Aqila gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan nya di negara Finlandia.
Malam itu untuk merayakan kelulusan nya, Aqila berhasil kabur dari penjagaan ketat para bodyguard milik kakak nya.
Tetapi siapa yang menyangka gadis itu malah kabur ke sebuah night club terkenal di kota tempat ia tinggal dan terjebak oleh sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan?
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Sesuatu seperti apa yang akan menimpah dirinya? Atau mungkin sebuah jebakan?
Note:- Agar mengerti jalan cerita sebelumnya, disarankan membaca karya "Terjebak Cinta Om Mafia Possesive"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-20- Kembali bertingkah
"Terimakasih Nty, Om. Makanan nya sangat enak" Ujar Lio dan Lia secara bersamaan.
"Jangan berterimakasih pada kami, tapi pada Bi Chi" Jawab Bram mengusap lembut kepala kedua nya.
"Hmm betul, yang memasak makanan tadi kan Bi Chi" Sambung Aqila.
Lantas Twins A pun mengalihkan pandangannya pada sosok Bi Chi yang berdiri di belakang Bram Dan Aqila.
"Terimakasih makanan nya Bi Chi" Ujar kedua nya menatap Bi Chi.
Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Sama-sama" Jawab Bi Chi.
"Baiklah, kami pulang dulu" Ucap Arazey menuntun kedua anak nya masuk ke dalam mobil.
"Hati-hati kak" Arazey mengangguk dan mengacungkan ibu jari nya seraya memasuki mobil.
"Jaga adik ku, Bram" Ucap tegas Grey menepuk-nepuk bahu kekar milik Bram sebelum masuk ke dalam mobil.
"See you Nty, Om" Teriak Twins A melambaikan tangan nya.
Begitu pun dengan Bram dan Aqila yang juga ikut melambaikan tangan hingga mobil mulai berjalan dan meminggalkan pekarangan rumah mereka.
"Bibi izin masuk duluan tuan, nona" Pamit Bi Chi yang langsung mendapat anggukan dari Bram
Tanpa berlama-lama Bi Chi berbalik dan memasuki rumah besar itu, meninggalkan Bram dan Aqila yang masih berdiri di depan teras rumah itu.
Terdengar helaan napas berat yang keluar dari mulut Aqila, dan tak lama setelah nya gadis itu berbalik hendak meninggalkan Bram.
Namun dengan cepat Bram melangkah mendahului Aqila tanpa berkata-kata, dan hal itu pun membuat Aqila terdiam di tempatnya menatap bingung punggung Bram.
.
.
Kembali ke kamar, Aqila baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidur lengkap nya. Sedangkan di atas kasur sana Bram tengah fokus dengan handphone di tangan nya dan tidak melirik Aqila sedikit pun.
Melihat hal itu tentu ada ketenangan di hati Aqila, tetapi ada sedikit rasa mengganjal di hati nya. Hingga akhirnya gadis itu berbaring di tepi kasur membelakangi Bram.
"Jangan terlalu ke pinggir, nanti jatuh"
Bibir Aqila terangkat membentuk senyum tipis, namun secepat mungkin ia berdehem lalu menggeser posisi nya. Selagi menggeser posisi nya Aqila melirik Bram dan ternyata pria itu masih fokus pada handphone nya.
Hal itu pun membuat dirinya mendengus pelan. "Belum juga seminggu, tapi sudah punya selingkuhan" Celetuk Aqila.
Bram melirik sekilas punggung Aqila, terlihat gerakan kesal gadis itu yang tengah menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Bram mengullum senyum nya, lalu kembali fokus pada handphone nya.
Setelah sekian lama Aqila yang tidak kunjung mendapat respon atau sikap menyebalkan Bram seperti biasa nya, kini langsung duduk dan menatap tajam pria di hadapan nya.
"Lagi chatan sama siapa sih?!" Tanya geram Aqila.
Sedangkan yang di tanya tidak merespon sedikit pun dan matanya pun masih terus terfokus pada handphone ditangan nya, sesekali Bram tersenyum membuat Aqila semakin geram.
