Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 Cincin Yang Hilang
Mengetahui kalau cincinnya tidak ada, Queen segera melihat lagi tempat cincingnya. Namun, Queen tidak menemukan apa yang ia mau. Queen benar-benar yakin kalau dirinya menggunakan cincin yang ia maksud, maka sekarang ia memperhatikan meja riasnya.
"Perasaan aku tadi benar-benar pakai cincin itu deh," gumamnya yakin.
Queen harus memastikan sekali lagi. Gadis berambut panjang tersebut segera mengambil tas yang telah ia gunakan tadi. Queen sampai mengeluarkan isi tas yang sebenarnya malas ia bongkar terlebih dahulu.
Segala macam isi tasnya kini berserakan di atas kasur. Secara teliti Queen memperhatikan barang pribadinya itu. Bahkan Queen memeriksa setiap selipan tasnya.
"Kenapa enggak ada ya? Masa jatuh sih?" gumamnya.
Queen segera lari keluar dari kamarnya, Ia dengan cepat menuruni anak tangga. Perbuatan Queen tersebut membuat Art yang sedang berlalu lalang menjadi bingung dan juga terkejut karena Queen datang tiba-tiba dan lari seolah gadis tersebut bangun kesiangan dan harus segera sampai kampus.
"Paaakkk, buka mobilnya Pak?" teriak Queen saat ia melihat sopirnya yang sedang menikmati minuman hangat bersama dengan pegawai lainnya.
"Mencari apa Non?" tanya sopir saat mendekati Queen yang sedang memeriksa kursi bagian belakang kemudi."
"Cincin, Pak," ucapnya sambil memperhatikan bagian bawah jok mobil. Bahkan Queen juga memeriksa setiap selipan pintu mobil. Siapa yang tahu kalau mungkin saja cincinnya terselip di tempat yang tak terduga.
"Ada, Non?'
"Enggak ada, Pak," ucapnya dengan suara yang terdengar lemas. Queen memilih keluar dari mobil tersebut. 'Apa iya jatuh saat aku meeting tadi. Atau malah jatuh saat aku melihat kantor?' gumam hati Queen yang sedang memperkirakan. "Ck. Ya sudahlah. Biarkan saja," ucapnya pasrah. Queen memilih untuk memasuki rumah dan menuju kamarnya lagi. Mau di cari juga pasti percuma, karena itu adalah benda mungil. Lagi pula Queen juga tidak tahu lokasi hilangnya cincin nya tersebut ada di mana.
Sebenarnya bukan perkara harganya, cincin itu ia beli saat bepergian dengan Safir. Dan Queen membeli cincin yang di pilih oleh Safir. Meskipun Safir memilihnya tampak asal-asalan. Namun, hal itu tidak mengapa bagi Queen saat itu. Lagi pula, apa yang di pilih Safir, sesuai dengan kedua mata Queen yang tertarik dengan pilihan Safir.
"Hah, sudahlah," ucapnya pasrah sambil menghela nafasnya dengan cukup panjang. "Mungkin dengan hilangnya cincin itu, membuat kamu harus membuang semau kenangan yang berkaitan dengannya," Queen tertunduk. Tapi hatinya merasa tidak rela karena kehilangan cincin tersebut. "Kamu mikir apa sih Queen." gumamya kesal pada diri sendiri. Bahkan kini Queen memukul kepalanya sendiri. "Jangan bodoh, Queen."
Sekalipun hubungan Queen dan Safir adalah hubungan persahabatan. Tentu banyak hal manis yang terjadi di antara keduanya.
Jika mau di ingat masa lalu, Safir adalah lelaki yang tidak akan pernah membolehkan Queen bepergian dengan sembarang lelaki, kecuali dengan sopir Queen sendiri. Bahkan untuk menaiki taksi saja Safir tidak akan membolehkan Queen.
Memang Safir hanya mengatakan ke Queen kalau Queen hanya akan aman jika pergi bersamanya saja. Padahal Safir khawatir jika terjadi sesuatu hal pada Queen. Terlebih pernah terjadinya pelecehan seksual pada seorang gadis saat menumpangi taksi. Safir sebagai sahabat baik Queen, jelas tidak ingin jika hal buruk seperti itu terjadi pada sahabatnya tersebut.
Banyak hal manis lainnya yang selalu Safir lakukan dengan reaksi wajah yang acuh dan seolah malas-malasan. Yang pada akhirnya membuat Queen salah mengartikan semuanya, di saat Safir hanya menganggapnya sahabat. Dan tidak bisa lebih dari itu.
"Sulit sekali Fir, jauhin kamu seperti ini. Kamu sudah seperti rumah buat aku. Pelindung buat aku," Queen mengusap air matanya yang kembali jatuh. Maunya juga Queen tidak menangis lagi. Tapi kenapa rasanya sulit untuk membendung buliran bening yang terus memenuhi matanya. "Maaf karena aku salah mengartikan tindakanmu selama ini. Dan sekarang persahabatan kita yang jadi korbannya. Aku harap, kamu akan bahagia bersama dengan Kak Divya. Kamu sukses dengan segala mimpi yang ingin kamu capai."
Queen menghela nafasnya. Ia harus segera melerai dirinya agar tidak terus menangis untuk perasaannya sendiri. Setelah itu, Queen segera membersihkan diri. Ia harus menyelesaikan segala urusan laporan keuangan dan akan segera ia serahkan pada Safir.
demo rumah emak guys