mereka. Melihat sosok yang familiar itu Raymond dan Sesil turun dari kursi dan langsung memeluk Lusiana.
Dallen yang tangannya mengambang di udara jadi bersikap agak canggung. Tadinya dia merasa Sesil akan memeluknya jadi dia merentangkan tangan.
Tidak taunya bocah kecil itu malah berbelok memeluk Lusiana. Dia meledek Dallen sebelum akhirnya Raymond yang berpindah memeluk Dallen diikuti oleh Sesil.
Raymond tentu tahu rasanya diabaikan oleh keluarga jadi dia memutuskan untuk mengawali memeluk Dallen agar Sesil juga ikut memeluk abangnya itu bersama dia.
"Selamat siang, Bu Lusiana dan Pak Dallen," sapa Bu Guru Heni dengan ramah.
"Selamat siang juga ibu guru yang cantik."
"Selamat siang juga, bu. Bagaimana dengan sikap Raymond sekarang?" Lusiana bertanya untuk memastikan apakah anaknya ini sudah bisa beradaptasi dengan temannya yang lain atau belum.
"Saya sangat takjub sekali atas perubahan yang dibawa oleh Sesil. Berkatnya, Raymond jadi lebih banyak bicara dan juga bermain bersama teman-teman yang lain."
"Yah, meskipun mereka selalu membahas tentang rubik," bisik Bu Guru Heni.
Lusiana merasa hatinya lebih lega. Dia menggosok lembut rambut putra kesayangannya. Di sisi lain Sesil juga sepertinya ingin meminta Lusiana melakukan hal yang sama padanya.
Sehingga Lusiana pun ikut menggosok pelan kepala Sesil.
"Saya bersyukur, Bu kalau memang Raymond sudah bisa berbaur dengan anak-anak yang lain." Lusiana menatap Sesil dengan rasa sayang juga.
Berkat kehadirannyalah Raymond mau membuka hati dan bermain bersama teman sekelas.
"Baiklah sekarang sudah hampir tengah hari. Kita harus segera pulang dan tidak merepotkan Bu Heni lagi." Lusiana dan Dallen pun berpamitan untuk pulang.
Tidak lupa Lusiana mengajarkan Raymond dan Sesil untuk berterima kasih atas waktu Bu Heni saat mengobrol dengan mereka.
Mereka pun pulang ke rumah Lusiana. Tidak lupa juga betapa lucunya ekspresi Sesil saat dia tahu bahwa mereka akan makan siang di rumah Raymond.
"Benar kita akan makan siang di rumah Raymond? Yey!" teriak Sesil senang. Dia menggoyang-goyangkan lengan Raymond dan itu terlihat lucu bagi dia orang dewasa yang ada di depan.
Butuh waktu setengah jam untuk tiba di rumah Lusiana. Sesil yang terbiasa melihat rumah megah tak begitu heran melihat rumah Raymond.
"Rumahmu cukup bagus," ujar Sesil sembari mengacungkan jempolnya pada Raymond.
Mereka pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ruang makan. Disana Chika dan Ibunya telah duduk di sana menunggu Mbok Darmi menyiapkan makanan.
Mbok Darmi yang membawa panci berisi sup sayuran menyapa Lusiana lebih dulu. "Eh, Nyonya udah pulang. Bawa tamu ya nyah? Tenang aja Mbok udah masak lebih banyak seperti yang Nyonya bilang waktu di telepon,"celetuk Mbok Darmi.
Ibu Salma dan Chika pun langsung menoleh saat Mbok Darmi selesai bicara. Lusiana bersama anaknya dan satu gadis kecil asing serta satu pria asing dewasa terlihat mata mereka.
"Siapa orang-orang ini?" tanya Ibu Salma dengan nada tidak ramah dan juga lirikan sinis matanya pada Sesil dan Dallen.
"Dallen ini sekretaris ku yang baru. Dan bocah kecil ini adalah Sesil adalah adik Dallen sekaligus teman Raymond di sekolah."
Chika yang saat itu duduk dengan mengangkat satu kakinya langsung menurunkannya begitu melihat wajah tampan Dallen.
Tentu saja dia harus memiliki sikap baik layak wanita kaya lainnya untuk meraih perhatian pria yang ada di depannya itu.
"Membawa sembarangan orang masuk ke dalam rumah. Tidak tahu aturan. Ya sudah duduklah kalian!" Dallen dan Sesil pun duduk di meja makan di sebelah Lusiana dan Raymond.
Akhirnya Dallen tau seperti apa kehidupan Lusiana. Bagaimana dia bisa bertahan dengan ibu mertua yang cerewet dan jahat seperti ini?
Dallen dan Sesil juga tidak kaget dengan bentakan ibu mertua Lusiana karena wanita itu sudah menceritakan sifat ibu mertuanya pada mereka saat di perjalanan menuju kembali ke rumah.
Saat itu Mbok Darmi menyiapkan berbagai macam lauk. Ada ayam panggang saus mentega, sup wortel dan kentang, udang saus tiram, sayur tumis kangkung, sambal bawang dan lainnya.
Melihat makanan lezat yang ada di atas meja membuat mereka segera menyendokkan nasi ke piring dan mengambil lauk pauk.
