Mencintai dalam diam sewaktu sekolah. Akhirnya, cinta itu tertaut dan saling merespon.
Bagaimana kisah cinta dua sejoli ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Hari ini Valeria memutuskan untuk kembali ke kota Cirebon. Kota dimana ia sedang mengenyam dunia pendidikan tingkat strata satu dengan beasiswa atas prestasinya yang bagus.
Farel sementara waktu ini tetap tinggal di ruamhnya karena Ibu Maryam akan melaksanakan operasi kanker.
Sejak pagi, Vale hanya diam dan tak banyak bicara, bahkan sejakkemarin saat Farel memintanya untuk pindah kampus ke kota kelahiran Farel.
Valeria sudah berpamitan pada Ibu Maryam dan Zaskia. Tapi wajahnya datar, hanya sedih tapi tak terlalu berekspresi.
Dalam perjalan menuju Stasiun Pasar kembang pun, Vale lebih bayak diam dan tak bicara banyak, sebatas seperlunya saja. Bahkan semalam, Farel meminta jatah pun, Vale nampak tak bersemangat dan akhirnya gagal.
Farel tahu, dirinya salah. Mengubur semua impian Vale. Motor matic Farel sudah terhenti di parkiran stasiun. Vale turun dan menunggu Farel turun lalu mengantarkan Valeria menuju ke dalam stasiun. Pagi ini jalur ke Cirebon berangkat tepat jam delapan pagi. Farel sudah menitipkan kunci kamar kostnya kepada Vale. Vale sempat menolak, dengan alasan untuk apa kunci itu? Toh, Vale sudah memiliki kamar kost sendiri.
Tapi, Farel tetap bersikeras untuk memberikan kunci kamarnya pada Vale. Mungkin sesekali, Vale bisa menggunakan kamarnya dan memakai motor yang ada di garasi kostnya untuk keperluan Vale.
Sesampai di Stasiun Pasar Kembang, keduanya menunggu di kursi tunggu tepat di jalur lima. Sesuai jadwal kedatangan kereta dan pemberangkatan kereta masih setengah jam lagi.
"Mau sarapan dulu? Kamu belum makan dar pagi," tanya Farel pelan.
"Gak. Lagi gak pengen makan," jawab Valeria pelan dan tetap sopan.
Farel hanaya menatap Valeria dari arah samping. Istrinya sedang fokus menatap banyak pengunjung yang lalu lalang di depannay dan naik turun dari gerbong kereta untuk menjajakan jualannya.
Tangan Farel langsung menggenggam jari jemari Valeria dengan lembut. Remasannya semakin lama semakin terasa seperti memijat.
Vale melepaskan tangannya dari genggaman tangan Farel dan berpura -pura batuk.
"Kamu masih marah?" tanya Farel pada Vale.
"Soal apa?" tanya Vale pelan.
"Soal kita," jawab Farel lirih. Farel sudah terlanjur memberikan mimpi yang begitu indah untuk Vale setibanya mereka di Kota Cirebon. Mereka akan memulai hidup baru sebagai sepanag suami istri. Tapi, naytanya keadaan tidak seindah yang di impikan keduanya. Selalu saja, ada penghalangnya.
"Soal kita? Kita kenapa? Kita baik -baik saja," ucap Vale pelan sambilmenahan rasa kecewa yang paling dalam yang terasa menyakitkan hatinya.
Kenapa sih? Mau hidup bahagia aja rasanya sulit? Katanya kalau sudah menikah, hidup kita bahagia dan mandiri dalam menentukan pilihan dan keputusan. Tapi, nyatanya sama sekali tidak seperti itu.
Merasa perdebatan ini tak akan selesai dalm waktu ini. Farel pun pergi dari sana dan berjalan menuju mini market yang ada di sana. Farel membelikan sekantung plastik besar berisi cemilan, makanan dan minuman untuk Valeria selama di perjalanan menuju kota Cirebon. Perjalanan yang cukup lama dan melelahkan. Pasti Valeria akan jenuh berada di atas kereta tanpa teman bicara.
Farel kembali ke tempat duduk dimana Valeria menunggu. Istrinya nampak menunduk dan sedang sibuk dengan ponselnya. Ya,selama menikah mereka tidak pernah saling cek ponsel. Farel tidak pernah tahu, siapa saja teman Valeria selain sahabat SMAnya dulu. Siapa orang yang mungkin sedang dekat dengan Valeria selama ini sebelum akhirnya mereka menikah sceara singkat ini.
Langkah kaki Farel memelan, dan valeria merasakan pergerakan Farel yang mulai mendekatinya dan menutup ponselnya lalu di masukkan ke dalam tasnya, berpura -pura santai.
"Ini untuk kamu," ucap Farel pada VAleria sambil memberikan satukatong plastik besar berisi makanan ringan dan beberapa minuman doingin untuk istrinya.
"Makasih," jawab Valeria singkat.
Semalam, Farel juga memberikan ATM miliknya untuk Valeria. Di situ ada sejumalh uang tabungan untuk membiayai hidup Valeria. Karean sesaui perjanjian Farel pada Bapak Vale untuk menguruss Valeria sampai semua kebutuhan pribadinya, dan Bapak Vale pun mneyetujui leinginan Farel yang begitu akan bertanggung jawab pada Valeria.