Lantas gadis itu merampas handphone Bram dan melihat apa yang sedang suami nya lihat sampai-sampai mengacuhkan dirinya.
Seketika mata nya melotot dengan bibir yang terasa keluh saat melihat handphone Bram, dimana pria itu tengah membaca dan membalas email dari para karyawan nya tentang rancangan kerja dan laporan perusahaan.
"Aku setia sayang" Bisik Bram dengan nada sensuall nya.
Aqila membeku sampai tidak sadar saat ini Bram sudah mengambil alih handphone nya dan membaringkan tubuhnya. Bahkan lebih parahnya lagi, saat ini Bram sudah menindih tubuh Aqila, tetapi gadis itu masih belum sadar.
"Aku suka melihat kamu yang cemburu seperti ini" Bisik Bram di iringi kecupan basah nya di leher Aqila.
Dan saat itu juga Aqila tersadar lalu mendorong dada Bram namun gerakan tangan nya langsung di tahan oleh Bram dan dicekal di atas kepala nya.
"Kenapa sayang? Aku lebih suka kamu yang pendiam seperti tadi"
"Le-lepas kak!" Ucap gugup Aqila mencoba memberontak.
Bukan nya melepaskan tetapi tangan Bram yang satu nya malah merambat naik menyusuri lengkuk tubuh Aqila dan terlihat dengan jelas pria itu menyunggingkan senyum nya.
"Niat nya aku tidak ingin menganggu mu, tetapi kamu malah menganggu ku dan sepertinya kamu lebih suka aku yang aktif 'ya?"
"Apaan sih kak! Cepat bangun dan lepaskan!"
Aqila memalingkan wajahnya saat wajah Bram semakin maju. Dan tanpa aba-aba kecupan kembali mendarat di leher putih itu membuat sang pemilik merinding.
"Kamu cemburu hmm?" Bisik Bram dengan hembusan napas yang mengenai leher Aqila.
"Gak!"
"Jujur saja, buktinya kamu marah-marah saat aku fokus dengan handphone ku"
"Aku bilang nggak ya nggak, kak!" Elak Aqila, jujur saja ketika mengingat kelakuan nya tadi ia sangat malu.
"Kelakuan kamu membuktikan nya, baby girl"
Aqila kembali terdiam dan percaya lah saat ini gadis itu tengah memaki dirinya sendiri atas kelakuan nya tadi. Dan saat ini Bram semakin gencar meledek sesekali mengecupi pipi dan leher nya.
"Kak!" Tegur Aqila kembali mencoba memberontak saat pria di atasnya dengan sengaja mengh*sap leher nya.
"Jangan macam-macam, itu geli emhh" Ucap Aqila di iringi lenguhannya.
Bram bagaikan seorang vampir yang tengah mengh*sap darah korban nya, gerakan tubuh Aqila yang mencoba memberontak pun tidak berarti apa-apa baginya.
Hingga beberapa saat kemudian dirasa tempat yang ia hiisap tadi sudah berubah warna, barulah Bram mengangkat kepalanya dan melihat hasil karya nya.
"Sangat cantik" Gumam bangga Bram mengusap tanda merah keunguan di leher Aqila.
Napas Aqila terdengar tidak beraturan, gerakan nya pun mulai melemah karena rasa geli yang ditimbulkan.
"Su-sudah, lepaskan aku" Pinta gugup Aqila menatap netra coklat milik Bram.
Tangan Bram yang tadinya mengusap tanda merah keunguan itu, kini beralih mengusap pipi Aqila yang terlihat memerah.
"Tiga hari tidak bertemu dengan ku, apa kamu merindukan ku?" Tanya Bram dengan suara berat nya.
"Tidak, untuk apa aku merindukan mu" Jawab Aqila kembali memalingkan wajahnya.
Bram mendengus pelan kemudian menyunggingkan senyum mengerikan nya. "Tapi aku merindukan mu, dan ingin menagih janji mu di telepon tadi"
...****************...