Mereka makan dengan lahap. "Wah, enak sekali masakan ini seperti di restoran bintang lima," puji Sesil yang membuat hati Mbok Darmi puas karena masakannya dihargai.
"Memangnya kamu pernah makan di Restoran bintang lima?" tanya Chika dengan nada suara yang meremehkan.
Sesil yang memang pada dasarnya angkuh merasa seperti ditantang. Dia kemudian memamerkan kekayaan orang tuanya pada mereka.
"Aku dan Kakak adalah Keluarga Andreas. Memang hal mewah apa yang belum pernah kami rasakan?"
"Ayah kami memiliki ratusan ribu hektar perkebunan teh kopi dan lainnya. Kami juga memiliki ratusan hotel dan tempat hiburan."
"Kakak pertamaku memiliki 3 buah rumah sakit swasta."
"Kakak Kedua ku adalah panglima TNI."
"Kakak Ketiga ku memiliki ratusan tempat fitnes."
"Kakak keempat ku meskipun tidak punya apa-apa tapi dia mampu menghandel semua perusahaan ayah."
"Kakak kelima ku memiliki bisnis ekspor impor minyak dan hasil bumi lainnya."
"Kakak keenam ku memiliki sebuah perusahaan retail yang sedang berkembang."
"Kalau kakak apa yang kakak miliki?" Chika yang diserang oleh anak kecil seperti itu tidak tahu mau berbuat apa dan hanya minta maaf demi kakak yang ada di sebelahnya.
Lusiana mengacungkan jempol pada Dallen dan berbisik, "siapa yang mengajari anak ini untuk jadi berani? Aku salut dengan kecerdasannya."
Dallen hanya terdiam dan masih menatap Chika dengan tatapan datar. Sepertinya dia sedang marah sekarang.
Brak!
Ibu Salma menggebrak meja dengan sangat keras. "Aku tidak peduli siapa kalian, tapi kalian malah menghilangkan selera makanku!."
"Dan kau bocah kecil, beraninya kau tidak sopan saat makan di tempat orang lain. Siapa yang peduli dengan seberapa banyak kekayaan milik keluargamu hah?"
Teriakan Ibu Salma menggema dan membuat semua asisten rumah tangga berkeluaran.
"Kau hanya anak kecil ****** yang berani melawan orang tua. Sini aku akan mengajarimu menjadi penurut." Saat Ibu Salma ingin menampar Sesil Lucia segera menarik tangan ibu mertuanya itu.
"Ibu ini sudah keterlaluan, cepat minta maaf!" ujar suara dingin dan datar dari Lusiana. Dia juga begitu marah dengan sikap impulsif dari ibu mertuanya.
Ibu Salma menghentakkan tangannya yang di pegang oleh Lusiana dan langsung melayangkan tamparannya pada wajah Lusiana.
"Kau juga ****** sialan. Sampai kapan kau akan terus melekat pada anakku, hah?"
"Kau gadis buruk rupa yang melahirkan anak cacat dengan penyakit jantung. Siapa yang bisa menerimamu menjadi keluarga, hah?"
"Aku muak dengan wajah burukmu itu. Aku selalu jadi bahan ejekan di antara temanku yang lain karena memiliki menantu paling jelek di tambah dengan cucu yang berpenyakitan."
Ibu Salma terengah-engah saat dia mengatakan itu. Lusiana merasakan ribuan jarum menancap di hatinya. Semua orang yang hadir membelalakkan mata mereka melihat kejadian itu.
Dallen dan Sesil merasa situasi sangat buruk. Mereka tak ada yang memperhatikan bahwa Raymond terengah-engah.
"I-ibu. Sa-sakit," lirih Raymond yang dapat di dengar oleh Lusiana dan Sesil di dekatnya. Wajah Raymond pucat pasi dan bibirnya sudah membiru.
Penyakit jantungnya kumat.
Tidak bisa lagi di gambarkan situasi yang terjadi saat itu. Raymond terjatuh di pangkuan Lusiana. Sesil termangu dengan air mata mengalir deras saat melihat sahabatnya jatuh merintih kesakitan.
Semua orang tergesa-gesa membawa Raymond ke rumah sakit. Lusiana menangis histeris saat itu dan berlari dengan cepat menuju mobil untuk membawa anaknya ke rumah sakit.
Dallen segera menggendong Sesil dan membawanya mengejar Lusiana masuk ke dalam mobil. Dallen menyetir dengan sangat cepat membelah jalan raya dan mereka tiba di rumah sakit.
Dokter dan perawat berlari segera ke ruang ICU membawa Raymond yang telah di pasangi selang oksigen. Lusiana dan Dallen berlari membantu mendorong ranjang rumah sakit. Dallen terengah-engah karena selain berlari dia juga sambil menggendong Sesil.
Baru kali itu Sesil merasakan syok berat. Semua kejadian pertengkaran itu membawa sahabatnya dalam keadaan kritis.
Tidak bisa diterangkan bagaimana perasaan semua orang yang campur aduk saat itu.
giliran upload cuma 1 😌 kan penasaran lanjutan nya
🥰