"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 20
"Akhirnya, selesai juga."
Nazura mengembuskan napas lega setelah ia selesai memasak untuk makan malam meskipun ia tidak yakin Roger akan pulang atau tidak. Yang terpenting semua sudah disiapkan sesuai perintah suaminya kemarin malam.
Tatapan Nazura tampak nanar ke arah masakan yang terhidang di sana. Ia menghirup napas dalam setelah dirinya merasa tidak yakin besok masih bisa memasak untuk Roger atau tidak. Mungkin ini masakan terakhir darinya untuk lelaki itu.
Sembari menunggu kepulangan Roger, dengan gegas Nazura membersihkan diri. Memakai piyama tidur dan mengikat rambutnya cukup tinggi karena merasa gerah meskipun baru selesai mandi.
Baru saja Nazura keluar kamar, ia dibuat terkejut dengan kedatangan Roger yang sudah berdiri di depan pintu. Mereka berdua sama-sama saling diam untuk beberapa saat. Bahkan, Nazura hanya bisa menunduk dalam saat menyadari tatapan Roger yang sangat lekat ke arahnya.
"A-Anda sudah pulang, Tuan?" Nazura berusaha memberanikan diri.
"Ya. Aku mau mandi dulu. Baru kita akan makan malam," sahut Roger.
Nazura pun menggeser tubuhnya beberapa centi untuk memberi jalan agar Roger bisa masuk ke kamar. Ketika lelaki itu berjalan melewatinya, Nazura menahan napas untuk beberapa saat. Entah mengapa, ia merasa sangat grogi.
Setelah Roger masuk, Nazura pun berjalan cepat menuju ke ruang makan karena ingin menyiapkan minuman panas untuk lelaki tersebut. Lalu ia berdiri di samping meja. Setelah Roger duduk, barulah ia ikut duduk di samping lelaki itu.
Dengan telaten Nazura mengambilkan makanan untuk lelaki itu. Kemudian, mempersilakan dan mereka berdua pun makan dengan tenang, tanpa ada yang membuka suara. Lalu mereka kembali ke kamar seusai makan malam.
"Ada yang ingin saya bicarakan, Tuan." Nazura merasa takut. Namun, ia pun harus memberanikan diri.
"Katakan." Roger menatap Nazura yang sedang berdiri di samping ranjang. "Duduklah di sampingku agar kamu bisa berbicara dengan nyaman."
Nazura merasa ragu ketika hendak menolak. Merasa khawatir. Namun, ketika melihat sorot mata Roger yang menajam, Nazura pun memilih untuk menuruti perintah lelaki itu. Ia duduk di tepi ranjang tepat di samping lelaki tersebut.
"Katakanlah," perintah lelaki tersebut.
Nazura menghirup napas dalam-dalam lalu mengembuskan secara cepat untuk mengurangi rasa gusar yang memenuhi hatinya. "Tuan, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda jika selama ini saya tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Anda. Saya belum bisa berbakti kepada Anda. Kewajiban yang harus saya lakukan meskipun saya menikah hanya untuk menebus hutang paman saya."
"Jangan basa-basi. Katakan ada apa." Roger berbicara ketus. Padahal dalam hati lelaki itu sedang gelisah dan khawatir. Merasa tidak sabar sendiri.
"Tuan, bisakah Anda menceraikan saya?" tanya Nazura pada akhirnya.
"Kamu jangan gila!" Roger mendelik tajam. Wajahnya memerah dipenuhi amarah, tetapi Nazura berusaha agar tetap tenang. "Aku tidak akan pernah menceraikanmu! Bagaimanapun juga pernikahan kita sah di mata hukum, agama, dan negara. Walaupun kita tidak mengadakan pesta!"
"Maafkan saya, Tuan. Seharusnya sejak awal kita menikah secara siri saja. Jadi, tidak akan sesulit ini ketika hendak bercerai," timpal Nazura.
"Sekarang katakan padaku, kenapa kamu meminta cerai dariku. Katakan!" bentak Roger tanpa sadar saking emosinya. Ia tidak menyangka jika Nazura berani berkata seperti itu kepadanya.
"Maaf, Tuan. Sebelumnya saya tidak tahu kalau Anda ternyata sudah memiliki tunangan. Maafkan saya karena sudah menjadi perusak hubungan orang lain. Seandainya saya tahu kalau—"
"Siapa yang mengatakan itu!" Roger menyela ucapan Nazura. Namun, wanita itu justru menutup rapat mulutnya. "Jawab! Siapa yang mengatakan hal itu!"
Brak!
Tubuh Nazura terjengkit karena terkejut ketika Roger sudah menggebrak nakas cukup kencang hingga lampu tidur di atasnya hampir terjatuh. Nazura pun hanya bisa menunduk dalam dan merasa sangat takut. Baru kali ini ia menghadapi kemarahan Roger.
"Kenapa kamu diam saja?" Roger saking gemasnya sampai menangkup dagu Nazura dan menghadapkan wajah wanita itu kepadanya. "Beri tahu aku siapa yang mengatakan hal itu kepadamu."
"Nyo-Nyonya Rosa dan Nona Soraya," sahut Nazura terbata.
"Brengsek!" Roger menghempaskan tangannya cukup kasar. Sementara Nazura hanya diam untuk beberapa saat.
suka nih peran cewe begini